Alya sedikit menggaruk tengkuknya yang tak gatal, entah kenapa ia jadi tidak suka dengan suasana hening di dalam mobil. Gadis itu sesekali melirik Raga yang tengah fokus menyetir. Alya terpaksa kembali nebeng, karena motornya tidak bisa dipakai lantaran kedua bannya kempes.
"Fans lo itu bener-bener kurang ajar." Alya mendengus kesal, tangannya mengepal kuat seperti bersiap akan meninju seseorang. "kalo gue ketemu sama mereka, udah gue cabik-cabik tuh muka ondel-ondel."
Raga melirik Alya sekilas lantas mendengus pelan. Perkataan Wawan tentang Alya memang ada benarnya, gadis itu garang bukan main, mirip Mamanya.
"Lo pake pelet apa, sih? sampe mereka sebegitu gilanya sama lo." Alya menyebutnya gila karena fansnya Raga sudah diambang batas kewajaran.
Kalau itu Taehyung BTS, Alya rasa ia akan memakluminya, tapi ini Raga. Seorang berandal pembangkang yang doyan bolos. Herman, kok, anak nakal bisa banyak penggemar.
"Hn, ini murni, pesona Raga emang dahsyat." Raga sempat tertegun sesaat setelah mengatakan itu, kenapa jadi banyak bicara dan narsis begini. Raga menggeleng pelan, sangat bukan dirinya sekali.
"Idiih." Alya memutar bola matanya malas dan menatap Raga seolah jijik.
Raga tidak merespon dan lebih memilih kembali fokus menyetir. Ia harus tetap menjaga image cool-nya meskipun itu di depan Alya.
Mobil Hyundai mewah itu berhenti tepat di kediaman Alya. Alya segera turun dan sedikit menutup pintu mobil dengan keras, membuat Raga mendelik tajam dari dalam.
"Sekali lagi makasih." Alya menunduk menatap Raga lewat kaca mobil yang sedikit terbuka.
"Hn,"
Alya mengangkat sebelah alisnya mendengar gumaman tak jelas dari cowok itu. "Harusnya lo bilang sama-sama."
"Terserah." Raga memutar bola matanya malas melihat Alya yang tak kunjung masuk kedalam rumah.
"Sayang, ko, kamu baru pulang?"
Alya menegakkan tubuhnya lantas menoleh menatap seseorang yang barusan bicara.
"Bunda, tadi ada urusan di sekolah. Maaf, Alya gak ngasih tau dulu." Alya berjalan mendekat dan meraih tangan Sindi lantas mencium punggung tangannya singkat.
"Oh, iya, Gak papa. Tapi, motor kamu mana?" Sindi mengedarkan pandangannya mencari motor Alya. Jelas, ia sama sekali tidak melihat motor Scoopy Alya.
Raga yang berada didalam terlihat mencoba mengintip interaksi ibu dan anak itu. Manik kelamnya sedikit melebar melihat siapa wanita yang di panggil Bunda oleh Alya.
'Tante Sindi?'
Alya terlihat mencoba berpikir mencari alasan lantas tersenyum menatap bundanya. "Motor Alya, di sekolah." cicitnya.
Sindi menautkan Alisnya heran, "kenapa?"
"Tadi bannya kena paku. Terus kempes. Mau dibawa ke bengkel jauh," bohong Alya.
Sindi menghela napas pelan mendengar penuturan putri satu-satunya itu, "ya sudah, asal kamu gak kenapa-kenapa Bunda gak bakal marah."
Sindi menggulirkan netranya menatap mobil mewah yang masih saja anteng di depan rumahnya. "Ini yang anterin, kamu siapa? kenapa gak diajak mampir?"
Mendengar itu Raga langsung keluar dari mobilnya lantas tersenyum menatap Sindi yang sepertinya sedikit terkejut.
"Raga?"
Raga mengangguk pelan lantas berjalan mendekat.
"Tante, apa kabar?"
"Tante baik. Kamu gimana? Mama sehat kan?" Sindi terlihat senang melihat anak dari-Riani- sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALRAGA [Perjodohan]
Teen FictionPerjodohan dadakan kedua orangtuanya membuat Raga ngebet ingin langsung dinikahkan, meskipun masih berstatus seorang pelajar. Kehangatan selalu Raga rasakan setelah menikah dengan Alya, tapi kehangatan rumah tangganya ternyata tak berlangsung lama...