8. Keputusan

216 5 0
                                    


Chapter 8. Keputusan.

Dini mengantar Ayahnya ke tempat peristirahatan terakhirnya. Sesekali dia menyeka air matanya. Meski dihati begitu ikhlas tapi rasanya belum puas dia berbakti kepada Ayahnya. Bram suaminya membimbingnya dengan penuh kasih. Mereka pun meninggalkan pusara untuk segera pulang. Dari kejauhan ada wanita cantik dengan baju dan kacamata hitam mengawasi mereka. Kemudian pergi entah kemana.

Dini mengantar Bram ke bandara untuk sebuah perjalanan dinas. Bram  menunda tugasnya  satu Minggu agar bisa menemani Dini selama masa berkabung. Bram memeluknya sebelum  menuju ruang keberangkatan. Saat keluar bandara Dini disambut wanita yang sedari tadi mengawasi dari kejauhan. Tubuh Dini bergetar. Tiba-tiba  Dini pingsan. Diko, anak Dini panik tapi wanita itu membantu membawa Dini ke rumah sakit .

Selama di Rumah Sakit. Wanita itu menjaganya dengan penuh kasih. Dini telah siuman. Pikirannya melayang pada masa lalunya. Masa dimana ia menjalani hubungan asmara yang menyimpang dengan Atika, wanita yang ada di depannya sampai orang tuanya menjodohkan dengan Bram. Dini Minta diberi waktu untuk berbakti kepada orang tuanya dan berjanji akan kembali pada Atika jika Ayahnya meninggal. Atika membelai rambutnya. Perlahan Dini memberanikan diri membuka matanya. Dengan gemetar Dini berucap, "maafkan saya kak. Saya tidak bisa menepati janji itu. Saya telah menemukan kebahagiaan dalam kehidupan yang normal." Atika meninggalkan rumah sakit sambil mengusap air matanya.

PENTIGRAF  (One Shoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang