Chapter 17 : Tranquil

668 134 3
                                    

Tidak banyak yang terjadi setelah itu.

Aizawa hanya mengingatkan pada Dorothea untuk segera menemui Nezu setelah kembali ke Musutafu. Kemudian pamit pergi dan berjalan keluar.

"Oh, well, itu antiklimatik," komentar Monika.

Setelah Aizawa menjauh, dia beralih pada yang lain yang masih duduk di atas kursi-kursi antik yang digeret dari tempat pajangan. Mengelilingi meja dapur dengan beberapa cangkir teh yang sudah dingin.

"Jadi... sekarang apa?"

Akira mendesah. Mata emas pria itu menatap keluar jendela. Matahari telah terbit. Cahaya kuning sudah merembes keluar dari jendela.

"Sepertinya aku harus kembali ke gedung fashion show beberapa jam lagi. Sebelum itu, aku bisa mengantar kalian ke hotel," gumamnya.

"Eh??? Tapi kau belum tidur sama sekali, Dad!" protes Dorothea.

Akira tertawa. Kemudian mengelus lembut surai merah putrinya. "Aku sudah banyak kehilangan tidur satu minggu terakhir. Ini tidak akan jadi kali pertama."

Beberapa detik berlalu, dan senyum desainer itu berubah menjadi garis lurus. Dia berjengit.

"Yah, mungkin aku butuh kopi lebih dulu. Kau mulai terlihat ada dua, Dorothea."

***

Akira memesan tiga kamar di hotel. Satu untuk Akira sendiri, satu untuk anak-anak perempuan, dan satu untuk yang laki-laki.

Perjalanan ke hotel lebih banyak diisi diam. Semua turut terbelenggu pada pikiran masing-masing. Yang terdengar hanya mesin taksi dan Dorothea yang saling menggosok tangan. Udara pagi di Hosu terlalu dingin.

Sebelum mereka sampai, mereka berhasil menemukan kedai kopi sederhana. Yang untung saja tidak tutup setelah semua yang terjadi kemarin. Memang tidak semewah Yukimura's atau Espurresso. Akan tetapi, cukup untuk memenuhi kebutuhan kafein.

Shinsou dan Akira memesan kopi hitam pekat yang sama. Diikuti dengan komentar 'tar basah' dari Dorothea dan hidung mengerut dari Hikaru. Dua gadis itu memilih menu paling manis yang mereka punya—mocha. Sementara Tanaka menyesap espresso sembari menahan senyum.

Dan sekarang di sinilah mereka—

Meminum kopi masing-masing sembari duduk di kasur hotel yang terlalu empuk.

Akira sudah pergi sedari tadi. Meninggalkan keempat anak itu untuk bicara.

"Jadi—uh—Eins? Begitu kau memanggilnya?" tanya Hikaru. "Apa dia ada di ruangan ini."

Dorothea melirik ke tembok yang berada di dekat nakas. Bagi yang lain, tidak ada apapun. Namun, tentu saja, sosok spektral semi-transparan Eins melayang di sana.

"Eins, bisa kau mengangkat atau menggeser sesuatu di meja?" tanya Dorothea.

Tidak ada yang terjadi.

Selama beberapa detik, semua diam.

Dan sebuah pensil mulai melayang.

"Oh, astaga—!"

Dorothea tertawa kecil. Begitu pula Eins. Mata Hikaru berbinar.

"Senang bertemu denganmu! Aku Hikaru—uh, kau mungkin sudah tau kami," ucapnya. "Oh, apa kau bisa mendeskripsikan Eins, Dorothea-chan?"

Dorothea berdehum. "Yah, dia tinggi dan kurus. Kelihatannya lebih tua dari kita. Tapi aku tidak tahu pasti."

"Oh Dorothea, aku sangat kuno," canda si hantu. Kini melayang di sampingnya.

Normal (A BNHA Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang