Chapter 20 : Rendezvous

586 134 11
                                    

Buku Kumpulan Kisah Horor Klasik terbuka di pangkuan Dorothea.

Dia sempat mengambilnya sebelum bus berangkat. Entah apa yang membuatnya memutuskan turut membawa buku tebal itu ketika berkemas. Namun, setidaknya sekarang dia punya kegiatan di dalam bus.

Si rambut merah duduk sendirian di deretan kursi paling belakang. Di dekat jendela. Tepat di belakang anak bernama Ojiro dan Sero. Mereka sempat mengobrol sebentar. Hal-hal biasa. Perkenalan, quirk, sedikit soal bagaimana dia menemukan Ingenium. Kemudian dua anak laki-laki itu mulai mengobrol sendiri. Jadi Dorothea lanjut membaca.

Dia baru separuh di cerita The Wendigo ketika bus berhenti. Kepalanya terangkat.

Apa kita sudah sampai?

Aizawa memberi arahan untuk keluar. Jadi satu persatu murid mulai bangkit dari bangku mereka. Dorothea menjadi yang terakhir.

Begitu kakinya menapak keluar, dia melihat tebing. Dan ada mobil hitam terparkir.

Ini bukan tempat pemberhentian?

"Tunggu, mestinya ini tempat pemberhentian, kan?"

"Hah, dimana siswa kelas B?"

Kening Dorothea mengerut. Dia memperhatikan anak kelas 1-A mulai berkumpul. Dia sendiri masih berdiri di dekat bus.

"Memang tidak mungkin kalau tidak ada maksud tertentu, kan?" kata Aizawa.

Aku punya perasaan buruk soal ini.

Pintu mobil hitam menjeblak terbuka.

"Yo, Eraser!"

Suara bernada tinggi itu terdengar. Aizawa membungkukkan badan.

"Lama tidak bertemu."

Tampak dua wanita keluar. Pirang dan brunette. Mereka menggunakan baju yang mengingatkan Dorothea pada serial magical girl yang sering dia tonton waktu kecil.

"Dengan tatapan mata yang berkilau, Lock On!"

"Kucing yang imut dan menggemaskan!"

"Wild, wild—"

"Pussycats!!"

Dorothea menahan diri untuk tidak memutar mata dan tertawa geli. Sementara Eins disampingnya sudah terkekeh.

Posturing macam apa itu? Benar-benar seperti magical girl.

"Mereka adalah Pro Heroes yang akan melatih kalian selama pelatihan kali ini, Pussycats," terang Aizawa.

"Mereka salah satu dari empat pahlawan yang telah mendirikan kantor agen!" pekik Midoriya.

Mata emas Dorothea menatap dari jauh dengan penasaran.

"Mereka tim berpengalaman yang khusus melakukan penyelamatan di pegunungan!" tambah Bocah Brokoli.

"Oh dia tahu banyak," komentar Eins.

"Mereka sudah bekerja selama dua belas tahun—ERGH!"

Si pirang, Pussycats yang berpakaian biru—Pixie-Bob—bergerak secepat kilat. Telapak yang bersarung tangan  cakar kucing putih menutupi wajah Midoriya. Sukses membungkamnya.

"Di hatiku, umurku masih delapan belas tahun!"

Wajah wanita itu menyeramkan.

Cakar di sarung tangannya berkilat.

"Di hatiku umurku masih..."

"Delapan belas tahun!" sambung Midoriya.

Dorothea tidak bisa menahan tawa kecil kali ini. "Krisis umur, ya?"

Normal (A BNHA Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang