BAB 13 Lunas
"Jadi gimana udah ada sisa hutang lo?"
Bulan menelan saliva, ia menatap Vega dengan gugup. Vega membawa lebih banyak lagi temannya menghadang Bulan, kira-kira tujuh orang. Sebenarnya uang itu sudah ada diberikan Gerhana. Hanya saja.
"Uangnya ada. Tapi asal lo tahu gue nggak maling pena itu. Gerhana yang buang pena itu dari jendela kelas kalian." Ujar Bulan, ia merasa perlu menyebut nama Gerhana. Orang-orang yang mengelilingi Bulan sedikit terpengaruh dengan nama Gerhana.
"Ngapain bawa nama Gerhana? Banyak alasan lo ya. Kalau udah ada uangnya kenapa nggak langsung lo kasih ke gue. Pink udah nagih-nagih sama gue." Vega melipat tangannya ke depan dada, ia tidak senang nama Gerhana disebut-sebut.
"Cepatan kasih aja uangnya biar cepat kelar. Gitu aja kok repot." suara gadis di belakang Bulan terdengar sinis.
Bulan menarik nafas, lalu mengambil uang di sakunya. Jujur, ia tidak rela memberikan uang itu. Bulan menyodorkan pada Vega beberapa lembar warna merah.
"Lunas ya. Gue nggak ada lagi hutang sama kalian. Jangan ganggu gue lagi. Udah cukup gue di bully gara-gara ini," keluh Bulan.
"Darimana lo dapat uang ini? Bukannya lo miskin ya, masa iya lo bisa tiba-tiba ngebayar secepat ini." Melati memandang heran pada Bulan. Vega yang sudah memasukkan uang ke sakunya ikut curiga melihat Bulan.
"Eh, gila! Dibayar salah nggak dibayar salah. Yang jelas gue nggak nyolong," ucap Bulan, inilah yang ia takutkan. Mereka selalu curiga pada orang miskin.
"Jujur aja Lan. Kita nggak akan kasih tahu siapa-siapa kok. Lo nyolong apa dapet dari om-om?" kata Melati, tajam.
Bulan berdecak. "Enak aja lo ngomong! Jangan asal nuduh dong. Gue bukan tukang nyolong apalagi ngawanin Om-Om!"
Tangan Bulan gemetar ditatap sekelilingnya dengan tajam. Sadis banget tuduhan itu. Aich, bener kan mereka itu hanya akan percaya kalau ada Gerhana. Lupakan! Laki-laki itu mana mungkin membantunya. Menyebalkan.
"Dimana-mana pencuri itu nggak akan mau ngaku. Bukan urusan kita juga sih lo mau nyuri dimana, tapi gue nggak suka sekolah gue jadi kotor hanya karena lo." ucap Vega pelan, tegas dan tajam. Matanya menatap lekat Bulan.
"Capek gue ngomong, toh kalian nggak akan percaya. Urusan kita udah selesai." ucap Bulan, lebih baik tidak lagi berurusan dengan mereka.
Suasana di lorong utama sangat mencekam untuk Bulan, yang lewat juga ikut memandang sinis padanya. Bulan hendak melangkah namun tangan Melati menahannya.
"Atau jangan-jangan uang temen sekelas lo yang lo maling," tuduh Melati.
"Ah, iya! Kita harus tanya dulu sama satu kelas dia. Siapa tahu satu kelas dia ada yang kehilangan uang." Vega berseru, matanya masih menatap Bulan dingin.
"Silahkan kalian tanya satu kelas gue," balas Bulan, kesal.
"Jangan marah Lan, kita bukannya nuduh tapi jaga-jaga." Nayaka menyeringai senang.
"Nggak nuduh gimana? Cara kalian itu nyudutin gue," geram Bulan menatap Nayaka.
Suasana lorong tiba-tiba riuh dengan sorakan kaum hawa karena kedatangan Mutans. Gerhana dengan santainya berjalan ke arah mereka. Laki-laki itu berdiri di samping Bulan sekarang.
Vega meneguk saliva, ia tidak pernah akur dengan Gerhana. Kalau bukan karena sekelas, Vega tidak akan mau bertemu dengan Gerhana, itu karena Gerhana selalu tajam saat Vega mendekati Juve.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFRIEND
Teen FictionGue punya kekurangan dalam diri gue, karena itu gue sering di bully. Sampai pada suatu saat teman gue bilang, "Kalau Lo enggak punya kekurangan gue mau berteman sama lo!" Gila! Emosi nggak sih, temen sendiri ngomong kayak gitu! Apakah pertemana...