Pupil mata coklat setenang danau itu mulai menampakkan keindahannya, setelah kelopak mata siempunya terbuka. Suara alarm yang menerobos masuk ke indera pendengarannya membuat Alya terjaga. Gadis itu menggeliat pelan, entah kenapa tubuhnya serasa remuk bukan main sekarang, terlebih di bagian pinggul dan paha.
Netranya bergulir menatap pria yang masih tertidur, tidak terganggu dengan suara alarm yang terus berbunyi. Pipinya sedikit bersemu mengingat kejadian semalam, bagaimana Raga menyentuhnya dengan lembut, penuh penghormatan.
Bibir ranumnya tersenyum tipis, menyadari suaminya memiliki garis ketegasan wajah yang nyaris sempurna. Tangannya terulur menyingkirkan poni hitam Raga yang sedikit menutupi wajahnya. Sayang sekali wajah tampan itu agaknya sedikit tidak terawat melihat dari jerawat kecil yang muncul di dahinya.
"Kenapa gak dimatiin alarmnya?"
Jantung Alya hampir mencelos keluar mendengar suara berat nyaris berbisik yang baru saja keluar dari bibir Raga. Pria itu ternyata sudah bangun, dengan cepat tangannya kembali ia simpan di posisi awal. Bisa bahaya jika suaminya tahu kalau ia hampir terbuai dengan wajah tampannya.
Detak jantung Alya semakin tak karuan ketika Raga kembali merapatkan tubuhnya.
"D-dari kapan bangun?" tanya Alya.
"Pas kamu bangun." Raga perlahan membuka matanya dan menatap lembut wajah cantik Alya yang sedikit memerah.
"Pagi," ujarnya.
Alya mengigit pipi dalamnya gugup, si berandal itu kenapa jadi manis begini. "P-pagi juga."
Raga tersenyum tipis, iris kelamnya melirik sekilas jam yang masih menunjukan pukul enam pagi, lantas kembali menatap Alya.
"Masih sakit?"
Alya menggeleng pelan, "udah nggak." Tangannya menyingkirkan tangan Raga yang masih memeluknya erat, pemuda itu sedikit mendengus kesal dengan aksi Alya itu.
"Aku mau mandi," ujarnya ketika Raga hendak kembali merengsek memeluknya erat.
"Bareng." Ucapan Raga yang kelewat santai itu langsung dihadiahi tatapan tajam oleh sang istri.
"Kenapa, udah halal ini."
Alya merotasikan bola matanya malas. Ia mulai turun dari ranjang dan sedikit membenarkan tang-topnya yang hampir melorot.
"Jangan tidur lagi Raga, kamu beresin kasur." Instruksi Alya saat melihat Raga hendak kembali tidur. Setelah mengatakan itu Alya langsung melenggang masuk ke dalam kamar mandi.
Dengan malas Raga bangkit dari tidurnya dan mulai merealisasikan perintah sang istri. Tangannya meraih jam digital yang terus berbunyi.
"Baru kali ini gue bangun sepagi ini," ujarnya.
Manik hitamnya melirik sekilas pintu coklat yang masih setia tertutup. Pagi ini jelas berbeda dengan pagi sebelumnya, ada perasaan hangat yang menjalari hatinya ketika mengingat kegiatan semalam bersama sang istri. Agaknya ia mulai jatuh cinta dengan gadis cerewet yang sialnya cantik itu.
Tak berselang lama Alya keluar dari kamar mandi dengan memakai bathrobe berwarna abu. Ia merotasikan bola matanya malas melihat Raga, yang masih kesusahan dengan sprei kusut ditangannya. Kemana saja pria itu tadi, sehingga masih belum selesai membereskan tempat tidur, sementara ia sudah selesai melakukan ritual mandinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALRAGA [Perjodohan]
Teen FictionPerjodohan dadakan kedua orangtuanya membuat Raga ngebet ingin langsung dinikahkan, meskipun masih berstatus seorang pelajar. Kehangatan selalu Raga rasakan setelah menikah dengan Alya, tapi kehangatan rumah tangganya ternyata tak berlangsung lama...