Chapter 5 : Hygge

1K 215 4
                                    

Kafe yang mereka datangi bernama Espurresso.

Shinsou mendengus mendengar nama konyol itu. Hikaru pikir itu imut. Tanaka netral. Dan Dorothea hanya terkikik geli melihat permainan kata yang dipakai.

Ketika masuk ke dalam, mereka langsung disambut dengan suasana hangat dan bunyi mengeong lembut. Kafe itu mempunyai dekor dan perabot yang terlihat imut dan nyaman. Kertas dinding dengan motif telapak kucing juga menambah kesan manis. Dan yang paling penting, tidak ada hantu selain Eins.

Dorothea memutuskan, dia suka tempat ini.

Seekor kucing tabby berbulu hitam putih berjalan mendekati mereka. Dia menggosok-gosokkan tubuhnya ke kaki Shinsou. Pemuda berambut lilac itu mengangkat sang kucing dan menggendongnya.

"Aww...," pekik Hikaru. "Kau imut sekali!"

Shinsou bersungut di balik napasnya. Akan tetapi, dia tersenyum memandang si tabby. Dari cara dia menggendongnya, ini bukan pengalaman pertama Shinsou perihal kucing.

Dorothea tersenyum kecil. Saat pertama kali melihat Shinsou, dia tidak berpikir laki-laki yang satu itu seorang cat person.

Well, the more you know.

"Dia bernama Mochi."

Suara sontak membuat keempat murid U.A. mendongak dari si kucing. Seorang gadis dengan apron berenda berdiri di depan mereka. Yang menarik perhatian adalah rambutnya yang tampak seperti air melayang.

"Namaku Higuchi Aoi!" sapanya riang.

"Selamat datang di Espurresso! Kita punya diskon untuk seratus pelanggan pertama selama grand opening! Silahkan duduk!"

***

"Oh! Jadi jarimu sakit jika benangnya tidak diputus?"

"Yeah, kalau sudah menempel terlalu lama, aku harus memutusnya. Hal yang sama terjadi kalau aku membuat terlalu banyak benang dalam waktu singkat."

Dorothea tidak pernah terlalu memperhatikan quirknya. Lagipula, tidak banyak yang bisa kau lakukan dengan benang. Akan tetapi, duduk di kafe dengan Hikaru melemparkan banyak pertanyaan, dia jadi sedikit penasaran dengan kemampuannya itu.

Sementara Dorothea dan Hikaru mengobrol, Shinsou tampak nyaman dengan Mochi duduk di pangkuannya. Tanaka sibuk memakan pastry yang dia pesan. Sesekali melihat keluar jendela di samping meja mereka. Sementara itu, Eins melayang berkeliling dan mengelus kucing-kucing. Sepertinya hewan memang lebih peka terhadap hantu daripada manusia.

"Kau bilang kau bisa mengendalikan benangnya juga? Apa saja yang bisa kau lakukan?" tanya Hikaru lagi. Gadis itu duduk di sebelah Tanaka. Tangannya mengaduk frappe dengan sedotan.

"Uh, ya. Selagi benangnya masih menempel. Aku bisa melilit dan menarik barang-barang," jawab Dorothea. "Jujur, aku tidak pernah banyak memikirkan quirk-ku. Jadi aku tidak tahu apakah aku bisa melakukan hal yang lain atau tidak."

"Quirkmu sepertinya cocok untuk menjadi Pahlawan evakuasi," komentar Tanaka. "Kau bisa menarik orang keluar dari reruntuhan. Atau membantu membersihkan puing-puing."

Hikaru memberi anggukan setuju. Dorothea terlonjak. Dia tidak pernah berpikir sampai ke sana.

"Oh, uh—ya. Kau benar," ucapnya. Akan tetapi, dia menambahkan.

"Aku tidak mau menjadi Pahlawan. Tapi itu tetap ide bagus."

Sepertinya itu bukan jawaban yang diperkirakan ketiga temannya. Bahkan Shinsou berhenti mengelus Mochi dan turut menatapnya. Eins yang berada di seberang ruangan juga.

Normal (A BNHA Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang