Kaki Dorothea bergerak sendiri.
Sedetik kemudian, dia berlutut di sebelah Pahlawan itu.
"Hei, kau bisa mendengarku?!"
Gadis itu tidak berani menyentuhnya. Dari yang dia lihat. Ada beberapa luka tusuk.
"Oh, astaga—"
Dorothea mengeluarkan ponsel. Memencet tombol cepat. Lalu menempelkannya ke telinga.
Jantungnya berdetak kencang.
Hampir menangis ketika operator menjawab.
"Ya? Aku butuh ambulan—"
"—Tempat? Di sebuah gang—"
"—Di dekat Yukimura's, ya, Hosu—"
"—Seorang Pahlawan—"
"—Yang kulihat ada luka tusuk—"
"—Banyak sekali darah—"
"—Cepat, kumohon..."
Mata Dorothea berpaling pada sang Pahlawan. Dia tidak tahu siapa itu. Pria itu berambut gelap. Dan berarmor. Sulit melihatnya jelas. Gang itu gelap.
"Hero-san, bertahanlah! Ambulan dalam perjalanan!"
Dan dia merasakan hawa dingin.
Dorothea mendongak. Ada sosok spektral melayang. Di atas tubuh sang Hero. Sosok itu kabur. Seperti gambar monokrom yang bergetar.
Ada hantu lain—?
Bukan.
Oh, sial.
Bukan hantu.
Tapi hampir jadi hantu.
Sosok itu tampak terkejut. Menatap Dorothea. Lalu tubuhnya. Dia menunduk.
"...Oh..."
"Tidak! Jangan menyerah dulu!"
Pahlawan itu menggeleng.
"...Tolong...bilang...adik...ku...Ten...ya..."
"Aku tak mau dengar!!"
Hantu itu terlonjak. Dorothea berjengit. Air membasahi pipinya.
Sejak kapan aku menangis.
Si calon-hantu tampak sedih.
"...Ter...lam...bat..."
"BELUM! BELUM TERLAMBAT!"
Dorothea menjerit. Dia tidak peduli siapa yang mendengarnya.
"Apapun yang mau kau bilang untuk adikmu, kau harus mengatakannya sendiri, kau dengar!?"
Kenapa medis lama sekali?!
"Jadi jangan—jangan—"
Mati.
Kata-kata itu tidak keluar.
Tetapi si sosok mengerti.
"Hanya sebentar lagi," bisik Dorothea. "Bertahanlah."
Pahlawan itu mengangguk. Dan Dorothea sedikit merasa lega. Sosoknya semakin tak fokus. Hawa dingin di sekitar memudar.
Dan sirine ambulan terdengar.
"...Te...ri...ma...ka...sih..."
***
Waktu mengabur setelah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Normal (A BNHA Fanfiction)
Fanfiction[ Original Character(s) + Plotline ] Dorothea Tuning pindah bersama Ayahnya dari London yang selalu mendung dan kelabu ke Jepang. Dia pikir ini akan menjadi awal baru setelah Ibunya meninggal. Dia siap pergi ke negara asal ayahnya, pergi ke sekolah...