Nana's POV
Kapan ya terakhir kali aku tergeletak di tempat tidur tanpa memegang ponsel selama ini? Rasanya ini sudah 15 atau mungkin 20 menit sejak aku merebahkan diriku ke atas kasur tadi. Bukan, aku bukannya sedang bosan dengan konten-konten di media sosial. Bukannya selalu ada konten baru setiap harinya, meskipun terkadang kontennya tidak bermutu?
Malam ini, otakku dipenuhi oleh setumpuk memori dari lembar-lembar soal latihan semasa SMA-ku. Sejak melihat gambar Cika... seakan-akan seluruh lembar soal latihan itu mampu bercerita. Aku masih mengingat kapan, di mana, dan dengan siapa saja aku mengerjakan beberapa lembar soal tersebut. Sisanya, hanya sekilas ingatan yang masih tersisa di benakku.
Tadinya... aku bersyukur masih bisa merasakan sisa-sisa kehangatan bekas pertemanan kami di masa SMA. Itu artinya aku masih cukup beruntung 'kan, karena masih berkesempatan merasakan pertemanan sehangat itu? Yah... meskipun itu hanya dahulu kala. Namun, setelah satu hari ini berlalu dan aku berakhir terbaring sendirian di atas tempat tidur ini.., tak dapat kuhindari bahwa perasaan iri dan dengki itu kini berdampingan dengan rasa hangat yang kurasakan. Kedua perasaan yang berlawanan ini menjadi semacam mata koin saat ini, yang betul-betul tak bisa dipisahkan sekuat apapun keinginanku untuk tidak merasa iri ataupun dengki.
Aku tau betul bahwa dengan merasa iri, dengki, atau bahkan benci, aku hanya akan menyakiti diriku sendiri. Mereka tidak akan rugi atau merasa tersakiti dengan perasaanku 'kan? Yah, kecuali jika aku mengungkapkannya. Namun tampaknya hal itu tidak akan terjadi, jadi akulah satu-satunya pihak yang dirugikan oleh perasaan ini.
Hah, tampaknya author sudah memaparkan kenyataan pahit ini di bab sebelumnya. Aku pun yakin bahwa kalian, para pembaca, yang pernah atau sedang memendam rasa iri, dengki, dan benci juga menyadari hal ini, bahwa kalianlah satu-satunya pihak yang tersakiti oleh perasaan kalian. Meskipun aku ini hanya sebatas tokoh fiksi bagi kalian, Kak Rere, Cika, dan lembaran-lembaran soal ini adalah duniaku, tau. Dan... apa yang terjadi di hidupku sebelumnya, itu juga menorehkan luka bagiku.
Jadi, jika ada di antara kalian yang sudah berhasil memaafkan dan mengikhlaskan 'mantan teman' atau 'mantan sahabat' kalian, ajari aku ya? Aku tak ingin lagi hidup digelayuti beban seberat ini. Aku tak ingin lagi hidup menjadi satu-satunya pihak yang tersakiti. Dan aku rasa... author pun membutuhkan saran untuk itu.
Ah, mataku sudah mulai mengantuk. Aku tidur dulu, ya? Tenang saja, kita akan bertemu lagi besok. Meskipun aku ini sudah tau keberadaanku hanyalah sebagai tokoh fiksi, aku akan tetap menjumpai kalian, kok! Good night!
• • • • •
<!-- tema hari ini -->
Buatlah tulisan dengan konsep breaking the fourth wall
<!-- cuap-cuap penulis -->
HNGGGG entahlah apa tulisan ini masuk tema atau nggak :""") Makin deket akhir makin menjadi" aja ini temanyaaa huweee T-T
Nganu, kayaknya aku akan menganggap work ini setengah fail deh :") Tadinya aku mau bikin cerita bersambung, tapi mbuh lah, cuma timeline sama tokohnya aja yang nyambung. Adegannya ya cuma ngikutin tema plek :""")
BUAT KALIAN YANG MASIH BACA CERITAKU SAMPE PART INI, MAKASI BANGETTT HUHUHU jangan lupa buat mampir ke work 30DWC punya member NPC yang lainnya yaa! 30DWC mereka jauuuuhhhh lebih menarik buat dibaca daripada work random ini kok guys :""")
See you tomorrow!
KAMU SEDANG MEMBACA
Rejuvenate
Random31 hari menempuh perjalanan, yang sebetulnya pernah dijalani dahulu kala 31 hari melakukan hal yang dulu menjadi kawan setia setiap harinya, tetapi kini sudah terlupakan 31 hari penuh tantangan, sekaligus penuh kesempatan untuk kembali berkarya 31 h...