Tell Me |3

0 0 0
                                    

"Wah, ternyata kau ada di sana. Kau tahu tidak diri mu sekarang bagai tikus yang ingin ku bakar" ejek ku tanpa basa basi.

"Haha, terus terang sekali. Kau bahkan tidak tahu diri ku sebenarnya"

"Aku tahu kok, emang aku seperti sahabat sialan mu itu hah?!" teriak ku.

"Berhenti bicara!" teriak nya.

"Baik, aku tidak mau melawan mu di sini. Aku hanya ingin kau melawan diri mu sendiri. Sadar lah! Aku tahu kau belajar sihir dengan giat untuk kedua orang tua mu. Kalau begitu jangan menyerah dan kembali lah sekolah dan lawan lah sahabat sialan mu itu! Kau bilang katanya kau tidak ingin seperti ini, tapi mengapa kau menyerah?" jelas ku.

"Ah, aku sudah lama tidak di nasihati oleh orang bodoh seperti mu"

"KAU LAH YANG BODOH TAU! KAU TIDAK MENGETAHUI DIRI MU SENDIRI! KAU TIDAK MEMILIKI JATI DIRI! TIDAK, KAU MEMILIKI NAMUN KAU TIDAK TAHU, TIDAK SADAR HARUS BAGAIMANA. KAU BIMBANG! KAU TERBAWA ARUS AKAN KEJAHATAN SAHABAT SIALAN MU SEJAK KECIL!" teriak ku panjang.

Baron hanya diam di balik kegelapan.

"KAU TERLALU GAMPANG PUTUS ASA DAN TIDAK MENGETAHUI JALAN KELUAR YANG SEHARUSNYA! KAU YANG LEMAH TAHU! KAU YANG BODOH! KAU YANG T****L, SIALANNNNNNNNNNN!!!!" teriak ku kencang sampai tidak sadar air mata menetes di pipi ku sedari tadi.

"SADAR LAH! KAU HARUS BANGKIT DAN MENEMUKAN SOLUSI YANG SEHARUSNYA BUKAN SEPERTI INI!!" teriak ku lagi.

Aku tidak tahan melihat dirinya di hadapanku. Dan ia masih teridam di sana seperti tidak mendengar teriak kan ku tadi.

"Baiklah, kalau kau masih tidak sadar juga atau bahkan tidak mendengarkan yang sepertinya kau memang tidak mau mendengarkan, akan ku bakar rumah ini habis. Akan lebih senang bila kita sama-sama tidak memiliki tempat tinggal bukan?" sambil bersiap membakar rumah.

"Ah, lebih baik juga kalau kau ikut terbakar bersama rumah ini, dan tidak lama aku akan membunuh sahabat sialan mu itu. Tidak, jangan sahabat tetapi t** a****g yang membuat kita berada di neraka" lanjut ku sambil menatap api yang sudah membakar lantai kayu rumah yang perlahan menyebar.

'Ssshhh..' air tiba-tiba mendobrak api.

"Berdiri lah, baju mu basah kuyup"

Suara gelap nya berubah menjadi orang yang ku kenal sekarang.

"Lama sekali kau sadar nya sampai rumah ini sudah sedikit terbakar. Kau tahu tidak diri mu tadi bagai patung yang dipahat oleh b****n" sambil terisak.

"Maaf, aku membuat mu khawatir. Aku tadi mendengarkan ucapan mu kok yang bagai tarzan di hutan itu" sambil tertawa kecil.

"Lihat lah, kau masih bisa bercanda. Ahli ya membuat kepalsuan pada diri mu itu. Sampai-sampai ku bahkan lupa siapa diri mu itu. Menyebalkan" sambil memukul keras lantai kayu yang sudah rapuh.

"Aku benar-benar minta maaf. Aku memang tidak tahu diri. Aku memang menyebalkan dan sejak kecil aku di pengaruhi oleh sahabat ku. Ah bukan tapi t** a****g. Maaf atas kelalaian ku dan membuat kalian khawatir"

Aku terdiam sejenak mencoba meredakan emosi.

"Baiklah, karena kau sudah sadar aku ingin menanyakan satu hal. Mengapa kau memberitahu semua yang ku lakukan setiap hari?"

"Dari awal aku sudah salah pada diri mu dan Faron. Saat pertama kali kita bertemu, gedung tua yang kau tanya itu adalah rumah pribadi nya. Namun, karena sudah tua maka di bilang eksperimen penyihir oleh orang-orang setempat. Aku main asal menunjukan dan membangkit kan batu yang ia gunakan setiap hari tanpa memberitahu dirinya. Ia marah akan hal itu dan meminta penebusan dengan cara aku harus memberitahu keseharian mu. Dan kesalahan yang sudah ku perbuat pada diri mu aku sudah berbohong pada sekolah tentang diri mu yang sudah bisa menciptakan warna padahal sebenarnya belum. Kau jadi susah payah terpaksa untuk masuk sekolah padahal kau belum siap" jelas nya sampai ia meneteskan air mata nya yang tak ia sadari.

"Kamu pasti menyesal karena sudah tinggal bersama ku" katanya.

Aku hanya bisa terdiam menatap dirinya  menyesal akan semua perbuatan yang telah ia lakukan selama ini.

"Aku bukan lah murid teladan, aku adalah murid terburuk yang pernah kau temui. Aku selalu menyembunyikan hal yang seharusnya tidak ku lakukan dan selalu berbohong" katanya lagi.

"Aku juga minta maaf karena asal memukul mu tanpa mengetahui dan mengerti perasaan mu sebenarnya" kata ku yang juga sambil terisak.

Aku memeluk dirinya berusaha saling menenangkan satu sama lain untuk berjuang menghadapi manusia keji itu. Tidak, bukan manusia, tetapi penyihir kelam.

***

Hanabi✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang