"Lo pilih! Berdiri di dekat gue, lo gue maafin. Tetep lo bantu cecurut itu. Lo akan nyesal!"
Bulan menghela nafas, sekarang ia sadar antara mereka sangat jauh perbedaannya. Gerhana Agusta Gemintang, sosok yang tak akan bisa ia gapai. Cinta memang buta, itu hanya kata-kata picisan dengan kemunafikan.
"Kalau emang kamu yang ngerjain aku hari ini. Aku sudah maafin. Semua makanannya tolong dibayar, nggak ada potongan harga."
Gerhana berdecih, uang bukan masalah. Tapi, di saat seperti ini pantaskah membicarakan soal uang. Dasar cewek matre.
"Segitu cintanya lo sama bau duit dari gue?" Gerhana menatap Bulan. Mana ada yang tidak suka uang. Bulan mengangguk, itu membuat Gerhana tertampar.
"Lo bener. Gue yang ngerjain lo. Karna lo cewek matre. Lo cewek murahan yang bisa dibayar. Gue nggak mungkin bisa suka cewek matre kayak lo. Sekarang lo pergi dari sini. Gue nggak akan lagi kasih uang sama lo!"
"Satu lagi. Gue bohong bilang nggak bisa tidur, gue cuma mau ngerjain lo. Supaya lo jadi kacung gue."
"Jahat banget lo, Ger!" Putra menepuk bahu Gerhana, memperingati.
Gerhana. Akhirnya suara hati kamu keluar juga, aku sempat melayang dan sekarang kamu menjatuhkan aku dari tempat tinggi.
"Gue juga udah duga. Nggak mungkin kalian punya hubungan," ucap Pingkan menatap Bulan dan Gerhana gantian.
"Jadi selama ini Gerhana sering ngasih uang sama Bulan? Lo semata duitan itu, Lan? Atau Gerhana bohong. Jangan bikin gue bingung deh," ujar Gemma pada keduanya.
Vega yang menyimak dari tadi mulai menggelekan kepala. "Dasar matre! Dari awal gue tahu lo itu cuma morotin Gerhana. Parasit banget hidup lo." Hina Vega. Semua orang menatap sinis pada Bulan. Gadis itu hampir menangis dihantam ucapan tak manusiawi.
"Enggaklah, mereka saling cinta. Ini cuma salah paham. Ya kan, Ger? Bujuk Bulan sana." Putra mendorongnya untuk maju ke depan Bulan. Tapi laki-laki itu mengeras.
Gemma menghampiri Bulan dengan senyuman lebarnya. "Baikan gih sama Gerhana. Dia cuma asal ngomong." Ucapanya. Membuat Gerhana langsung melotot padanya.
"Iya. Yang dibilang Gerhana bener. Gue, Bulan Ayla Pandora dibayar sama dia untuk jadi kacungnya. Sebulan sejuta, bahkan kadang dia ngasih lebih." Bulan mencoba tegar menahan air mata yang akan tumpah. Ia menarik nafas, lalu berkata. "Bagi aku kamu hanya Mr Cuan penghasil uang untuk aku."
Gerhana membulatkan matanya. Tidak ada yang pernah berkata seperti itu padanya. Gerhana menghela nafas, seperti dugaannya Bulan tidak lebih dari sekedar gadis matre yang memanfaatkannya.
"Pergi dari sini, sebelum gue bunuh lo!" ucap Gerhana tajam. Putra meneguk ludah, lalu melihat Bulan.
Gadis itu melangkah membawa Gwen bersamanya. Akhirnya hubungan ini berakhir begitu saja sebelum mereka memperjuangkan. Nanti, saat kita bertemu anggap saja kita tak saling mengenal, mungkin dengan begitu tidak akan terasa sangat sakit.
"Lo bakal kehilangan dia Ger, kalau nggak lo kejar sekarang," ucap Putra di samping Gerhana, ia tahu Gerhana benar-benar ada perasaan pada Bulan. Bukan sekedar alasan yang tak masuk akal. Pingkan menatap tajam pada Putra yang terlalu banyak bicara.
"Udah nggak usah banyak bacot, Put!" maki Marcus yang dari tadi hanya menonton kini bersuara. "Cewek matre kok dibela."
"Cewek matre biasa Bagong! Kalau cowok protes, tandanya cowok itu aja yang kere!" ujar Gemma. Membuat Marcus mendengus kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFRIEND
Fiksi RemajaGue punya kekurangan dalam diri gue, karena itu gue sering di bully. Sampai pada suatu saat teman gue bilang, "Kalau Lo enggak punya kekurangan gue mau berteman sama lo!" Gila! Emosi nggak sih, temen sendiri ngomong kayak gitu! Apakah pertemana...