Epilog
"ITU VEGA DI ATAS... MAU BUNUH DIRI!""VE!! TURUN VE!!"
"VE!! JANGAN NEKAD!!"
"Aalah, palingan juga dia mau unjuk rasa. Mana berani dia loncat dari atas. Punya nyali dia?"
Sebagian orang berbicara menyebalkan dengan senyum sinis melihat Vega di ketinggian empat tingkat teratas. Mereka mendongak menatapi gadis itu. Ada juga yang merasa kasihan pada Vega.
Ditengah-tengah lapangan sudah sangat ramai berkumpul, suara jeritan terdengar dari setiap sudut. Kepala sekolah dan guru-guru dengan panik berdiri paling depan, mendongakkan kepala melihat Vega di bawah terik matahari.
Jika ada yang bertanya bagaimana orangnya seorang Vega, orang pasti mengatakan dia gadis angkuh, jutek, dan jarang senyum. Tidak terlalu ramah pada orang lain dan selalu bersikap kasar pada juniornya, namun prestasinya bisa diacungi jempol. Vega membawa anak Cheers hingga ke turnamen nasional dan dia juga selalu mewakili sekolah dalam lomba fisika.
Gadis itu tidak pandai berpura-pura, terlihat jelas dari wajahnya jika sedang kesal dan senang. Banyak yang tidak berani mendekatinya bahkan Vega masuk kategori most killer di sekolah. Sikapnya ketus dan suka main hantam.
"Gue Vega Auristella," kata gadis itu. "Nggak melakukan yang kalian tuduhin."
"VE... NGGAK USAH DRAMATIS GITU! TENANG DONG!!" teriak Nayaka dari bawah.
Juve membelah kerumunan dan mendongak melihat Vega sedang berada di atas. Ia tidak percaya Vega akan melakukan hal nekad seperti itu. Menurutnya gadis itu tidak mudah putus asa. Tenggorokannya kering menangkap wajah sendu gadis itu.
Dan sekarang Juve merasa seperti pecundang yang selalu menghindar saat Aster dan Vega membutuhkannya. Ketika Vega mendatanginya dan ingin bicara Juve malah menyuruhnya menjauh.
"Gue emang pernah berantem sama Aster. Bukan! Gue bully dia." Isaknya.
"Gue emang jahat. Mommy pernah bilang 'Kalau tidak bisa mengatakan hal baik, lebih baik jangan berkata apa-apa sama sekali. Gue pernah diposisi melakukan dan sekarang gue diposisi merasakan."
Gerhana bisa merasakan cengkraman tangan Bulan semakin kuat pada tangannya. Gadis itu menyiratkan ketakutan yang besar. Saat berada di lapangan Gerhana langsung mencari Bulan dan berada di samping gadis itu. Takut terjadi apa-apa pada gadisnya.
"Demi Tuhan, gue nggak sanggup kalau harus dibully terus sama kalian." Teriak Vega. Ia berhak minta keadilan karena bukan dia yang membunuh Aster.
"STOP VEGA! TURUN NAK, SEMUA AKAN KITA BICARAKAN BAIK-BAIK!" teriakan seorang guru wanita. Vega merasakan kakinya lumpuh tak berdaya, ia menangis memandangi sekelilingnya.
"VE! YOU KIDDING?! TURUN VE!" Teriak Juve akhirnya.
"Jangan ada yang ke atas! Atau gue lompat," ancam Vega melihat Juve berlari ke arah gedung. Membuat yang di bawah histeris karena kaki Vega bergeser ke depan.
"Gue mau ngomong sama kalian. Waktu di Bali gue sama Juve melakukan hubungan dewasa. Apa salah kalau gue nuntut dia jadi milik gue? Sedangkan Aster nggak mau lepasin Juve. Tapi bukan berarti gue mau jadi seorang pembunuh karena cinta!"
"Apa kalian mau ngehukum gue seumur hidup? Tapi gue kan nggak bersalah. Kesalahan gue adalah menyukai orang dengan berlebihan." Vega tersenyum dengan wajah yang penuh air mata. Ia bisa melihat Juve di kerumunan orang-orang dibawahnya. Sesaat ia mengingat kenangan manis mereka berdua.
Maaf karena gue jadi orang jahat.
"Saat umur gue 6 tahun orangtua gue bercerai. Gue tinggal dengan ayah dan ibu tiri gue. Yes..." Vega mengangguk lemah. "Hidup gue berantakan, terpukul. Gue depresi. Ibu kandung gue nggak tinggal sama gue. Gue nggak tahu rasanya punya ibu. Kalau kalian tahu gimana rasanya pergi ke sekolah dan pura-pura nggak ada masalah--"
"STOP VE! LO BUKAN KORBAN . LO PEMBULLY!" rancau seseorang di bawah.
"GUE BUKAN PEMBUNUH!" Geram Vega berurai air mata.
"LONCAT-LONCAT AJA! NGGAK USAH BIKIN DRAMA!"
Bulan sudah muak. Kenapa? Kenapa tidak ada orang yang perduli di saat kondisi seperti, tidak ada yang merasa bersalah. Bulan ingin meraih Vega kepelukannya menenangkan gadis itu seolah merasakan apa yang di rasakan gadis itu.
Bulan melepaskan tangan Gerhana ia memecah kerumunan, ingin memukul, menendang dan menghantam orang-orang itu dengan batu sekalian.
"Kalian harusnya malu! Menyesal. Jangan sampai ini terulang lagi!" teriak Bulan menatap sekelilingnya. Sementara Gerhana, Gemma, Juve, dan Putra berlari ke arah tangga untuk menyusul Vega.
"Orang-orang seperti kalian lah yang membuat murid seperti kami merasa tidak nyaman di sekolah. Kalian adalah bagian yang memaksa aku percaya hidup aku adalah kesalahan!" teriakan Bulan, frontal dengan air mata membuat sekelilingnya termenung merasa bersalah.
"A-- Aku juga adalah korban dari kalian! Sekolah buat aku bukan tempat belajar. Tapi Medan perang! Kalian ngebuat aku jadi orang lain, aku selalu dibayangin rasa takut kapan mereka akan membully aku. Mencemooh aku."
"Kayaknya aku nggak perlu melakukan apapun untuk membuat kalian tertawa. Apapun yang aku pakai pasti kalian tertawa. Kalau aku gugup kalian semakin menertawakan aku!"
Mendengar itu mereka tertunduk. Ya, Bulan selalu menjadi bulan-bulanan mereka.
"Kamu!" Bulan menunjuk Pingkan, gadis yang melipat tangannya ke depan dada dengan bandana Ping di kepalanya menatap Bulan dengan remeh. "Dan teman-teman kamu menggencetku. Itu sangat menyakitkan. Kalian tidak pernah mengkalkulasi efeknya. Menyebarkan kebohongan dan mengejekku dari belakang."
"Untuk waktu yang lama kalian mempengaruhiku! Tapi nggak kali ini. Nggak akan untuk sedetikpun!"
BRAK!
Ketika itu. Mereka dikejutkan dengan Vega yang melompat dari atas gedung, terjatuh tepat di depan mereka. Matras yang sudah standby di bawah terlepas dari sasaran. Mereka semua berteriak histeris.
Melati berlutut dengan lemas menatap di depannya. Ia memuntahkan cairan dari dalam perutnya merasakan rasa bersalah yang bertubi-tubi dalam dirinya.
Plak!
Nayaka menampar Laura sekuat tenaga. Dengan air mata yang bercucuran. Mereka saling menyalahkan. Vega bunuh diri karena depresi dan tekanan mental yang ia dapatkan.
***
Seorang siswi SMA di Jakarta BARAT tewas setelah lompat dari lantai 4 sekolahnya.
Siswi berinisial VA (16) tersebut sempat menjalani perawatan medis di rumah sakit.
Namun nyawanya tidak tertolong karena mengalami luka berat setelah lompat dari lantai 4 sekolahnya.
Kasus siswi loncat dari gedung lantai 4 sekolah ini menuai perhatian publik.
Banyak yang menyayangkan kejadian ini.
Tidak sedikit pula yang bertanya-tanya apa motif yang mendasari tindakan nekat yang dilakukan VA ini.
Kasus ini pun sedang ditangani oleh pihak kepolisian.
Polisi telah melakukan olah TKP di sekolah yang bersangkutan.
Tewasnya VA tentunya menyisakan kesedihan yang mendalam bagi keluarga serta teman-teman korban.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFRIEND
Teen FictionGue punya kekurangan dalam diri gue, karena itu gue sering di bully. Sampai pada suatu saat teman gue bilang, "Kalau Lo enggak punya kekurangan gue mau berteman sama lo!" Gila! Emosi nggak sih, temen sendiri ngomong kayak gitu! Apakah pertemana...