"Tadi itu beda sama yang pertama." Raga mengusap pelan surai hitam Alya. Onyx-nya menatap lembut wajah istrinya yang tengah tertidur, nampak lelah.
Bibirnya terangkat tipis, lantas mendekat dan mengecup kening itu lama, "Makasih," ujarnya pelan.
Netranya bergulir menatap jam digital yang berada di atas meja. Rasanya tidak tega membangunkan Alya saat ini, tapi larangan tidur di sore hari sudah pernah di sahkan oleh mamanya, katanya pamali.
Dengan berat hati Raga mengguncang tubuh mungil Alya pelan, berharap istrinya itu terbangun. "Yaang, bangun dulu."
"Hmm?" Alya menggeliat samar merasakan guncangan pelan di lengannya. Kelopak mata itu mulai terbuka perlahan dan menampakkan iris coklat setenang danau.
"Kenapa? aku capek, Gaa." Lirih Alya. Gadis itu menarik selimutnya yang sedikit melorot kemudian kembali menutup mata.
Raga menghela napas pelan, lantas dengan cepat bibir kissablenya mendarat tepat di bibir menggoda Alya. "Mandi dulu, nanti bobo lagi."
"Iyaa, Kamu duluan," ujar Alya malas.
Kerutan samar tercetak jelas di wajah tampan Raga. Sejak kapan istrinya ini jadi suka malas-malasan begini?
"Kenapa harus aku duluan, kalo bisa bareng." Dengan cepat Raga menarik tubuh Alya dan menggendongnya ala bridal style.
"Kyaaa! Ragaaa! Gak perlu kayak gini juga, aku bisa jalan sendiri tau ... Turunin!" teriak Alya.
"Kalo jalan sendiri kamu lama."
Alya memutar bola matanya malas. Jantungnya harap-harap cemas, takut terjadi sesuatu yang iya-iya di kamar mandi. Si berandal itu entah memang mesum dari sananya atau kenapa? Makin kesini, makin kesana.
***
Lengkungan samar terukir di bibir mungil Alya saat melihat pantulan wajah Raga di cermin. Pemuda itu begitu menikmati pijatan dan usapan lembut tangannya di rambut, dan juga kulit kepalanya.
Dengan telaten tangan terawatnya mulai menyisir rambut hitam Raga pelan. Hati Alya tiba-tiba menghangat melakukan semua aktivitas itu. Mungkin ia benar-benar sudah merasa jatuh hati, pada pemuda yang 1 bulan lalu mengajaknya menikah dadakan.
Gadis itu mengernyit bingung saat tiba-tiba tangan besar Raga menahan kegiatannya.
"Kenapa?"
"Gak usah disisir, ini lebih keren." Raga mengacak rambutnya pelan, sehingga membuat rambut itu kembali berantakan.
Alya mendengus pelan. Dari mana sesuatu yang berantakan bisa di katakan keren. Apa suaminya ini tidak lihat rambutnya lebih mirip tikus kecebur got, ketimbang di sebut keren. Untung saja tertolong wajah tampannya, jadi itu tidak terlalu buruk.
"Tapi lebih rapih kalo di sisir, Gaa."
Raga menggeleng samar, "Aku lebih suka kayak gini kalo sehabis keramas." Manik kelamnya bisa menangkap pantulan wajah cemberut Alya di cermin.
"Ya, udah terserah kamu. Ayo kebawah, aku laper ini," ujar Alya. Gadis itu merapikan bajunya sesaat, sebelum akhirnya beranjak lantas keluar dari kamar meninggalkan Raga.
Raga mengangguk samar dengan senyum tipis yang masih menyambangi bibirnya. Ia hampir lupa ada sesuatu yang harus dibicarakan dengan istrinya itu. Dengan segera Raga berdiri dan menyusul Alya keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALRAGA [Perjodohan]
Fiksi RemajaPerjodohan dadakan kedua orangtuanya membuat Raga ngebet ingin langsung dinikahkan, meskipun masih berstatus seorang pelajar. Kehangatan selalu Raga rasakan setelah menikah dengan Alya, tapi kehangatan rumah tangganya ternyata tak berlangsung lama...