Rere baru saja mendudukkan dirinya di atas tempat tidur pagi itu, tetapi saat itu juga ia langsung menghela napasnya kasar. Cuitan burung-burung yang biasanya terdengar seperti lagu bagi Rere tak berlaku pagi itu. Gadis itu langsung melihat ke arah meja kerjanya—yang tampak lebih mirip seperti kapal pecah—, dan menemukan selembar kertas yang menampung tulisannya semalam. Entah apa yang ia pikirkan, tapi ia ingin sekali membakar kertas itu. Membakar puisi itu. Dan mungkin dengan begitu... ia juga bisa membakar perasaan dan seluruh memorinya dengan orang itu.
Hari masih sangat pagi. Rere memang selalu bangun lebih pagi daripada adiknya. Ia suka mendengarkan cuitan burung-burung, mendengarkan suara jangkrik yang terkadang masih terdengar, menikmati sejuknya udara pagi, juga menikmati sepinya hari sebelum orang-orang mulai beraktivitas. Akan tetapi, pagi ini ia harus memanfaatkan waktu dengan baik kalau tidak ingin diledek oleh adiknya. Adiknya itu pasti akan meledeknya habis-habisan jika melihat sisi mellow-nya yang memang jarang—atau bahkan tak pernah—ia tunjukkan pada adiknya itu. Yah, memang salahnya sendiri sih, sering meledek adiknya ketika adiknya itu sedang terbawa suasana.
Rere kemudian bergegas menuju ke dapur untuk mencari pemantik api. Seharusnya setiap rumah memiliki sebuah pemantik api, 'kan? Lagipula, waktu itu sempat mati lampu dan Rere ingat betul ia menyalakan lilin dengan pemantik apinya. Namun, di mana ia meletakkannya? Ia mencari di laci biasa yang ia ingat sebagai tempat terakhirnya meletakkan barang itu, tapi ia tak berhasil menemukannya. Ia mencari ke seluruh laci meja dapur dan rak dapur, tapi juga tak berhasil menemukannya.
Rere hampir saja memutuskan untuk hanya menggunting kertas itu ketika ia menemukan 'penyelamat'-nya. Sekotak korek api. Sudah agak—kalau tidak bisa dibilang sangat—berdebu, karena tampaknya kotak korek api itu terselip entah berapa lama di bagian dalam laci meja dapur itu. Juga, letaknya tertutup dengan tempat gunting dan pisau-pisau dapur, yang tentunya lebih sering ia gunakan.
Ia tengah membuka pintu depan rumahnya—karena berniat membakar kertas itu di halaman rumah saja, berjaga-jaga jika sesuatu yang konyol terjadi—ketika ia mendengar pintu kamar adiknya terbuka.
Adiknya itu melongokkan kepalanya dari dalam kamarnya, kemudian menatap kakaknya dengan tatapan bertanya-tanya.
"Mau ngadem," ujar Rere, memahami bahwa adiknya tengah bertanya-tanya apa yang hendak kakaknya ini lakukan di luar rumah ketika udara pagi masih dingin seperti ini.
Beruntung, Nana hanya bergumam, kemudian kembali masuk ke dalam kamar. Takut adiknya itu akhirnya memutuskan untuk keluar kamar, Rere cepat-cepat menuju ke bagian halaman depan rumahnya yang tak berubin untuk melaksanakan niatnya.
"BAKAR APAAN TUH? LAGI BAKAR FOTO MANTAN YA?"
"Anjir! Tumben amat sih bangun pagi-pagi?!"
Tak ayal, Rere langsung bangun dari posisi berjongkoknya, kemudian menginjak-injak kertas yang tengah terbakar itu dan berharap agar kertas itu semakin cepat dilahap api. Seandainya Nana dapat mendengar suara hati kakaknya itu, ia pasti sudah mendengar sederet pisuhan yang kakaknya itu gumamkan dalam hati.
"Yah, udah kebakar. Nggak seru," gerutu Nana sembari kembali masuk ke dalam rumah.
Tak ia sadari, kakaknya itu tengah mengepalkan tangannya kuat-kuat selagi menatap punggungnya. Rere berusaha untuk menarik napas dalam-dalam, kemudian mengeluarkannya perlahan. Menarik napas lagi, lalu mengeluarkannya lagi secara perlahan.
'Untung adek sendiri! Kalo nggak, udah gue ceburin ke got depan rumah, kali!' gerutunya gemas.
Rere kemudian mengernyitkan alisnya, berbarengan dengan bahunya yang bergetar kecil. Ia sungguh tak bisa membayangkan apa jadinya kalau Nana berhasil melihat secuplik saja bait-bait menggelikan yang ia torehkan di atas kertas semalam. Rere hanya menatap abu hitam bekas kertas yang tadinya berada di bawah kakinya, kemudian berjalan masuk ke dalam rumah.
• • • • •
<!-- tema hari ini -->
Buatlah cerita (bukan puisi) di mana tokoh utama harus menyelesaikan masalahnya dengan menggunakan Korek Api (ini benda secara harafiah).Dilarang menggunakan tema cerita lilin ulang tahun dan mati lampu.
<!-- cuap-cuap penulis -->
GA NYANGKA GAIS AKU BERHASIL BERTAHAN DI MINGGU KETIGA, meskipun ada bolong sih :") Tapi yaudalaya Wattpad web emang sensi sm ak :"""
KAMU SEDANG MEMBACA
Rejuvenate
Random31 hari menempuh perjalanan, yang sebetulnya pernah dijalani dahulu kala 31 hari melakukan hal yang dulu menjadi kawan setia setiap harinya, tetapi kini sudah terlupakan 31 hari penuh tantangan, sekaligus penuh kesempatan untuk kembali berkarya 31 h...