"Ruka, kamu baik-baik saja?" tanya ku khawatir.
"Ah iya aku baik-baik saja" dengan suara kelelahan.
Terlihat Ruka berjalan kearah ku dengan sempoyongan sedang kan yang lain terlihat baik-baik saja.
"Kalian pulang lah, jangan kemana-mana sehabis ini"
"Dia itu..." kata Evi.
"PULANG LAH! CEPAT!" teriak ku tiba-tiba.
"Baik" dengan suara ketakutan.
"Ruka mau aku antarkan? Kita..." kata Jake.
"Tidak perlu, kau urus lah urusan mu sendiri" kata ku tegas.
"Tapi.."
"PERGI!" teriak ku lagi.
"Baron, ada apa?" tanya Ruka dengan suara lemas.
"Ah, tidak ada apa-apa" kata ku berusaha menenangkan.
Aku segera membawa Ruka pulang meskipun hujan sangat lah lebat. Untung nya aku ke sini membawa mobil.
***
Aku menyelimuti Ruka meskipun baju nya sedikit basah karena air hujan.
"Baron, tadi ada apa?" tanya nya.
"Tidak ada apa-apa"
"Tapi tadi kamu marah-marah dan ketakutan. Dan lagi tadi aku seperti..."
"Kita bicarakan besok saja ya. Sekarang kamu tidur lah"
"Baik lah, janji loh kamu kasih tau semuanya"
"Iya" sambil menutup pintu.
Aku sebenarnya tidak ingin memberitahu nya, karena akan menimbulkan kekacauan di antara kami.
Yah, dari awal aku memang salah, sudah berbohong kalau Ruka bisa membuat warna, berbohong bahwa semua akan baik-baik saja.Dan lagi aku harus memberitahu teman-teman yang lain mengenai hal ini. Bagaimana aku harus ceritakan nya?
***
"Baron! Ayo ceritakan!" sambil duduk manis di kursi seperti anak kecil ingin mendengar dongeng.
"Ah, nanti ya, aku.."
"Hari ini kan hari Minggu, hari ini libur!"
"Iya, aku tahu"
"Ah, kamu ada rahasia ya. Ayo ceri..."
"Karena mereka kemarin terlibat juga mengenai peristiwa kemarin. Jadi aku tidak perlu menjelaskan secara berulang"
"Oh, baik"
"Nah, sila..."
"Wah, kalian tinggal berdua seperti pacaran saja. Gawat nih Jake" kata Evi sambil tersenyum ejekan.
"Oi, kalo ga mau keluar dari rumah ini!" kesal Ruka.
"Ini kan rumah Baron bukan rumah kau" sambil menjulurkan lidah.
"KELUAR!!!!" teriak Ruka.
"Ini bukan rumah aku, ini rumah orang kemarin"
"Eh? Maksudnya?"
"Orang kemarin yang menjebak kalian bernama Faron"
"Hah?!"
"Kalau tidak terima keluar lah, aku juga tidak mau tinggal lama disini"
"Ap.."
"Awalnya rumah ini memang milik nya. Namun, karena aku di tinggal oleh kedua orang tua ku. Akhirnya aku dirawat oleh nya. Ia adalah sahabat ku, namun semenjak kami masuk sekolah ia berubah. Awalnya aku kira ia memiliki niat yang sama yaitu berjuang untuk saling melindungi satu sama lain. Namun, semua nya sirna karena ia mengancam ku kalau tidak menurut maka kedua orang tua ku akan di bunuh oleh nya dan tentunya aku akan di usir dari sini alias tidak mempunyai tempat tinggal. Yah, karena aku masih kecil dan pikiran masih sempit aku setia padanya sampai sekarang" jelas ku.
Mereka hanya terdiam mematung melihat diri ku yang polos dan tidak tahu diri.
"Semenjak Ruka datang menginap disini, Faron tidak menyetujui. Namun, aku memaksa dan tidak menuruti perintahnya lagi. Aku tidak lagi setia, karena aku menyadari bahwa nasib mu sama seperti ku tidak mempunyai tempat tinggal. Aku terus menyampai kan keseharian mu selama tinggal disini. Hingga ketika ia menjadi sangat jahat memperlakukan kalian seperti kemarin" lanjut ku.
"Maaf, ini semua..."
'Plak!'
Tamparan mendarat di pipi ku.
Yah, sebenarnya aku sudah tahu kejadian nya akan seperti ini."Aku pergi dahulu, terima kasih atas info nya" kata Evi, Laura, dan Kezia
"Kau... sialan!" umpat Jake yang seakan ingin meninju ku tapi tertahan lalu pergi.
"Kalau bodoh jangan di pelihara ya, mulai saat ini jangan pernah hubungi ku lagi dan aku akan menginap di rumah Jake saja. Kebetulan ia menawari ku."
"Tunggu, aku.."
"Berhenti bicara atau ku pukul sampai babak belur?" sambil membereskan barang-barang nya.
Aku bagai anjing dan majikan yang harus taat dan setia karena ikatan.
Menyebalkan."Terima kasih atas tempat tinggal nya dan test yang sudah kamu ajari ke aku selama ini. Aku senang bisa tinggal bersama mu dan diajari berbagai macam hal. Semoga hubungan mu dan sahabat sialan mu selalu akrab ya. Selamat tinggal" sambil keluar menutup pintu.
Aku diam di depan pintu bagai patung.
Kesalahan dan penyesalan terus menerus menerpa diri ku."Wah, mau kemana mereka? Padahal hari ini aku ingin menyambut mereka" kata Faron sambil membuka pintu rumah ku.
Aku tidak menanggapi nya.
Aku berlari ke kamar ku.
Meninggalkan tanggung jawab yang seharus nya aku laksanakan.
Dan malah memilih untuk berlari.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hanabi✔️
Roman d'amour"Ia bagai kembang api yang meluncur bebas di angkasa. Ia bagai berlian berwarna hijau yang selalu tumbuh di ingatan ku. Warna hijau yang berarti kedamaian bersama dirinya. Warna kuning yang berarti kegembiraan bersama dirinya" ©Necorineko 2020