34 Ceker Ayam

147 8 0
                                    

BAB 34 Ceker ayam

        Suara degum music dan lampu warna-warni yang berkelip-kelip membuat suasana malam ini semakin panas. Pingkan menari-nari mengikuti alunan music DJ di dalam club.
Semenjak pulang dari Bali ia menjadi sering mengunjungi club malam dan shoping gila-gilaan.

           "Lo mau nyoba nggak?" Pingkan menarik bahu Marcus mendekat padanya hingga bibir mereka hanya berjarak satu jari.

        "Lo mabuk Ping, hah?"

        Pingkan tertawa dengan mata yang hampa, masih bergoyang di dalam dekapan Marcus. Laki-laki ini seperti anjing yang setia padanya.

         "Bukannya ini yang lo mau? Makanya lo terus-terusan dekatin gue." Pingkan mengantup bibirnya pada bibir Marcus, awalnya Marcus menolak namun malah menikmati saat Pingkan mendesah. Terlalu mudah baginya memanipulasi laki-laki ini.

          "Lo yakin ngelakuin ini?" bisik Marcus di sela ciumannya. Pingkan tersenyum dan menyambung lagi ciuman yang sempat terputus itu.

          Ia sedang bermain-main dengan dirinya sendiri. Menggunakan Marcus untuk melupakan Gerhana atau menggunakan Marcus untuk membuat laki-laki itu menuruti kemauannya.

***

         "Arghh!" Pingkan menggeliat di tempat tidur dengan kepala yang masih sakit akibat minuman tadi malam.

          Dengan malas ia bangun dari tempat tidur menuju kamar mandi. 45 puluh menit waktu yang ia habiskan membenahi diri untuk berangkat ke sekolah.

       "Selamat pagi, sayang," sapa Andhin, ibu Pingkan.

        "Hm!" sahut Pingkan singkat lalu duduk di bangkunya. "Cuma roti tawar? Selai coklatnya?" Pingkan menatap meja makan kesal.

         "Astaga Pingkan ini aja udah syukur masih ada. Kamu terlalu boros, mama udah kehabisan uang. Sana pergi ke rumah Gerhana, cari perhatian Sarah. Udah lama Sarah nggak kasih mama uang."

         "Maa..! Bisa nggak sih bahasnya jangan itu-itu lagi. Mama bisa cari kerja untuk mencukupi kebutuhan kita, kalau Papa kurang ngasih uang. Pingkan capek cari muka! Ngadu-ngadu terus sama tante Sarah."

           Andhin tertegun. "Kamu kenapa? Mood kamu lagi nggak enak ya? Biasanya nggak pernah marah kalau mama suruh main ke sana." Ujar Andhin. Pingkan mengacak rambutnya frustrasi. Ia bangun dari duduknya hendak pergi.

        "Pingkan, rambut kamu acak-acakan. Malu dong berangkat sekolah kaya gini." Andhin merapikan rambut Pingkan dengan tangannya.

        Tiba-tiba ponselnya berdering, dengan malas Pingkan menatap layar ponselnya. Tante Sarah. Andhin tersenyum lebar mendorong tangan Pingkan untuk menerima panggilan.

        "Pagi tante Sarah, baru aja Ping mau nelpon Tante. Kenapa Tante?" Pingkan berubah ramah dan tertawa renyah.

         "..................."

         "Di sana Gerhana nggak berulah kok Tante, Nggak ada yang aneh di Bali. Dia seneng-seneng sama temannya. Pingkan selalu ada di samping dia kok, Tante." Pingkan memasang wajah masam dengan nada suara yang ramah. Kebohongan yang ia ciptakan untuk membuat Sarah senang.

         "....................."

         "Apa? Tante transfer uang lagi ke rekening Pingkan?" Pingkan sudah menduga itu, namun ia perlu berekspresi. "Sebenarnya Tante nggak usah sering-sering kasih uang ke Pingkan, uang kemarin untuk ke Bali masih ada, Tante. Lagian Tante juga  ngasih Pingkan gelang berlian. Pingkan jadi nggak enak, Tante," ucap Pingkan." Tante, Pingkan sayang Gerhana tanpa itu, Pingkan akan selalu dekat dengan Gerhana.

UNFRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang