"AH ELAH!" Sebuah teriakan menggema di tengah siang bolong di rumah kecil bercat biru langit itu.
Tak lama kemudian, suara pintu yang terbuka terdengar.
"Kenapa lagi lo, Kak?" tanya Nana dengan mata yang tampak masih mengantuk. Terima kasih kepada teriakan sang kakak, tidur siang adiknya itu—atau mungkin lebih tepatnya tidur sore, mengingat saat ini sudah hampir pukul lima sore—berhasil berakhir dalam waktu satu jam, tidak bablas dua jam seperti biasanya.
Hari ini memang bisa dibilang cukup—kalau bukan sangat—menyebalkan untuk Rere. Setelah noda yang timbul di waktu yang sangat tidak tepat di bagian belakang celananya pagi tadi, ia memang mengalami kesialan-kesialan yang tampaknya tiada akhir. Misalnya saja, ketika dirinya tengah menggoreng ikan untuk makan siangnya dan Nana tadi, minyaknya tiba-tiba saja memuncrat dan mengenai lengannya. Beruntung, mereka masih memiliki salep obat yang expired tepat akhir bulan ini.
Belum cukup sampai di situ, laptop tuanya itu meng-update dirinya sendiri tanpa sepengetahuan dirinya, entah bagaimana caranya. Yah, sewajarnya laptop-laptop yang sedang meng-update diri, tentu saja proses menyalakannya mengambil waktu lebih lama daripada biasanya. Padahal, siang tadi, tampaknya ia memiliki jadwal video call yang cukup penting, mengingat Rere tadi mengucapkan permintaan maaf dengan wajah yang sangat bersalah ketika akhirnya bisa mengikuti video call yang terjadwal itu.
Dan kini...
"LAPTOP NGGAK JELAS, SUMPAH!" umpat Rere seraya meletakkan laptopnya dengan kasar ke atas meja di depan sofa.
"Kenapa lagi, Kak?" Nana menghampiri kakaknya itu, kemudian melihat layar laptop kakaknya. Hitam.
"Ini! Gue udah colok charger, eh dia tiba-tiba mati! Kerjaan gue nggak tau kesimpen apa nggak! Mana itu kerjaan deadline-nya dua hari lagi!"
Nana tak menanggapi apa-apa. Ia hanya mencermati laptop kakaknya itu, kemudian memutar-mutar colokan dari charger ke laptop tersebut. Setelah diputar dan diubah posisinya oleh Nana beberapa kali, tiba-tiba saja lampu kecil yang menjadi indikator bahwa laptop tersebut tengah mengisi daya menyala kembali.
"Kabelnya ada yang nggak bener kali, Kak. Ini gue puter-puter bisa nyala lagi," ujar Nana begitu lampu indikator tersebut bisa terus menyala.
"Makas— ISH!" jerit Rere ketika lampu indikatornya kembali padam begitu ia meraih laptopnya dari atas meja, bermaksud meletakkannya kembali ke atas pangkuannya.
Nana langsung menahan kakaknya itu yang hendak kembali meletakkan—dan mungkin sedikit membanting—laptopnya ke atas meja.
"Coba taro dulu, terus dicari-cari posisi kabel yang bener kayak gimana," usul Nana.
Tidak jadi meletakkan laptopnya ke atas meja, Rere meletakkan laptopnya ke atas pangkuannya. Tentu saja dengan tetap disertai sedikit bantingan, yang membuat Nana sedikit meringis. Adiknya itu kemudian membantunya mencari-cari 'posisi' kabel yang benar, dan tak lama kemudian lampu indikatornya kembali menyala.
"Udah? Coba nyalain," usul adiknya itu.
Rere menekan tombol power pada laptopnya, kemudian layar laptopnya menampilkan logo perusahaan laptop tersebut.
"Makasih," jawab kakaknya itu.
• • • • •
"Kak, makan dulu!" teriak Nana dari dapur.
Di tangannya, Nana tengah membawa sepiring ketoprak yang dibeli dari abang langganan mereka yang lewat sore tadi. Ia tau ketoprak adalah salah satu makanan favorit kakaknya, terutama ketoprak dari abang langganan mereka ini. Oleh karena itu, Nana memutuskan untuk membelikan ketoprak agar mood kakaknya bisa sedikit membaik.
Nana baru saja hendak memanggil Rere lagi ketika ia melihat kakaknya itu sudah mulai beranjak dari tempat duduknya. Nana hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya ketika Rere tetap terfokus pada ponselnya selagi berjalan ke ruang makan.
Baru saja kakaknya itu hendak menarik tempat duduk yang biasa ditempatinya...
"ADUH!"
Buk!
Klontang! Klontang!
Dalam waktu kurang dari satu detik, ponsel Rere terlempar--untungnya--ke atas meja makan, mengenai sendok dan garpu yang Nana sediakan, yang kemudian 'melemparkan' kedua peralatan makan itu ke udara, dan akhirnya mendarat di lantai. Tentu saja dengan bumbu ketoprak yang ikut bertebaran ke mana-mana. Semua terjadi dalam waktu kurang dari satu detik, hanya karena kaki kakaknya tersandung kaki meja yang tempatnya tidak berubah sama sekali sejak bertahun-tahun yang lalu.
Nana hanya bisa meringis ketika--
"ISSSHHHH!!!"
• • • • •
<!-- tema hari ini -->
Buatlah tulisan mengenai tokoh utama yang selalu badluck
<!-- cuap-cuap penulis -->
WOW AKHIRNYA AKU BERHASIL UPDATE TIDA MEPET GAIS! Kayaknya aku harus merayakan hari ini :") //g
Btw aku lagi seneng banget :") Belakangan ini, semua urusanku semacam diperlancar sama Yang Di Atas. Aku daftar beasiswa, aku daftar magang yang resmi buat kampus nanti, aku daftar magang buat isi liburan ini, semuanya berhasil sampe tahap interview :""") Seminggu atau dua minggu ke depan ini, jadwalku lumayan padet acara gara-gara itu :") Tapi gapapa, aku seneng bangettt HUHU :"""
Doain ya supaya prosesnya lancar sampe lolos nantii :") Aku mau pukpuk Kak Rere juga yang nasibnya hari ini terbalik 180 derajat sama aku :")
See you tomorrow!
KAMU SEDANG MEMBACA
Rejuvenate
Random31 hari menempuh perjalanan, yang sebetulnya pernah dijalani dahulu kala 31 hari melakukan hal yang dulu menjadi kawan setia setiap harinya, tetapi kini sudah terlupakan 31 hari penuh tantangan, sekaligus penuh kesempatan untuk kembali berkarya 31 h...