Chapter 21 : Monachopsis

593 135 14
                                    

Dorothea membantu memotong sayuran dan menggoreng berbagai daging. Selagi memasak, dia bertemu dengan anggota Pussycats yang lain. Ragdoll dan Tiger. Dorothea memperkenalkan dirinya dari Klub Jurnalistik. Lalu melanjutkan memasak.

"Yep, Ini yang terakhir," ucap Mandalay sembari menaruh piring berisi karaage di meja kafetaria.

"Dan tepat waktu!" seru sebuah suara. Kepala Pixie-Bob menyembul dari pintu. "Ayo! Mereka sudah datang."

Mandalay dan Dorothea mengikuti perempuan pirang itu sampai ke depan gedung. Aizawa sudah berdiri di sana juga. Mandalay berdiri di sebelah kanan dan Dorothea berdiri di kiri guru itu. Sementara Pixie-Bob berdiri di depan mereka. Tangannya berkacak pinggang.

"Oh, akhirnya kalian datang juga!" ucap Pixie-Bob.

Mandalay tersenyum. "Butuh waktu lumayan lama juga..."

Dari balik bayang-bayang pepohonan, Dorothea melihat satu persatu anak kelas 1-A bermunculan. Mereka tampak babak belur. Seragam berantakan dan tercoreng tanah. Beberapa dari mereka memegangi bagian tubuh yang sakit. Berjalan dengan terseok-seok. Napas mereka memburu. Dan semua muka mereka tampak lelah.

Semuanya berhenti. Beberapa jatuh ke tanah. Kemudian bersamaan mendenguskan napas berat.

"Apanya yang tiga jam!?!?"

"Kalau kami butuh waktu sebanyak itu, sih," ucap Mandalay tanpa nada bersalah. "Maaf ya!"

Beberapa anak mulai mengeluh. Sementara fokus Dorothea beralih ke sosok putih yang melayang cepat ke arahnya.

Eins kembali ke sisi Dorothea. 'Meletakkan' tangan dingin ke pundak gadis itu. Lalu berbisik di telinganya.

"Mereka benar-benar berjuang keras di sana!"

Dorothea menyembunyikan tawa di balik syal. "Ceritakan nanti."

Pixie-Bob tampak terkikik lagi. "Tapi jujur, kukira kalian akan butuh waktu lebih lama," ucapnya. "Ternyata kalian bisa mengalahkan monster tanahku lebih mudah dibanding perkiraan!"

"Kalian boleh juga," pujinya. "Terlebih—"

Cakar kucing putih mununjuk Iida, Midoriya, Todoroki, dan Bakugo. Dorothea ingat, saat di Festival Olahraga, dia memiliki quirk ledakan.

"—Kalian berempat!"

"Apa itu semua karena pengalaman kalian?" tanya Pixie-Bob. Dia membasahi bibir.

Dan dia menerjang.

"Tidak sabar menunggu tiga tahun lagi! Jadi ingin cium!"

Pussycats biru itu mulai memutari keempat calon Pahlawan malang. Yang memprotes sembari melindungi muka dengan tangan.

"Mandalay, dia memang selalu seperti itu?" tanya Aizawa sembari menunjuk.

"Dia itu agak putus asa, soalnya umurnya sudah hampir, itu lho..."

"Desperate," bisik Dorothea.

"Sangat," timpal Eins.

"Bicara soal umur—Augh!"

Perkataan Midoriya lagi-lagi terbungkam oleh tangan Pixie-Bob.

"Memangnya kenapa...?"

"A-aku agak penasaran—" suara lelaki berambut hijau itu teredam. Tangannya menunjuk.

"Yang di sana itu anaknya siapa?"

Dorothea menoleh. Melihat Kota berdiri di samping Mandalay. Dia tidak ingat kapan anak itu datang.

Normal (A BNHA Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang