Chapter 25 : Oneiroi

559 126 3
                                    

Dorothea ingat

Hari itu hujan.

Jalanan gelap karena basah. Langit mengguyur bumi dengan air tanpa henti.

Lampu-lampu kota mulai menyala. Membuat butir air yang menempel tampak berpendar. Beberapa orang lalu-lalang. Entah dari suatu tempat, atau menuju suatu tempat. Payung-payung terbuka. Suara air yang jatuh menemani deru kendaraan yang ada di jalan.

Hari biasa di London.

Dorothea kecil berjalan di antara genangan air. Jas hujan kuning melindunginya dari gerimis. Sepatu bot merah melantunkan bunyi kecipuk pelan.

Langit tampak hitam pekat. Mungkin hujan sebentar lagi akan lebat.

Hal itu tidak dipedulikan oleh Dorothea kecil. Dia hanya anak enam tahun yang suka bermain di bawah hujan.

Keluarga Tuning baru pulang dari makan malam. Dorothea ingat dia makan pai hari itu. Dia tidak ingat pai apa pastinya. Stroberi? Apel? Entahlah.

Kaki mungil Dorothea bergerak lebih dulu. Berjalan di depan Mom dan Dad.

Dia bergeser kesana kemari. Berusaha bergerak di jalan yang penuh.

Dorothea tidak mau menabrak siapapun.

Walaupun hujan, jalanan tetap ramai hari ini.

Gadis kecil itu menggigil. Udara lebih dingin juga.

"Dorothea? Kenapa jalanmu limpung begitu?"

Suara Mom selalu lembut. Dia tersenyum di bawah payungnya.

Dorothea kecil memiringkan kepala heran.

"Aku tidak mau menabrak orang-orang Mom!"

Suara kecilnya bernada tinggi dan polos.

Orang tuanya berpandangan.

Mom tidak mengatakan apapun.

Dia menunduk. Menggendong Dorothea. Tidak peduli pada jaketnya yang menjadi basah.

Dalam dekapan Mom, Dorothea kecil melihat ke belakang.

Melihat ke kerumunan orang.

Dia menyadari satu hal

Orang-orang itu terlihat aneh.

Dan di masa depan

Dia sadar yang dia lihat hari itu bukan 'orang'.

***

"Hei! Gadis itu yang sering bicara sendiri, kan?"

"Psst! Jangan keras-keras!"

"Mamaku bilang dia schiz-shizo—gila, dia gila."

"Sudahlah, kita pergi saja."

Bisik-bisik itu bukan lagu baru di telinga Dorothea. Gadis itu sudah lebih daripada terbiasa.

Dia dulu tidak tahu kalau berbicara dengan pria transparan di dekat halaman sekolah bukanlah hal yang wajar.

Sekarang dia tahu.

Dia juga tahu kalau pria transparan itu sudah mati.

Kau tidak seharusnya bisa melihat mereka.

Dorothea pernah memberitahu gurunya soal itu. Saat waktu taman kanak-kanak. Dia bercerita soal anak kecil yang berdiri di dekat ayunan.

Tidak ada siapapun di sana.

Normal (A BNHA Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang