BAB 17 Perlindungan
Vega mengepalkan tangannya membiarkan teman lamanya itu lolos begitu saja. Ia menatap tajam pada punggung itu dengan mata gelap. Lagi-lagi gadis itu bisa mengendalikan keadaan.
"Ve! Katanya mau nyari orang? Kok lama banget. Udah dapet belum orangnya?" tanya Melati yang melihat Vega terdiam di anak tangga.
Vega melonggarkan uratnya yang menegang. Tadi, saat melihat Bulan diguyur air dari atas Vega langsung berlari menaiki tangga ke arah sana. Ia melihat dengan jelas orang itu dan memperjelas.
"Lo kenapa sih diem aja?" Melati menggoyangkan lengan Vega. "Kenapa sih? Dapet nggak orangnya?"
"Biarin aja, anggep aja dia mewakili gue ngasih pelajaran sama cewek udik itu. Berani deketin Juve."
Melati manggut-manggut mengerti. Vega berjalan seakan-akan tidak melihat apa pun dan tidak terjadi apa pun.
***
Kedatangan Bulan ke dalam kelas membuat seisi kelas menutup hidung mereka. Walaupun Bulan sudah mengganti seragam-nya dengan baju olahraga tetap saja bau menyengat itu masih ada dan membuat yang lain tidak nyaman.
"Tau diri dikit dong! Udah tahu bau masih aja masuk ke kelas." Teriak Fajar, cowok yang paling berani di kelasnya.
Bulan menundukkan kepalanya, merasa bersalah sekaligus kesal. Aster yang duduk di sampingnya saja terlihat menahan nafas.
"Ehemm." Bu Nilam berdehem. "Bulan hari ini saya izinkan kamu untuk tidak mengikuti pelajaran saya. Teman-teman kamu jadi terganggu karena kedatangan kamu. Kamu bisa keluar sekarang," ucap Bu Nilam menaikan bahunya memandang Bulan.
Mendengar perintah Bu Nilam yang terdengar sangat tajam membuat Bulan bangkit berdiri. Ia melangkah ke arah pintu, kupingnya masih bisa mendengar dengan jelas umpatan teman sekelasnya.
"Gila kali ya masih berani dia masuk ke kelas bau busuk kaya gitu."
"Enggak di guyur gitu juga dia tetap bau kali."
Bulan menatap laki-laki yang mencibirnya. Danu, cowok yang duduk di dekat pintu bertubuh tegap dengan rambut brekele itu sedang tertawa sinis.
Sudah lupakan. Mungkin Bulan harus terbiasa dikucilkan. Kesal dan marah itu yang tergambar pada dirinya. Ia meruntuki Bu Nilam, bukan ingin minta dibela, hanya saja di saat seperti ini Bulan ingin juga di perlakukan sebagai murid.
Seharusnya Bu Nilam menegur murid yang bicara lancang itu atau menanyakan kenapa Bulan berpakaian olahraga dengan bau yang tidak sedap. Ah, sudahlah! Tidak usah berharap banyak.
***
Gerhana melangkahkan kaki dengan mata menyelusuri murid di kelasnya, ia tidak sabaran ingin bertemu Putra. Bukan karena dia rindu dengan cowok berambut plontos itu. Seperti mimpi buruk ia berkawan dengan Putra yang kerjaannya minta traktir terus, padahal dia orang kaya. Karena hobi makannya itu ia mendapat julukan raja culametan.
Gerhana menghela nafas mendapatkan Putra sedang bermalas-malasan di bangkunya di samping Gemma, lalu beralih pada gadis dibaris sebelah kanan yang sedang mengecat kuku bersama kedua kawannya. Pandangan Gerhana tajam pada Vega, seakan ingin menguliti gadis itu.
"Ve, itu Gerhana kayaknya ngeliatin lo terus deh," ucap Nayaka memiringkan kepalanya ke arah Gerhana yang sedang berjalan.
Vega yang merasa itu tidak mungkin, melirik pelan-pelan pada laki-laki itu. Benar saja Gerhana memandangnya tak berkedip, rasanya jantung mau copot dilihat se'intens itu oleh Gerhana. Walaupun hanya ada Juve di hati Vega, tapi tidak bisa dipungkiri Vega pernah menyukai Gerhana. Laki-laki itu susah digapai hingga Vega milih mundur.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFRIEND
Novela JuvenilGue punya kekurangan dalam diri gue, karena itu gue sering di bully. Sampai pada suatu saat teman gue bilang, "Kalau Lo enggak punya kekurangan gue mau berteman sama lo!" Gila! Emosi nggak sih, temen sendiri ngomong kayak gitu! Apakah pertemana...