37. Al Fathikah untuk Ayah

52 1 0
                                    

     Aisyah menangis di atas pusara ayahnya yang masih basah. Seluruh pelayat  sudah meninggalkan tempat pemakaman. Dia bingung harus tinggal dimana setelah ayahnya meninggal karena dia tahu bahwa rumah luas yang dia tempati sudah dihibahkan pada Yayasan Yatim Piatu.

     Hari- hari berikutnya rumahnya dipenuhi oleh anak-anak yatim piatu yang mengumandangkan alunan ayat-ayat suci Al-Qur'an untuk Ayahnya. Wajah anak-anak itu memancarkan cahaya surga. Hatinya begitu damai setiap menatap wajah -wajah polos yang khusuk melantunkan Wahyu Ilahi. "Husnul khatimah, Ayah." gumamnya.

     Sebulan setelah ayahnya pergi, Aisyah mengemasi barang-barang yang dirasa penting. Dia memeluk foto Ayahnya dan menenteng tas untuk meninggalkan tempat yang penuh kenangan manis ini. Ibu Panti yang menemaninya sejak kepergian Ayahnya memintanya untuk tetap tinggal. Aisyah menolaknya. Aisyah berpamitan. Langkah Aisya terhenti karena ada 3 orang tamu yang ingin menemuinya. Di ruang tamu salah satu tamu itu menunjukkan gambar rumah yang bentuk dan modelnya sama dengan rumah yang dia rancang. Tamu itu menjelaskan bahwa rumah itu adalah hadiah dari ayahnya yang harus dia sampaikan sebulan setelah ayahnya meninggal. Air mata Aisyah berlinang. Ia mendekap foto Ayahnya dan mengirimkan doa Al- Fathikhah.

PENTIGRAF  (One Shoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang