Tik...
Tik...
Tik... Tik...
Tidak ada suara lain yang mengisi rumah kecil bercat biru langit itu selain rintik air yang mengetuk-ngetuk seluruh sisi rumah itu dengan pelan. Di dalamnya, tidak ada aktivitas apapun yang terlihat. Hanya ada seoarang gadis remaja yang tertidur di sofa ruang tamu.
Tik... Tik... Tik...
Tik... Tik... Tik... Tik... Tik...
Tetes air yang dijatuhkan langit semakin gencar mengetuk-ngetuk rumah itu, seakan ingin membangunkan gadis yang tengah terlelap itu. Benar saja, gadis itu pun tak lama kemudian membuka matanya. Begitu bunyi air yang menghujam jendela di dekatnya memasuki indera pendengarannya, gadis itu cepat-cepat berdiri dan menuju halaman belakang rumah kecilnya itu.
Terdapat beberapa gantungan pakaian yang masih basah, yang juga menjadi sasaran empuk rintik-rintik air dari langit. Tak ingin cuciannya kembali kotor, gadis itu segera memindahkannya ke sisi yang lebih terlindungi. Untung saja sebagian dari halaman belakang rumah kecilnya itu ditutupi terpal.
Setelah memastikan cuciannya sudah aman, gadis itu segera kembali ke dalam rumah. Ia menyeduh segelas susu cokelat panas di dapur, kemudian duduk di ruang makan, menghadap ke arah halaman belakang rumahnya itu. Merasakan angin sejuk menyapa ke dalam rumah kecilnya ini, gadis itu kembali tersenyum di dalam hati. Rumah ini sungguh nyaman. Kecil memang, tapi nyaman. Pamannya memang handal dalam mendesain tata letak rumah ini. Sirkulasi udara yang bagus membuat rumah ini selalu lebih sejuk dalam keadaan apapun dibanding kebanyakan tempat lainnya yang pernah dikunjungi oleh gadis itu.
Omong-omong, ini memang bukan rumahnya sebenarnya. Tadinya, rumah kecil ini dikontrakkan oleh pamannya. Akan tetapi, sekitar tiga tahun yang lalu, kakaknya harus merantau ke kota ini akibat tuntutan pekerjaan. Berkat kebaikan hati pamannya, yang memang selalu dikenal murah hati oleh setiap orang yang pernah bertemu dengannya, kakaknya diminta untuk menempati kontrakan ini saja. Lagipula, saat itu memang sedang tidak ada yang mengontrak rumah kecil ini. Kemudian, satu tahun setelahnya, gadis itu menyusul kakaknya. Ia berhasil diterima di salah satu PTN di kota ini. Yah, meskipun jarak kampusnya agak lebih jauh dibandingkan dengan kantor kakaknya, tetapi setidaknya ia tidak usah pusing mencari kos-kosan seperti teman-teman rantau lainnya.
Rintik air yang tiba-tiba saja berubah menjadi guyuran air membuyarkan lamunan gadis itu. Tak terasa, uap yang tadinya berasal dari susu cokelat panas di hadapannya kini sudah hilang. Begitu ia memegang gelasnya, hangatnya pun sudah berubah menjadi suam-suam kuku. Ia segera meneguk susu cokelatnya beberapa kali, kemudian meletakkannya kembali ke meja.
Seiring dengan semakin kerasnya air mengguyur rumah kecil itu, semakin keras pula memori yang gadis itu kubur dalam-dalam mencoba memberontak. Bukan, bukan memori romansa ala-ala penggemar senja. Hanya memori seorang gadis yang duduk di bangku SMP.
• • • • •
"Na, gue suka deh liat dedaunan yang basah. Keliatan seger, keliatan hidup. Nggak kayak biasanya. Kaku, kering," ujar seorang gadis yang berumur sekitar empat belas tahun. Gadis itu sedang duduk berdua dengan seorang gadis lainnya, di ayunan di halaman rumahnya. Matanya tertuju pada daun-daun pohon yang bergoyang kecil karena dihantam air dari langit.
"Tapi gue kasian sama airnya," lanjut gadis tadi, "soalnya pasti sakit banget jatuh dari ketinggian setinggi langit dan bumi."
Hening.
"Ya ampun, gue dikacangin Nana."
Gadis bernama Nana itu kemudian tertawa kecil. Ia menengok ke arah temannya, lalu akhirnya memutuskan untuk membuka suara.
"Gue justru iri sama airnya, Ka. Meskipun mereka jatuh, jatuhnya bareng-bareng." Gadis yang bernama Nana itu terdiam, tetapi seakan ia belum menyelesaikan kalimatnya.
"Kayaknya itu lebih baik daripada kalo kita cuma sendirian," lanjut Nana sembari menatap rintikan air yang masih membasahi tanah, dengan volume suara yang lebih lirih.
"Bener juga ya," kata gadis di sebelah Nana, memecah keheningan beberapa detik di halaman rumahnya. Kemudian, ia mengulas senyum lebar di wajahnya. "Untung ada lo, jadi gue nggak akan pernah sendirian! Lo juga nggak perlu takut sendirian, Na. 'Kan kita bakal temenan terus!"
Nana hanya mengulas senyum kecil di wajahnya sekaligus melafalkan amin yang paling tulus dari dalam hatinya.
Beberapa tahun kemudian, Nana bertanya-tanya apakah aminnya kurang tulus, karena ternyata semesta tidak mengabulkannya.
• • • • •
"Kebiasaan ya lo, Na. Tiap cuaca mendung dan mendukung buat mellow gini selalu ngelamun sampe susu cokelat lo keburu dingin. Mending buat gue aja, sini!"
Lamunan Nana buyar berkat ocehan panjang lebar dari seorang gadis yang tiba-tiba sudah berada di dalam rumah itu.
"Enak aja," ujar Nana, kemudian meneguk habis susu cokelat dari gelas di hadapannya. "Udah abis, seduh sendiri sana!"
"Yeee, adek kurang ajar!"
"Siapa suruh jadi kakak nyebelin? Kalo lo baek pasti gue nggak pelit. Bwe!" Nana memeletkan lidahnya, lalu meninggalkan kakaknya itu sendirian di dapur.
"Ish, sama aja lo! Nyebelin!" teriak kakaknya dari dapur.
"Ya 'kan gue nyontoh lo doang!" sahut Nana dengan teriakan yang tak kalah kencang.
• • • • •
<!-- tema hari ini -->
Hujan. Tanpa menggunakan kata hujan.
<!-- cuap-cuap penulis -->
Welcome to my first story after ages! Asli, kangen banget nulis fiksi di Wattpad :") Apalah dayaku yang sekarang lebih sering nulis artikel (dan tugas) dibanding cerita :")
How was it? Have I lost my ability to write fictions? Menurut kalian, udah cukup menggambarkan temanya belum? KOMEN PLIS AKU KANGEN BALES-BALESAN KOMEN SAMA READERS 😭
Semoga masih ada yang nungguin ceritaku yaa :") DOAIN JUGA BIAR AKU BERHASIL MENAMATKAN CHALLENGE INI SAMPAI HARI TERAKHIR OKESIP?!
Udah ah cuap-cuapnya, masih ada UAS yang menanti.
See you tomorrow!
p.s.: Ada yang tau nggak format <!-- cuap-cuap penulis --> dan <!-- tema hari ini --> itu format apa? 👀
p.p.s.: Doain juga biar aku bisa bikin work ini sebagai sebuah cerita yang nyambung ya!!1!1
p.p.p.s: Jangan lupa mampir ke karya temen-temen NPC yang lain! Mampir ke akun NPC2301, terus cek reading list NPC yang judulnya 30 Daily Writing Challenge 2020 ya! Tulisan mereka jauh lebih keren daripada tulisan abal-abal ini :")
KAMU SEDANG MEMBACA
Rejuvenate
Random31 hari menempuh perjalanan, yang sebetulnya pernah dijalani dahulu kala 31 hari melakukan hal yang dulu menjadi kawan setia setiap harinya, tetapi kini sudah terlupakan 31 hari penuh tantangan, sekaligus penuh kesempatan untuk kembali berkarya 31 h...