Pagi ini tak seperti pagi-pagi biasanya selama beberapa bulan belakangan ini. Ketika Nana membuka matanya, sinar matahari tidak setajam itu memasuki indera penglihatannya. Perlahan, ia pun merasa jari-jari kakinya sedikit kaku. Ketika ia menempelkan jari-jari kakinya pada betis kaki lainnya, Nana langsung mengernyitkan dahinya. Dingin.
Dari luar kamarnya, tidak terdengar suara kakaknya menyiapkan sarapan mereka. Jam berapa ini? Biasanya, saat Nana bangun, kakaknya itu tengah mempersiapkan sarapan mereka, meskipun terkadang hanya berupa sereal dengan oatmeal. Nana pun melirik jam yang terletak di atas meja belajarnya. Masih pukul enam pagi, ternyata. Pukul 06.45, tepatnya. Biasanya gadis itu bangun di atas jam tujuh, tapi mungkin hari ini ia terbangun lebih pagi karena cuacanya yang memang cukup dingin dibanding biasanya.
Tak ingin tubuhnya membeku, Nana pun turun dari tempat tidurnya. Gadis itu melangkah keluar dari kamarnya dan menuju ke dapur. Gadis itu kemudian meraih gelas minumnya, lalu menghampiri teko air panas yang diisi kakaknya setiap pagi. Tentu saja saat ini teko itu masih berisi air panas sisa kemarin, karena kakaknya itu belum bangun. Namun tak apa, pasti air di dalamnya masih sedikit hangat untuk membantu Nana menghangatkan diri.
Baru saja Nana menggenggam pegangan teko itu tanpa sempat mengangkatnya, tiba-tiba saja teko itu bergoyang dengan sendirinya. Nana langsung melepaskan pegangannya. Gadis itu mengintip dari sebelah kiri teko, tetapi tidak menemukan apa-apa. Begitu pun dari sebelah kanannya.
'Dikira teko ajaib punyanya Belle, apa, bisa goyang-goyang sendiri?' batin Nana, selagi berkali-kali mencoba melihat mengapa teko itu bisa bergoyang sendiri barusan.
Namun, setelah Nana menunggu selama beberapa detik, teko itu masih berhenti bergoyang dengan sendirinya. Gadis itu pun tidak melihat apa-apa yang menyebabkan goyangan teko tadi. Perlahan, Nana mengulurkan tangannya ke arah pegangan teko.
Aman. Tidak terjadi pergerakan seperti tadi lagi. Nana pun mengangkat teko tersebut, dan kemudian—
"AAAAAA!"
Pintu kamar kakaknya pun terbuka. "Kenapa, Dek?!"
Nana masih terpaku dengan sebelah tangannya di dada.
"Dek?" panggil kakaknya, yang kini sudah berada tepat di sebelah Nana. "Ngapain lo ngeliatin teko begitu?"
"Cicak sialan. Gue kirain ini teko ada jinnya," sungut Nana setelah pulih dari keterkejutannya.
"Kebanyakan nonton sih lo. Udah sana, gue mau bikin sarapan," usir kakaknya itu.
"Sabar, mau nuang air panas dulu. Dingin banget kek tidur di Kutub Utara semalem."
"Lebay lo."
"Tapi emang beneran dingin, ish! Emang lo nggak berasa kedinginan?" tanya Nana sinis, sedikit kesal karena kakaknya itu hobi sekali mengatainya.
"Ya emang, tapi nggak selebay Kutub Utara juga, kali."
"Kakak nyebelin emang lo."
"Nggak gue bikinin sarapan nih," ancam kakaknya itu.
"Iya, iya, nggak nyebelin," ujar Nana asal sambil melangkah kembali ke arah kamarnya, ingin bersembunyi sebentar dari dinginnya udara pagi itu di bawah selimutnya sembari menunggu kakaknya membuatkan sarapan pagi itu.
• • • • •
<-- tema hari ini -->
Teko Ajaib
<!-- cuap-cuap penulis -->
HUAAAHHH BESOK PENYIKSAAN INI AKAN SEGERA BERAKHIRRR!!! Semoga temanya cuma bikin cerita ini tamat ya, bukan riwayatku yang tamat :""")
Terima kasihhh buat kalian yang udah menemani aku selama bulan Juli inii UwU~
Meskipun ceritanya nggak se-bersambung yang kubayangin (karena ini cuma disambung sama timeline dan tokoh aja kayaknya :">), tapi cukup bahagya karena berhasil melalui beberapa tema sulid :"") Yah, meskipun ada beberapa bolong juga, tapi not bad lah buat aku sendiri.
Cuma sedih aja nih, nggak banyak yang komen :< Tapi gapapa, masih ada yang baca aja aku udah seneng kok :")) Makasih banyaakkk readers setia achuuu ❤️
See you on the last day of July!
KAMU SEDANG MEMBACA
Rejuvenate
Random31 hari menempuh perjalanan, yang sebetulnya pernah dijalani dahulu kala 31 hari melakukan hal yang dulu menjadi kawan setia setiap harinya, tetapi kini sudah terlupakan 31 hari penuh tantangan, sekaligus penuh kesempatan untuk kembali berkarya 31 h...