27 - Salah tingkah

145 12 0
                                    

BAB 27 Salah tingkah

Telapak tangan Sarah berpeluh dibalik tas genggamnya. Sekarang ia menapakkan kakinya di kediaman Gilbadesta. Ya, rumah ini milik wanita simpanan suaminya. Sarah membuang nafas pelan menunggu yang punya rumah, ia duduk di sofa dekat balkon.
Matanya menatap pintu berwarna coklat tua di sebelah kanannya. Rasa getir akan masa lalu saat itu. Semua seolah menguap, membuatnya kembali teringat.

Saat Gerhana ulang tahun ke 5 tahun.

TOK!TOK! TOK!

Sarah sudah berada dibalik pintu dengan rahang yang mengeras. Berulang kali ia membunyikan bel tidak ada jawaban. Sarah akhirnya mengetuk pintu dengan tidak sabar.

"Eh, mbak Sarah datang."

"Enggak usah basa-basi! Dimana anak saya?! Kata gurunya kamu bawa anak saya."

"I-Iyaa Mbak, tadinya saya mau nelpon Mbak. Biar Gerhana nginap di sini. Saya lagi buat acara untuk ngerayain ulang tahun Gerhana," jawab Ayudia. Mereka bicara di ambang pintu.

"Kamu nggak perlu buat itu! Cukup suami saya yang kamu ambil. Jangan lagi bawa anak saya," kata Sarah masuk ke dalam rumah tanpa dipersilahkan.

Sarah menyisir ruangan itu dengan bola matanya. Ruangan itu sudah di decor dengan balon dan tulisan selamat ulang tahun. Tampak teman-teman Gerhana yang masih berpakaian seragam TK sedang bermain, ibu mereka juga menemani.

"Kata Mas Farrel aku boleh bawa Gerhana. Aku sudah minta izin Mbak sama Mas Farel, biar bagaimana pun dia akan jadi anak saya," ucap Ayudia yang mengikuti Sarah.

"Kamu urus saja anak kamu hasil perselingkuhan kalian," ucap Sarah tajam. Ia semakin marah karena tidak menemukan anaknya. Dua orang wanita teman Ayudia juga mengekori Sarah.

"DIMANA ANAK SAYA?!"

Ketiga wanita itu terdiam. Ayudia tampak gugup. Mungkin mereka kaget kenapa Sarah bisa datang tiba-tiba.

Tukktukkk!

"Ma..Maaa!"

Tukktukkk!

"Ma...Maaa...huhhuhh!

Suara tangisan anak kecil membuat kuping Sarah tergerak. Matanya membulat besar menatap Ayudia. Dengan gerak cepat Sarah mencari asal suara itu. Beberapa pintu kamar berjejer sederet. Semakin mendekat ke pintu, suara dibalik pintu semakin nyaring.

"GERHANA!"

Sarah mengetuk kuat yang ia yakini suara itu berasal dari situ. Pintu itu terkunci membuat Sarah semakin bertanduk.

Huhuujj! hihkkkhik!

"Apa yang kamu lakukan?! Bukan pintu ini!" teriak Sarah tajam pada Ayudia. Dua orang wanita yang mengikuti mereka pasang wajah datar, merasa tidak bersalah mendengar suara tangisan anak kecil itu.

"Gerhana nakal Mbak, dia berantem sama temannya. Terus rebutan mainan sama Rigel. Padahal Rigel kan adiknya, nggak mau ngalah Gerhananya," kata seorang wanita berambut pendek.

"Maaf Mbak. Tadi aku nggak lihat Gerhana masuk kamar sini. Kamar aku ini otomatis terkunci kalau sudah tertutup," ucap Ayudia gugup, lalu pergi mencari kunci pintunya.

Tidak lama Ayudia membawa kunci dan membuka pintu kamar itu. Seorang bocah laki-laki sedang terisak dengan wajah yang lembab, bajunya sudah basah karena air mata. Gerhana berhambur kepelukan Sarah.

"Ma. Maa! Gelhana au pulang. Cemua na nakal ama Gelhana," isak Gerhana. Sarah mengusap air mata Gerhana yang mengalir deras. Hatinya sesak melihat kondisi anaknya.

UNFRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang