"Bangun dulu, yuk. Kita belum makan malem." Alya kembali mengguncang tubuh Raga pelan. Pria itu langsung meringkuk di kasur, setelah acara berpelukan mereka di sofa tadi.
Iris coklat Alya melirik sekilas jam yang barus saja menunjukkan pukul delapan malam, lantas kembali menatap suaminya yang masih menutup mata.
Jika saja tangan pria itu tidak berada di pinggangnya, mungkin ia sudah lari untuk makan malam sekarang, tapi justru gerak sedikit, Raga akan semakin mengeratkan pelukannya.
"Kenapa, sih, nempel banget? Sesak tau." Alya mendorong pelan bahu Raga, ketika pemuda itu semakin merengsek memeluknya erat.
"Gue masih mau kayak gini, Alya." Raga semakin bergeser, membenamkan wajahnya di perpotongan leher gadis itu, dan kembali menghirup aroma wangi tubuh Alya, yang sepertinya mulai membuatnya candu.
"Tapi jangan kayak gini juga, nanti kelepasan."
"Justru itu yang diharapkan." Raga mulai melonggarkan pelukannya dan sedikit menunduk melihat wajah cantik isterinya. Ia bisa melihat pipi gadis itu sedikit bersemu merah.
Tangannya terulur membelai pipi mulus Alya, tatapannya tertuju pada bibir yang pernah ia cium waktu itu, jujur Raga ingin kembali merasakan bibir penuh menggoda isterinya.
Alya benar-benar bingung harus berekspresi seperti apa selain diam dengan mata yang melebar. Ia masih belum terbiasa dengan perlakuan romantis Raga, dan juga manik kelam pria itu yang terus menatapnya.
Alya menggigit pipi dalamnya, mencoba menghilangkan rasa gugup, ini terlalu dekat dan berbahaya. Sepertinya pria itu bisa menyadari detak jantungnya yang mulai bekerja tidak normal.
"Alya."
Bulu kuduk Alya seketika meremang mendengar suara berat Raga.
"I-iya?" Alya mendongkak gugup menatap wajah tampan suaminya.
Cup-
Mata Alya membulat kaget.
Semuanya terasa hening bagi gadis itu. Otak pintarnya masih mencerna apa yang terjadi di sini, di atas ranjang dengan berpelukan.
Bibir mereka?
Alya bisa merasakan tangan Raga menyentuh pipinya, mengelus pipinya dengan lembut. Gadis itu masih menatap suaminya tidak percaya. Dilihatnya Raga memejamkan mata dan sedikit menekan bibir bawahnya di bibirnya.
Tidak bertahan lama, Raga langsung menjauhkan dirinya. Sementara Alya masih memasang wajah kaget. Jarak mereka hanya beberapa senti saja. Raga menyatukan keningnya dengan kening Alya.
"Alya." panggil Raga pelan membuat Alya kembali merinding.
"I-iya?" gagap Alya, untuk sekedar bersuara saja rasanya susah. Wajahnya kini sudah memerah tak karuan. Baru gadis itu akan kembali bersuara tapi bibirnya sudah di bungkam,
"A-apa yang—"
Brott
"Eh?"
Dua bola mata itu saling pandang dengan pandangan yang berbeda. Si hitam dengan tatapan tak percaya, sementara si coklat dengan kilatan jahilnya, yang siap meledak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALRAGA [Perjodohan]
Novela JuvenilPerjodohan dadakan kedua orangtuanya membuat Raga ngebet ingin langsung dinikahkan, meskipun masih berstatus seorang pelajar. Kehangatan selalu Raga rasakan setelah menikah dengan Alya, tapi kehangatan rumah tangganya ternyata tak berlangsung lama...