Chapter 23 : Pernoctation

557 131 8
                                    

Hari kedua berjalan sama dengan hari pertama.

Penuh dengan siksaan.

Ah, what would people do to achieve their dreams...

Dorothea mencoret satu baris kalimat dari catatannya. Merasakan kalimat itu terlalu puitis untuk artikel.

Netra emasnya menyisir ke murid-murid yang berlatih. Angannya tiba-tiba melayang ke posibilitas yang dia miliki sendiri. Mungkin untuk quirknya, dia harus melatih ketahanan untuk mengendalikan benangnya dalam waktu lama. Begitu juga mengontrol ketebalan dan kekuatan benang.

Mungkin kalau dia bertemu dengan anggota dari The Silent Hands lagi—

Mengingat ancaman itu, tiba-tiba idenya semakin bertambah.

Sejauh ini untuk defensif, aku bisa mengikat mereka, menahan senjata mereka, dan melucuti senjata juga.

Trik 'pisau-benang' itu juga berguna untuk menyerang. Apa ada lagi cara menggunakan quirkku secara offensif?

Mungkin aku bisa menggunakan benangku menjadi semacam garrote wire?

Dorothea bergidik sendiri. Ternyata posibilitas teknik penggunaan quirknya banyak juga.

"Kenapa, Dorothea? Masih dingin?"

"Hm?" Dorothea berbisik. "Tidak, um, aku hanya berpikir—Dengan adanya Silent Hands—mungkin aku harus belajar sedikit cara melindungi diri?"

Eins berdehum kecil. Dia melayang horizontal di samping gadis itu. "Bukan ide buruk. Mungkin Akira bisa mendaftarkanmu ke kelas beladiri. Atau Nikky dan Monika bisa mengajarimu!"

Dorothea mengangguk-angguk. Kedua teman Ibunya itu sepertinya punya sejarah bertarung yang cukup banyak.

Bicara soal Nikky dan Monika—

Gadis itu melirik ponselnya. Belum ada kabar sama sekali soal Kubo dan Seren.

Yang menghubunginya baru Akira, untuk memastikan keadaannya, dan Kuartet—atau Trio, mengingat Dorothea tidak ada—1-C menghiburnya dengan cerita liburan musim panas mereka atau foto kucing-kucing di Espurresso.

Tidak ada kabar soal The Silent Hands.

Aizawa juga belum mendapatkan berita apapun.

Menunggu seperti ini malah membuat Dorothea cemas.

Dorothea memperhatikan semua anak yang berlatih. Begitu juga dengan Aizawa, Vlad King, dan The Pussycats yang mengawasi mereka.

Semuanya tampak fokus dengan latihan mereka. Berpikir bahwa yang mereka lakukan saat ini adalah yang paling penting.

Rasanya sangat aneh.

Ada bahaya besar yang mengintai di horizon.

Salah satu 'kunci' dari bahaya itu ada diantara mereka.

Dan tidak ada satupun di sana yang tahu. Kecuali gadis yang menjadi 'kunci' itu sendiri, seorang guru, dan satu orang yang sudah mati.

Rasanya sangat aneh.

"Ngomong-ngomong, semuanya!" seru Pixie-Bob yang duduk di tumpukan kardus.

"Malam ini, akan ada uji nyali antar kelas! Setelah latihan keras, ada keseruannya menunggu!"

Uji nyali? batin Dorothea.

Woah, itu normal.

Pengumuman itu disambut berbagai reaksi mulai dari mengeluh sampai bersemangat. Dorothea tersenyum.

Normal (A BNHA Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang