Chapter 14 : Hellion

708 152 2
                                    

Mereka baru bisa pergi pada libur hari ketiga. Karena menyesuaikan jadwal Akira. Yang lain tidak keberatan. Toh, libur mereka satu minggu. Mereka tidak terburu-buru.

Dorothea dan ayahnya menunggu yang lain datang di stasiun. Kereta mereka akan berangkat setelah tengah hari. Jadi, kemungkinan mereka akan sampai di Hosu pada sore hari.

Akira sibuk dengan ponselnya. Tampak menghubungi beberapa orang. Sementara itu mata Dorothea menelisik hantu dan manusia yang berlalu-lalang. Sekali-kali berbisik pada Eins di balik syalnya. Walaupun sudah hampir sore, stasiun selalu ramai.

"DOROTHEA-CHAN!"

Suara familiar itu terdengar dari jauh. Sedetik kemudian, gadis berambut biru menerjang dan memeluknya. Hampir membuat kedua anak itu terjerambab.

Dorothea terkekeh. "Hei, Hikaru."

Dia tersenyum. Kemudian melihat Shinsou dan Tanaka yang mendekat. Yang berambut hitam mendengus. "Hana, jangan lari begitu saja!"

Gadis itu hanya tertawa. Setelah tangan Hikaru melepaskannya, anak berkacamata itu mencuri pandang ke ayah Dorothea. Dia terkesiap.

"Dorothea-chan," bisik Hikaru. Menariknya mendekat. "Kenapa kau tidak bilang ayahmu Takeshita Akira?"

Dorothea meringis. Takeshita Akira adalah nama Ayahnya sebelum menikah. Setelah mengikat janji dengan Avery Tuning, dia menjadi Akira Takeshita-Tuning. Namun, dalam dunia fashion, dia tetap memakai nama Takeshita Akira.

"Oho, jadi kau tahu pekerjaanku, nak?" tanya Akira sembari mendekat. Kepala Hikaru terangkat.

"Ya Takeshita-san! Aku melihat desainmu saat ada fashion show internasional di London! Itu keren sekali!"

"Wah! Terima kasih! Dan tolong panggil aku Akira saja, Hikaru. Terima kasih sudah menjaga Dorothea."

Mata Hikaru berbinar. "Anda tahu nama saya?"

Dia menatap Dorothea. Kemudian menyeringai. Tangan yang tadinya mencengkeram lengan Dorothea kembali memeluknya.

"Aww Dorothea-chan! Kau bercerita ke Ayahmu tentang kami? Imut sekali!"

Gadis yang disebut hanya membenamkan muka di syal. Menyembunyikan pipinya yang memerah. Dia bisa mendengar Eins tertawa.

"Hana, hentikan. Kasihan dia tidak bisa bernapas," desah Tanaka. Kemudian dia melempar senyum ke Akira.

"Salam kenal Akira-san. Saya Tanaka Kogoro. Terima kasih sudah memperbolehkan kami ikut," ucapnya. Dia membungkuk sopan.

"Ah! Jadi kau Tanaka, dan—" matanya melirik ke Shinsou. "Kau Shinsou?"

Si rambut indigo mengangguk. Lalu turut membungkuk. "Shinsou Hitoshi, salam kenal."

Akira memandang tiga teman anaknya dengan lembut. "Terima kasih sudah mau menjaga dan menemani putriku."

"Yah, kami semua teman," ucap Shinsou. "Tentu kami selalu membantu satu sama lain."

Nada suara Shinsou datar. Dan ekspresinya netral. Seperti tak acuh. Namun kalimat itu rasanya tulus.

"Ah! Bukannya aku mau merusak momen—" ucap Dorothea. Masih dalam pelukan Hikaru. Suaranya teredam oleh syal.

"Kereta kita sudah datang."

Benar saja. Bullet train yang akan membawa mereka mendekat di atas rel. Mereka berlima segera masuk. Menempati tempat duduk masing-masing.

Hosu, kami datang.

***

Langit senja yang kemerahan menyapa mereka ketika tiba di stasiun.

Akira tampak sibuk menelpon seseorang ketika mereka baru keluar dari stasiun. Setelah orang diujung yang lain selesai bicara, di menutup ponsel. Lalu beralih melihat kuartet 1-C.

Normal (A BNHA Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang