11. Hujan dan Rindu

333 7 0
                                    

Chapter 11. Hujan dan Rindu.

Dalam hujan bukan saja air yang mengalir tetapi rindu ini pun ikut mengalir. Derasnya telah usai tapi rinduku yang tak mampu kuusaikan. Dulu cintamu kau nyatakan saat hujan. Waktu itu, aku bukan saja dibasahi oleh hujan tapi jiwaku juga basah oleh rasa cintamu, indah sekali.

Hujan berikutnya, masih saja mengalirkan rasa rindu. Rindu yang tak tersampaikan dan menyisakan nyeri karena kau telah memutuskan untuk berpisah tanpa menghiraukan perasaanku. Tapi apalah dayaku. Karena aku tak bisa menahan keputusanmu. Dan seperti hari-hari yang lalu dalam hujan tetap tak mampu kubendung rasa rindu. Tetes tetes air yang mengalir selalu berbarengan dengan tetes air mataku.

Malam itu hujan datang lagi, aku lihat Daun jambu di depan rumahku berguguran. Kubiarkan ponselku yang berdering dari senja hingga semalam ini. Aku masih bergumul dengan rindu yang kian membuncah. Kenangan bersamamu menari-nari hingga tengah malam aku bermimpi bertemu denganmu. Kamu tersenyum melambaikan tangan. Aku terbangun kuusap air mataku. Kubuka ponselku, ada pesan dari ibumu. Maafkan Tevan, Nita. Dia meninggalkanmu karena mendapat vonis dari dokter tentang penyakitnya. Dan hari ini tolong doakan agar dia Husnul khotimah. Ya Tuhan. Seribu penyesalan menyesakkan dadaku. Andai aku tidak mengabaikan ponselku sore tadi. Pasti aku bisa melihatmu untuk terakhir kali. Hujan malam ini, kuikhlaskan rinduku.

PENTIGRAF  (One Shoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang