Kaki Dorothea bergerak dengan langkah santai menuju U.A. Sementara itu, Eins melayang mengelilinginya dengan pandangan malas.
"Kau tahu kau sampai terlalu pagi, kan?"
Dorothea mengangguk singkat. Ya, setelah insiden kemarin, Ayahnya memutuskan untuk mengantarnya ke sekolah hari ini. Dan karena itu dia datang sangat awal, agar Akira juga tidak terlambat sampai ke tempat kerja.
Dia baru saja melintasi koridor ketika seorang mumi muncul dari ujungnya.
Tunggu dulu, mumi?
Dorothea berhenti. Mumi itu mendekat. Dorothea bisa melihat rambut hitam panjang di kepalanya yang terbalut perban. Dan gadis itu sadar bahwa itu sama sekali bukan mumi.
"Aizawa-sensei?"
"Kau terlalu pagi, nak," ucapnya. Dorothea tidak bisa melihat mulutnya bergerak dari balik semua perban itu.
"Apa anda baik-baik saja?" tanya Dorothea khawatir. "Tidakkah sebaiknya anda—"
"Luka seperti ini tidak akan menghentikanku melakukan tugas," selanya. Suara pria itu berat dan serak.
Di samping Dorothea, Eins mendengus. "Keras kepala."
Dalam hati Dorothea menyetujui komentar hantu itu. Hampir seluruh tubuh sang guru yang dilapisi perban. Termasuk muka dan tangannya yang berada dalam gendongan.
Itu pasti dari USJ, suplai otak Dorothea. Suara jahat itu terdengar. Lihat, seandainya kau berusaha lebih keras meyakinkan mereka, mungkin—
"Dorothea," suara Aizawa membuat dia tersadar. "Maaf aku tidak mendengarkan peringatanmu."
"Itu bukan salahmu!" pekik Dorothea. Ada frustasi pada nada bicaranya. Dia menunduk. Jarinya terkepal.
"I—itu bukan salahmu," ulangnya lagi. Suaranya bergetar. Lebih lembut kali ini. "Seharusnya aku—"
"Kau melakukan apa yang kau bisa," ucap Aizawa. "Ini juga bukan salahmu."
Dorothea bisa merasakan aura dingin Eins saat hantu itu melayang di dekat pundaknya.
"Dia pada dasarnya mengulang apa yang kukatakan."
Dorothea mengangguk—entah untuk Eins atau Aizawa—kemudian dia angkat bicara lagi.
"Jadi..., apa anda butuh sesuatu dari saya?"
Aizawa menghela napas.
"Aku sudah dengar isi interogasimu dari Nezu. Soal 'teman' yang memberitahumu ini—"
"Dia tidak bermaksud buruk," ucap Dorothea cepat. "Dan, uh, dia sudah tiada, jadi..."
Aizawa mendengus namun memberi anggukan kecil. Dorothea meringis melihat gesture itu. Dia tidak yakin Aizawa boleh banyak bergerak.
"Dan satu hal lagi," kata guru itu. "Saat di USJ, sebelum aku tidak sadarkan diri, aku mendengar sesuatu."
Huh?
"Seorang penjahat menyebutkan namamu."
Jantung Dorothea seperti berhenti berdegup.
"Uh, eh—a-apa dia seorang laki-laki dengan senyum terlalu lebar. Dan—uh—umm... dia membawa belati?"
Otak Dorothea mulai berputar.
Ya, ya, ya. Mungkin Kuba Hisao mengira dia berada di USJ? Jadi dia mencarinya kesana? Dan setelah tidak menemukannya, dia memutuskan menyergap di perjalanan pulang kemarin. Sial, tapi itu berarti penjahat memiliki data tentangnya masuk ke U.A. Walaupun tidak rinci. Bagaimana bisa? Darimana dia—
![](https://img.wattpad.com/cover/231180145-288-k368044.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Normal (A BNHA Fanfiction)
Fiksi Penggemar[ Original Character(s) + Plotline ] Dorothea Tuning pindah bersama Ayahnya dari London yang selalu mendung dan kelabu ke Jepang. Dia pikir ini akan menjadi awal baru setelah Ibunya meninggal. Dia siap pergi ke negara asal ayahnya, pergi ke sekolah...