Kali ini sang surya nampak terlihat malu-malu menampakkan taringnya di Senin pagi. Hujan gerimis di luar tak sedikitpun menghilangkan semangat para siswa SMA Garuda untuk tetap masuk sekolah. Terutama bagi siswa tingkat akhir seperti Raga dan teman-temannya. Meskipun nampak ogah-ogahan mereka harus tetap menjalani itu semua, dari pada berujung tidak lulus nantinya.
Keluhan dari berbagai sudut ruangan tentang UN terdengar memenuhi ruangan kelas IPA-A. Ujian yang hampir di depan mata itu membuat sebagian siswa SMA Garuda harus belajar extra, dengan mengikuti bimbingan belajar tambahan di sekolah, hingga berlanjut mengikuti les privat di malam hari.
Tak hanya berdampak pada siswa lain. Para berandal yang terkenal sering bolos dan nakal di sekolah pun kini perlahan tobat, dan mulai peduli dengan pelajaran sekolah.
Terlihat di ujung meja sana, Dera tengah fokus menerangkan rumus trigonometri pada Wawan hingga empat sudut siku-siku muncul di kepalanya. Mulutnya sudah hampir berbusa tapi temannya itu sama sekali belum mengerti.
"Nyerah gue, Wan." Dera menarik napas dalam menatap Wawan jengkel. Sementara yang ditatap hanya nyengir kuda tanpa dosa.
"Sorry, ya, Der. Masih gak ngerti gue." Wawan menggaruk kepalanya yang tak gatal seraya memamerkan senyum bodohnya.
Dera memutar bola matanya malas menanggapi itu. Ia menutup buku pelajarannya, lantas kembali duduk ke tempatnya semula. Netranya bergulir melihat kondisi bangku di belakangnya yang tumben sekali cukup tenang.
Ia menggeleng samar saat melihat Dean yang ternyata sedang buru-buru menyalin tugas milik Raga ke dalam bukunya. Entah apa yang dilakukan anak gorila satu itu, sampai lupa mengerjakan tugas. Tapi jika diingat Dean memang tidak pernah mengerjakan tugas.
Keributan tiba-tiba terjadi saat Raga menarik dan menutup bukunya. Hal itu sontak membuat Dean terkejut. Ia kemudian menatap sekitar dan bernapas lega saat tidak melihat tanda-tanda datangnya Pak Karsa. Iris hitamnya bergulir marah menatap teman sebangkunya yang tetap duduk tenang.
"Gue belum selesai, Ga. Kenapa lo ambil." Dean terlihat mencoba mengambil buku milik Raga.
"Lo nyonteknya kebanyakan." Raga berusaha menahan bukunya dari jangkauan Dean.
"Tinggal tiga nomor lagi itu. Ayo dong, Ga. Tega lo sama temen? Tega lo liat gue dihukum?"
Raga berusaha menulikan telinganya dari ucapan Dean yang kentara memelas dibuat-buat. Suruh siapa tidak mengerjakan tugas.
"Janjinya lo minta dua jawaban. Itu udah gue kasih."
Dean mendesah pelan. Ia memasang raut sedihnya berharap teman oroknya itu sedikit luluh. Tapi Raga tetaplah Raga, yang tidak mempan digoda.
"Terima nasib aja, Yan. Pak Karsa gak galak-galak amat, kok," ujar Dera ikut nimbrung sembari tertawa. "Padahal kemarin gue sama Raga udah spil jawabannya di grup. Lo kemana aja?"
Dean diam tidak menjawab. Ia lebih memilih meratapi nasibnya, sebelum beberapa menit ke depan dirinya akan berakhir dijemur di lapangan.
***
"Perhatian! Perhatian! Kepada seluruh siswa SMA Garuda. Di mohon untuk berkumpul di aula setelah istirahat nanti!"Suara seorang pria dari microphone terdengar mengalun menjangkau setiap sudut-sudut sekolah. Para siswa yang tengah beristirahat ria seketika bersorak gembira mendengar pengumuman tersebut. Itu artinya tidak akan ada pembelajaran setelah istirahat nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALRAGA [Perjodohan]
Fiksi RemajaPerjodohan dadakan kedua orangtuanya membuat Raga ngebet ingin langsung dinikahkan, meskipun masih berstatus seorang pelajar. Kehangatan selalu Raga rasakan setelah menikah dengan Alya, tapi kehangatan rumah tangganya ternyata tak berlangsung lama...