7. Gambyong Pareanom

223 4 0
                                    

Chapter 7. Gambyong Pareanom.

Papa mengambil keputusan tanpa membicarakan denganku lebih dulu. Papa menyanggupi permintaan temannya yang bekerja pada Kedutaan Besar Republik Indonesia di Canberra Australia untuk menyuruh aku tampil membawakan tarian Indonesia, yaitu tari Gambyong Pareanom. Aku memang menguasai tarian itu. Tapi itu dulu saat aku masih SMP dan sekarang aku sudah menjadi anak kuliahan. Gerakannya saja aku lupa. Apalagi untuk membawakan tarian itu dengan indah. Di luar negeri lagi. Dan saat aku protes dengan enteng Papa menjawab. Sayang...kamu bisa belajar dari YouTube. Papa yakin kamu bisa. Hmm...belajar menari dari YouTube tidak semudah itu Papa.

Aku berlatih dengan keras. Aku jadi teringat Rena, sahabatku. Dia sangat piawai membawakan tarian ini.  Tiba- tiba saja sampurku terbang tertiup angin aku pun keluar rumah untuk mengambilnya. Dan oh...pucuk dicinta ulam pun tiba. Aku bertemu Rena. Segera saja Rena kupaksa mengajariku malam itu. "Ren, please. Besok aku harus tampil." Aku merajuk. Renapun melatihku  hingga aku benar-benar menguasai tarian dengan baik.

Aku merasa tersanjung ketika seluruh penonton memberikan respon yang baik. Papa pun menuai pujian. Ketika acara selesai aku bergegas pulang untuk menelpon Rena. Adikx menjawab
"Maaf mbak Winda, kak Rena sudah meninggal Minggu lalu. Padahal kakak belum melaksanakan mandatnya untuk menari di Canberra Australia ."  Aku tercengang.

PENTIGRAF  (One Shoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang