kesalahan pembawa petaka

11 4 0
                                    

Baru sekitar tiga puluh menit Nana memfokuskan diri pada tugasnya, konsentrasinya sudah terpecah lagi berkat kakaknya. Kakak satu-satunya itu memasuki kamarnya dengan brutal, dengan senyum lebar di wajahnya, serta dengan teriakan nyaring yang hampir memecahkan telinga Nana.

"DEEEEEKKKKKKKK GILAAAAAAA GUE SENENG BANGETTTT!!!"

"Anjir, Kak! Bikin orang jantungan aja!" gerutu Nana yang konsentrasinya terpecah, serta dengan telinga yang kondisinya hampir menyamai konsentrasinya itu. "Kenap—"

Belum selesai Nana mengutarakan pertanyaan sekaligus kekesalannya, kakaknya itu malah sudah berteriak-teriak histeris lagi dengan seseorang di seberang sambungan telepon sana.

"HALO? LAMA BANGET LO BALES WHATSAPP GUE TI! OLSHOP LIGHTSTICK KEMAREN UDAH READY STOCK NIH! BURUAN BELIII, GUE UDAH BEL—"

Nana menatap kakaknya aneh. Kak Rere yang sedetik lalu mengeluarkan teriakan-teriakan dengan volume suara yang tidak manusiawi kini terdiam begitu saja. Ringisan sudah menggantikan cengiran lebar di wajah kakaknya itu.

"E— eh, Pak Tio," ujar kakaknya gugup.

Alis Nana berkerut mendengar kalimat yang dilontarkan kakaknya barusan. Menyadari bahwa adiknya tengah menatapnya bak alien yang datang dari luar angkasa, kakaknya itu cepat-cepat meninggalkan kamar Nana dengan ponsel yang masih menempel di telinganya. Memutuskan untuk tak ambil pusing, Nana kembali menghadapkan diri ke layar laptopnya untuk melanjutkan tugasnya.

Belum ada lima menit tugasnya itu diperhatikan oleh Nana, kakaknya kembali menerobos kamarnya, lagi-lagi dengan teriakan yang volumenya tidak manusiawi. Akan tetapi, berbeda dengan saat pertama kali tadi, kali ini teriakan kakaknya itu lebih bernada frustasi dibanding histeris bahagia.

"DEEEEEKKKK MATI GUE DEEEEKKKK HUHUHUHUHU," ratap kakaknya sambil menghempaskan dirinya ke atas tempat tidur Nana.

"Apaan sih, Kak?! Tadi histeris kayak orang dapet undian lotere, sekarang mati-mati," omel Nana dengan alis yang hampir menyatu.

"ADUHHHH TADI GUE SALAH NELPON ORANG DEEEEKKKKK! ADUHHHH MATI DEH GUEEE!" keluh kakaknya itu, kini dengan bantal yang menutupi kepalanya.

"Hah?"

"TADI GUE MAU NELPON TIARA, TAUNYA MALAH KEPENCET KONTAK PAK TIO! ADUH, MALU-MALUIN BANGET GUE! BEGO EMANG REREEEE!"

"Emang," ujar Nana pelan. Tampaknya kakaknya itu terlalu sibuk dengan kesalah-sambungan yang dibuatnya tadi, sampai-sampai ia mengabaikan celetukan Nana.

"Pak Tio emang siapa?" tanya Nana.

"KLIEN GUEEE! BESOK SENEN GUE MAU RAPAT SAMA DIA BARENG BOS GUE! MAU NGOMONG APA GUE COBA NAA?!"

"AHAHAHAHAHAHAH ASLI KAK?! KLIEN LO?! HAHAHAHA MAMPUS!"

"ADEK KURANG AJAR! ADUH, MENDINGAN LO BANTUIN GUE MIKIR HARUS NGOMONG APA BESOK DI DEPAN PAK TIOOO!"

"Bilangin Kak, lightstick-nya udah ready, mau beli nggak Pak?"

Tawa Nana langsung pecah kembali begitu ia menyelesaikan kalimatnya. Tanpa Nana sadari, Kakaknya itu sudah tidak merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya. Kakaknya itu kini sudah terduduk di tepi tempat tidur Nana dengan wajah yang tertekuk semuram-muramnya.

"NANAAAAAAAA!"

•  •  •  •  •



<!-- tema hari ini -->

Buatlah tulisan dengan prompt: Apa yang harus kukatakan di pertemuan kita selanjutnya?

<!-- cuap-cuap penulis -->

Yak, hari ini jadi super deadliner dengan ide seadanya :")

Maapin ya, anaknya lagi sibuk persiapan seleksi beasiswa buat besok, sama masih ujian juga sampe tanggal 10 nanti :") Doain yaa semoga dapet beasiswanyaa! 🥰

RejuvenateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang