Setelah bertahun-tahun, akhirnya fungsi alarm di ponsel Rere tak lagi hanya untuk mengingatkan deadline pekerjaan dan pengingat meeting. Hari ini, Rere menambahkan alarm yang ia setel di sore hari untuk setiap harinya, dan kini layar ponselnya tengah menunjukkan notifikasi alarm tersebut
SIRAM BUNGA!!!
Begitulah teks yang memenuhi layar ponsel Rere kini. Setelah beberapa jam-entahlah, mungkin empat atau lima jam?-Rere duduk di depan laptopnya, akhirnya Rere bisa mengistirahatkan badannya sebentar. Gadis itu berjalan ke kamar mandi, mengambil gayung, kemudian berjalan menuju halaman belakang rumah kecil mereka. Setelah mengisi gayung itu setengah penuh dengan air yang dikucurkan dari keran yang biasanya mereka gunakan untuk mencuci baju, Rere menyiramkannya ke atas pendatang baru halaman belakang rumah kecil mereka ini. Sang bunga berwarna kuning.
Rere tersenyum setelah merasa yakin bahwa air yang ia berikan cukup untuk bunga itu. Mau tidak mau, suka tidak suka, melihat bunga kuning itu mengingatkan Rere pada sosok pria yang memberikannya. Sadar bahwa seulas senyum mulai muncul di wajahnya, Rere cepat-cepat menghilangkan senyumannya itu. Kalau adiknya yang tengil itu melihatnya, Rere yakin ia akan diledek habis-habisan, apalagi kalau adiknya itu tau bahwa ia tengah berdiri di hadapan si bunga kuning.
Meskipun senyum tipisnya sudah hilang, bayangan sosok pria yang tak Rere ketahui namanya itu masih ada di benaknya. Ah, sudah berapa lama Rere tak memikirkan sosok seorang pria yang spesifik di benaknya, kecuali deretan 'pacar'-nya dari Korea? Tiba-tiba saja, gadis itu menghela napasnya. Matanya yang tadi tersenyum kini berubah sendu. Gadis itu tau jelas mengapa sudah sekian lama ia tak memikirkan perihal pria. Hal itu karena... setiap ia membayangkan sesosok pria, pasti sosok yang tak ingin ia ingat-ingat lagi turut mengikutinya. Saat ini pun begitu, bahkan setelah bertahun-tahun lamanya Rere berusaha mengubur kenangannya dengan sosok itu.
• • • • •
"Wih, tumben banget Nona Rere mau telfonan sama gue! Mau konseling apa lagi, Non?" Suara seorang gadis terdengar dari seberang sana. Entah Nana sudah tidur atau belum, Rere memang memutuskan untuk menelpon 'konselor pribadi'-nya malam ini. Ajaib, bukan? Hanya karena sebuah bunga kuning yang diberikan oleh tetangganya yang kebetulan adalah seorang pria, pikiran Rere menjadi kacau sepanjang setengah hari sisanya. Ajaibnya lagi, pikirannya bukan dikacaukan oleh si pria pemberi bunga, melainkan pria lain yang tak ada sangkut-pautnya sama sekali dengan bunga itu.
"Hello? Earth calling Rere!"
"Iya, iya, denger!"
"Kenape lo? Mimpiin si anu lagi?"
"Wah gila lo, kalo gue mimpiin dia lagi sih lenyap aja gue dari muka bumi."
"Lebay. Jadi kenapa nih? Dapet gebetan baru selama WFH? Wah, jangan-jangan lo main Tinder ya?! Lo pake foto siapa sampe bisa dapet gebetan baru?!"
"Heh, kurang ajar! Emangnya foto gue senista itu apa sampe gue kudu nyolong foto orang buat di Tinder doang?! Tuh, 'kan, bahkan sebelom gue mulai topiknya aja udah lo belokin 180 derajat. Males ah, Gie."
"HAHAHA. Jangan ngambek gitu donggg! Iya, iya, Nona Angie yang cantik ini siap mendengarkan Nona Rere."
Rere hanya mendengus mendengar perkataan sohibnya itu. Ia tau jika ia meladeninya, pasti pembahasan mereka tidak akan kembali ke jalan yang lurus. Oleh karenanya, Rere memutuskan untuk mengabaikan kenarsisan sohibnya itu.
"Gue dikasih bunga--tapijanganhebohdulu. Plis, poinnya bukan di situ," ujar Rere cepat-cepat, tau bahwa teman bicaranya di seberang sana itu akan segera histeris begitu mendengar kalimat pembuka ceritanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rejuvenate
Random31 hari menempuh perjalanan, yang sebetulnya pernah dijalani dahulu kala 31 hari melakukan hal yang dulu menjadi kawan setia setiap harinya, tetapi kini sudah terlupakan 31 hari penuh tantangan, sekaligus penuh kesempatan untuk kembali berkarya 31 h...