Chapter 3 : Eins

1.2K 222 43
                                    

"Kau mau menyaingiku?" tanya Shinsou ketika Dorothea melangkah memasuki kelas. Gadis itu memutar matanya. Tahu pasti yang kawannya itu maksud adalah kantung mata hitam yang dia dapat karena gagal tidur semalaman

"Selamat pagi juga, Shinsou," ucapnya datar sembari duduk di mejanya. Tangan sibuk membenarkan gulungan rambut yang acak-acakan.

Dia bangun terlambat hari ini. Jadi gadis itu hanya menggulung rambutnya asal-asalan. Dorothea tidak mau ketinggalan kereta. Alhasil, rambutnya menjadi mirip sarang burung.

Dorothea melepaskan tusuk rambutnya dengan hati-hati. Tepat saat itu, sebuah suara menyapanya.

"Wah! Itu hiasan yang sangat bagus, Dorothea-chan!"

Hikaru mendekatinya mejanya dengan senyum lebar. Tanaka mengikuti di belakangnya. Dia mengamati tusuk rambut Dorothea yang terbuat dari logam hitam. Ada hiasan batu mulia berwarna merah gelap yang dipeluk ornamen berbentuk burung gagak.

"Iya, itu terlihat antik," puji Tanaka. "Sepertinya lebih tua daripada yang Ayah jual di toko. Cantik sekali."

"Oh, terimakasih," ucap Dorothea mendengar pujian. Dia mengambil dan menyematkan tusuk itu ke rambutnya.

"Ini pemberian Ibuku."

Hikaru masih tersenyum. Namun kali ini, ada ekspresi yang sedikit berbeda di wajahnya.

"Dorothea-chan? Kau baik-baik saja?"

Khawatir.

Ekspresi itu khawatir.

Dorothea jarang mendapat ekspresi itu selain dari orang tuanya. Tidak pernah dari temannya.

Ya, kamu dari awal juga tidak punya banyak teman.

Dorothea menggigit bibir. Berusaha menghapus pikiran itu. Kemudian memasang senyum kepada Hikaru.

"Aku baik," jawabnya singkat. "Oh, Tanaka, kau bilang Ayahmu menjual tusuk rambut?"

Laki-laki berambut gondrong hitam di depannya memandang heran. Tahu pasti bahwa Dorothea baru saja mengalihkan pembicaraan. Akan tetapi, dia tetap menjawab pertanyaan gadis itu.

"Ayahku mempunyai toko barang antik. Banyak tusuk rambut tua yang dia jual."

Tanaka mulai bercerita tentang tokonya. Hikaru menambah komentarnya sendiri disana-sini dengan antusias. Akan tetapi, pikiran Dorothea masih berantakan. Terlebih ketika matanya menangkap wajah yang berdiri di sudut kelas.

Ah, bukan.

Yang melayang di sudut kelas.

Rambut Putih.

Dan Dorothea teringat pembicaraan mereka semalam.

***

Flashback

"Oke kembali ke awal," bisik Dorothea. "Kau bilang U.A. akan diserang?"

"Bukan U.A. juga..." kata Rambut Putih. "Hanya satu kelas, dan itu akan dilakukan di USJ."

"Universal Stu—"

"Unforeseen Simulation Joint" sela si hantu. Mukanya tampak tidak sabar. "Itu tempat siswa melakukan latihan penyelamatan."

"Latihan penyelamatan," gumam Dorothea. "Pasti Prodi Pahlawan."

Si Rambut Putih mengangguk-angguk. "Jadi, kau harus—"

"Tunggu dulu, darimana kau tahu informasi ini?"

"Saat kau adalah hantu, menggali informasi tanpa terdeteksi bukan hal yang sulit."

Normal (A BNHA Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang