Bab 45 Ratu Bully
Laki-laki pendiam yang penuh teka-teki namun secara perlahan membuka hatinya untuk Bulan, apa pun untuk gadis itu asalkan mereka tetap bersama. Selama mereka pacaran hubungan mereka biasa saja, tidak ada yang terlalu spesial dan bisa diumbar-umbarkan selayaknya orang lain pacaran. Bermanja-manja, mesrah-mesraan jauh dari deskripsi Gerhana. Begitu juga Bulan yang tidak pernah memberikan kejutan untuk Gerhana.
Tapi Bulan tidak tahu dibalik tatapan dingin dan sendu Gerhana, cowok itu akan selalu melindungi Bulan dengan caranya.
"Nggak semudah itu aku ikut sama kamu. Hidup di sana mahal. Jangan paksa aku ya." Bulan menggenggam tangan Gerhana.
"Apa perlu gue tidurin lo dulu baru mau ikut gue kemana aja."
Bulan bergidik ngeri mendengar itu, ia berdiri dari jongkoknya. Menatap marah cowok di depannya, bisa-bisanya bicara seperti itu padahal mereka sedang ada di kamar Gerhana, saat hendak melangkah menjauh tangan cowok itu menarik pinggangnya dan Gerhana memeluk pinggang gadis itu erat, tidak ingin kehilangan.
"Gerhana!"
"Bentar aja."
"Lo nggak beneran niat nidurin gue kan?"
"Kalau lo mau?"
Bulan tidak mau berkata-kata lagi. Takutnya Gerhana menjadi nekad jika terus dilawan. Ia menyisir rambut Gerhana lembut. Merapikan rambut Gerhana yang mulai panjang, walaupun rambutnya berantakan dia sangat tampan dan sexy dengan pakaian rumahnya.
"Maaf ya, aku nggak bisa ikut kamu," ucap Bulan dengan tulus.
Apalagi caranya supaya bisa membuat Bulan berubah pikiran. Gerhana menarik pinggang Bulan ke bawah, membuat gadis itu terduduk dipangkuannya. Tatapan lembut pada gadis itu membuat mereka terdiam sejenak. Gerhana mencium wangi rambut panjang Bulan, dia suka wangi shampo pacarnya.
Jemari Gerhana menyentuh dengan lembut bibir berwarna ping pucat itu. Semoga saja Gerhana tidak mendengar suara detak jantung Bulan yang berdebar.
"Lo tahu kan, kalau gue udah pergi dari sini itu berarti gue akan netap di sana sama Mama selamanya."
Perasaan yang manis itu menjadi sendu. Kenapa diucapkan sekarang? Membuat Bulan jadi gusar, ia mengalihkan pandangannya. Lagi-lagi Gerhana memainkan jantungnya, ia menarik dagu Bulan dan menatapnya lekat.
"Mau, pisah sama gue?"
Gerhana bukan tipe yang bertele-tele, tapi dengan Bulan ia harus tarik ulur hingga gadis itu menuruti kemauannya. Ia sudah mengubah Aku-kamu menjadi gue-lo karena menahan kesal.
"Lo sayang kan sama gue?"
Bulan mengangguk. "Iya sayang."
Hembusan nafas Gerhana bisa terasa oleh Bulan karena mereka ada di posisi seperti ini. Bulan menyentuh pipi Gerhana dengan lembut, satu tangannya merangkul bahu Gerhana, Dan sekarang siapa yang lebih berdebar.
"Kamu bahagia sama aku?"
"Kalau gue nggak bahagia nggak mungkin gue mau ajak lo kemana pun gue pergi. Ngabisin uang nyokap gue."
"Orangtua kamu kan kaya. Nggak akan miskin ngeluarin uang seberapa banyak pun."
"Nah itu lo tahu. Menurut lo siapa yang bego? Bahkan Pingkan dengan suka rela nawarin dirinya untuk ikut."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFRIEND
Teen FictionGue punya kekurangan dalam diri gue, karena itu gue sering di bully. Sampai pada suatu saat teman gue bilang, "Kalau Lo enggak punya kekurangan gue mau berteman sama lo!" Gila! Emosi nggak sih, temen sendiri ngomong kayak gitu! Apakah pertemana...