Coba bacanya pelan-pelan,
Enjoy yaa 🤗Riani menghela napas kesal menatap pintu kamar anaknya yang tak kunjung terbuka. Sudah hampir lima kali ia bolak-balik dapur, kamar tidur, tapi si bujang di dalam tak kunjung bangun. Dan ini bukan hal baru bagi ibu satu anak itu.
"Raga! Bangun! Liat udah jam berapa ini?"
Riani menghela napas kesal saat teriakannya sama sekali tidak di gubris Raga. Sepertinya ia harus mengeluarkan jurus ancaman maut.
"Kalo kamu tetep gak mau bangun. Mama blokir kartu ATM kamu. Ayo, cepet bangun, Raga!" teriak Riani. Ibu satu anak itu berkacak pinggang kesal.
Raga mendengus malas mendengar teriakan mamanya. Tidak bisakah hari ini ia libur saja, tidak sekolah? Rasanya malas sekali untuk beranjak dari kasur empuknya sekarang.
"RAGA!"
"Ck! IYA, IYA! RAGA BANGUN!" teriak Raga.
Dengan perasaan tak rela pemuda itu bangkit dan berjalan pelan menuju kamar mandi. Iris kelamnya melirik sekilas jam digital yang berada di sudut meja. Matanya membulat terkejut, melihat jam yang menunjukan pukul 7 lebih 30 menit.
"Sial! Kesiangan gue."
Dengan terburu ia masuk kedalam kamar mandi dan melakukan ritual mandinya dengan cepat.
Selesai mandi Raga langsung memakai seragamnya asal, dengan kancing atas yang sengaja dibiarkannya terbuka, hingga menampakan dada bidangnya, dengan kalung yang menggantung dileher.
Urakan seperti ini merupakan penampilan dari seorang berandal macam Raga. Menurut para penggemarnya, katanya sih itu keren. Sama sekali tidak mengurangi kadar ketampanannya. Justru malah semakin bertambah.
"Raga berangkat, Mah!" teriak Raga saat berjalan cepat menuruni setiap anak tangga.
"Sarapan dulu, Raga!" teriak Riani dari arah dapur.
"Nanti, di sekolah! Udah telat ini!" Raga berjalan dengan tergesa menuju motornya yang sudah terparkir di depan rumah.
"Dasar, selalu aja gitu." Riani menggeleng pelan menatap kepergian putranya.
Raga langsung menaiki motornya dan menjalankannya dengan laju kecepatan tinggi. Bisa bahaya jika terlambat dan membolos di jam pelajaran pertama.
Tapi, bukankah lebih bahaya jika kebut-kebutan di jalan raya? Persetan dengan itu, saat ini ia hanya ingin cepat-cepat sampai di sekolah dan tidak terlambat.
Raga memelankan laju motornya saat sudah mendekati area sekolah. Pemuda itu menggeram rendah, melihat gerbang yang sudah ditutup.
Dari kejauhan ia bisa melihat ada beberapa siswa berandal dan pembangkang seperti dirinya, tengah berdiri menengadah dan memberi hormat pada sang merah putih. Raga yakini mereka sedang di hukum.
"Bolos lagi gue." Raga kembali melajukan motornya, ke suatu tempat yang tidak terlalu jauh dari sekolahnya.
Ia menghentikan motornya saat sudah sampai di tempat dengan bangunan kecil yang terbilang cukup bersih dan terawat. Kerutan samar tercetak jelas di dahinya, saat melihat kedua temannya tengah duduk santai disana.
"Pada ngapain?" tanya Raga setelah membuka helm full-facenya lantas berjalan mendekat.
"Bolos lah. Ngapain lagi." sahut Egi. Pemuda dengan lengan seragamnya yang di gulung itu, terlihat begitu santai, menikmati sebatang rokok diantara celah bibirnya.
Raga yang melihat itu mengernyit heran "Bukannya lo mau stop ngerokok?"
Telinganya cukup jelas mendengar ucapan teman tongkrongannya itu pekan lalu. Katanya ia berjanji tak akan lagi merokok, dengan dalih dilarang pacar. Tapi ternyata itu hanya berlaku sementara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALRAGA [Perjodohan]
Ficção AdolescentePerjodohan dadakan kedua orangtuanya membuat Raga ngebet ingin langsung dinikahkan, meskipun masih berstatus seorang pelajar. Kehangatan selalu Raga rasakan setelah menikah dengan Alya, tapi kehangatan rumah tangganya ternyata tak berlangsung lama...