sang penebar teror

19 5 0
                                    

Tak ada sedikit pun cahaya yang memasuki netra Nana ketika kelopak matanya membuka. Lampu kamarnya sudah mati, membuat suasana dalam kamar gelap gulita. Ditambah dengan langit yang tak menampakkan sinar bulan sama sekali, Nana hampir tidak bisa melihat apa-apa. Untungnya, sedikit cahaya dari ruang depan kamarnya mampu menembus sekat-sekat pintu kamarnya, memberikan sedikit penglihatan untuk Nana.

'Ini jam berapa?' tanya Nana dalam hati.

Begitu ingin mencari ponselnya, barulah Nana tersadar bahwa ia pasti tidak sengaja tertidur tadi. Posisinya tengkurap dengan bantal guling yang tertindih, juga dengan ponsel yang tepat berada di hadapannya. Nana selalu meletakkan ponselnya di nakas di samping tempat tidurnya sebelum ia tidur, sehingga kali ini ia yakin betul bahwa ia ketiduran. Nana pun mendudukkan dirinya dan meraih ponselnya. Begitu ia menyentuh layar ponselnya, matanya langsung menyipit, kaget mendapat asupan cahaya yang begitu terang dari ponsel di tangannya. Cepat-cepat, Nana menurunkan tingkat kecerahan ponselnya.

Nana baru saja hendak mematikan ponselnya ketika ia mendengar sayup-sayup suara televisi yang masih menyala di luar sana. Ditambah dengan lampu ruang tengah yang masih menyala, Nana berpikir bahwa mungkin kakaknya belum tidur. Urung mematikan ponselnya, ia kemudian hanya mengecek jam di ponselnya. Ternyata baru pukul 22.47. Wajar saja apabila kakaknya belum tidur. Yang tidak wajar justru kenapa Nana bisa tertidur sepagi itu? Biasanya, pukul sebelas malam saja ia belum merasa mengantuk. Merasa aneh tertidur sepagi itu, Nana memutuskan untuk keluar menghampiri kakaknya.

Cklek!

Bunyi pintu kamar yang terbuka membuat kakaknya menoleh ke arah Nana.

"Tumben lo udah tidur jam 9," komentar kakaknya.

"Ketiduran," jawab Nana singkat sembari berjalan mendekati kakaknya. Kemudian, ia mendudukkan diri di samping kakaknya itu.

"Lo masih ngerjain kerjaan kantor?" tanya Nana, melihat kakaknya masih memangku laptop sambil menonton TV.

"Baru aja selesai," jawab kakaknya singkat.

Tak lama kemudian, acara yang ditonton oleh kakaknya kembali mulai setelah dijeda oleh iklan.

"Kembali di GNN Indonesia Malam. Kali ini, kita akan menelusuri seputar perkembangan SARS-CoV-2 di dunia internasional," ujar seorang wanita, yang menjadi news anchor di acara berita yang memang sering ditonton oleh kakaknya. "Tiga orang ilmuwan di Brazil diduga tergabung ke dalam organisasi The Doctors, organisasi yang kini menjadi buronan internasional atas perannya dalam menciptakan SARS-CoV-2. Sama seperti ilmuwan yang minggu lalu tertangkap di Singapura, tiga orang ilmuwan di Brazil ini menyebarkan SARS-CoV-2 melalui semprotan aerosol yang diletakkan di dalam tasnya. Ketiga ilmuwan ini diketahui berpencar ke beberapa area publik, seperti mall, taman, serta angkutan umum. Kini, ketiga ilmuwan tersebut sudah ditahan oleh aparat setempat. Pemerintah juga memerintahkan untuk segera melakukan rapid test untuk masyarakat yang berada di lokasi operasi ketiga ilmuwan tersebut. Berikut adalah beberapa lokasi operasi ketiga ilmuwan tersebut yang berhasil dilacak oleh aparat setempat."

Timbul kerutan di dahi Nana. Organisasi The Doctors memang menjadi salah satu hal yang mengganggu pikiran Nana beberapa waktu belakangan ini, terlebih sejak diumumkan bahwa organisasi ini resmi bertanggung jawab atas terciptanya SARS-Cov-2. Organisasi ini juga ditetapkan bertanggung jawab atas tersebarnya SARS-CoV-2 ke seluruh dunia. Yang lebih menakutkan bagi Nana adalah anggota-anggota organisasi ini yang entah bagaimana bisa tersebar luas di banyak negara. Pertama kalinya organisasi ini terdeteksi adalah di Amerika Serikat, kemudian disusul dengan China, Singapura, dan sekarang Brazil. Anggota yang tertangkap oleh aparat pun tidak seberapa. Tiga orang, empat orang, bahkan ilmuwan di Singapura bertindak sendiri. Entah ada berapa total anggota The Doctors di seluruh dunia.

"Serem ya Kak," gumam Nana lirih.

"Ho'oh," sahut kakaknya. "Nggak tau mereka mikirin apa."

"Katanya mereka mau nyelamatin bumi dari manusia, 'kan? Dari manusia yang mengeksploitasi segala sesuatu di bumi ini, sampe bumi rusak kayak sekarang," ujar Nana.

"Iya, tau. Gue juga sebel sih kalo inget bagian eksploitasinya itu, tapi mereka nggak takut neraka, apa? Bayangin coba, sekarang di Indonesia aja udah 5000 kasus lebih. Di Amerika serikat udah 32 ribu lebih. Di China udah 25 ribu lebih. Mereka mau nyiksa berapa orang? Mau bunuh berapa orang?"

Nana terdiam. Ia juga merasa manusia terlalu berlebihan mengeksploitasi sumber daya alam yang ada, tetapi kakaknya juga benar. Apakah anggota-anggota The Doctors ini tidak takut akhirat? Atau mungkin... mereka memang tidak percaya Tuhan? Tidak percaya adanya Surga dan Neraka?

Tiba-tiba saja, ada sekelebat bayangan manusia yang melintas di jendela depan rumahnya.

"Kak, itu siapa?" Nana langsung menggenggam erat tangan kakaknya.

Mana mungkin ada orang yang bisa melompati pagar rumahnya diam-diam? Setidaknya, pagar rumahnya itu akan mengeluarkan suara gemerincing, atau setidaknya berdecit 'kan?

Sewaktu Nana sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba saja suara sesuatu yang disemprotkan memasuki indera pendengarannya dan kakaknya. Teriakan kakaknya adalah hal terakhir yang diingat Nana.

"NANA!!!"

•  •  •  •  •

"NANA! ASTAGA, BANGUN WOI! BUKANNYA LO ADA KELAS JAM 8?!"

Nana, yang baru membuka matanya, langsung kembali menyipitkan matanya itu. Terlalu terang.

"BANGUN WOI, BOCAH! UDAH TELAT KELAS NIH!"

Nana mendudukkan dirinya, kemudian mengucek-ucek matanya.

"Ampun lah, punya adek kebo banget!" omel kakaknya sembari meninggalkan kamar Nana tanpa menutup pintunya. "Awas lo tidur lagi! Gue siram aer dingin nanti!"

Sementara itu, Nana masih menatap kosong ke arah jendela di hadapannya. Dahinya berkerut dengan bibir yang sedikit manyun.

'Mimpi apa-apaan? Pasti gara-gara konspirasi warga Twitter!'

•  •  •   •   •






<!-- tema hari ini -->

Asal-usul Corona Versi Kalian.

<!-- cuap-cuap penulis -->

Yak, sodara-sodara. Bisa kita lihat bahwa temanya mulai memberontak. Yak.

Puji Tuhan masih bisa rada nyambung sama part kemarin meskipun agak nganu ya 😭 Oh iya, aku emang ambil latar di awal-awal Koronces masuk ke Indonesia, jadi kasusnya baru 5000 ('baru' sounds wrong there).

Btw, seneng banget ada beberapa penikmat baru di lapak yang sempat berdebu ini. Kalo kalian baca, welcome to my account! Semoga sedikit cerita di sini bisa menghibur kalian di kala waktu senggang ❤️

Hoping to see y'all tomorrow!

RejuvenateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang