39 - Aster

141 7 1
                                    

BAB 38 Aster

"Kenapa kamu berbohong Aster Bellaetrix? Kamu tahu kan konsekuensinya membohongi guru-guru? Kamu sudah membohongi satu sekolah ini!" ucap Raden dengan mata tajam.

Hari pertama Aster setelah liburnya karena sakit disambut amukan guru-guru terutama Raden sang kepala sekolah. Sudah setengah jam Aster berada di ruang kepala sekolah bersama guru BP juga. Kenyataan bahwa Aster adalah korban tidak membuat ia terlepas dari hukuman.

"Maaf Pak, saya nggak bermaksud," ucap Aster dengan wajah gugup. Gadis itu duduk di depan Raden dengan wajah tertunduk. Kini ia menyesali perbuatannya.

"Dengan sangat terpaksa beasiswa kamu akan dicabut. Mulai bulan depan kamu diharuskan untuk membayar semua biaya sekolah. Paham?"

Ucapan itu seperti tamparan keras untuk Aster. Ia menggeleng tidak rela. Tatapannya memelas pada laki-laki berkacamata itu. Beasiswa adalah satu-satunya alasan Aster sekolah di sini. Keluarganya tidak cukup kaya untuk membayar bulanan di sekolah ini. Aster hanya memiliki ibu dalam hidupnya, ayahnya yang keturunan luar itu meninggalkan mereka dengan tidak bertanggungjawab ke negara asalnya.

"Pak saya mohon Pak, tolong jangan cabut beasiswa saya Pak," ucap Aster dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya.

"Sudah keputusan saya, kamu keluar sekarang."

"Pak saya mohon."

"Kamu tidak denger kata-kata saya?"

Aster menghapus air matanya, percuma mengemis. Keputusan sekolah mana bisa diganggu gugat. Ia membuka pintu dengan lemas, keluar menuju kelasnya. Semua murid yang ia lewati menatapnya tajam. Ia tidak menyangka bahwa akhirnya akan seperti ini. Semua murid pasti sudah menonton video berdurasi 10menit itu, dimana Vega mendorongnya.

"Dasar pembohong!"

"Mampus aja lo, harusnya kaki lo patah sekalian!"

Umpatan orang lain membuatnya semakin frustrasi, untuk berjalan pun Aster sudah gemetar. Tangan Aster berpeluh, dia butuh Juve untuk berlindung. Pacarnya itu punya pengaruh di sekolah ini.

Aster memberanikan diri untuk melangkah ke lapangan. Juve ada di sana bersama kawan-kawannya sedang bersantai. Aster mencoba tersenyum, sebenarnya ia marah. Laki-laki itu tidak pernah menjenguknya saat ia sakit. Tapi, saat ini bukan saatnya ia merajuk.

"Juve, cewek polos lo datang," cibir Marcus tersenyum sinis pada Aster. Membuat Aster jadi ragu-ragu ingin melangkah lagi. Tidak, Juve berbeda. Laki-laki itu baik hati.

Juve yang sedang asyik bermain game, mendongak melihat Aster. Gadis itu pacarnya. Sangat membosankan, selain berkutik dengan buku saja Aster juga tidak pernah berpenampilan menarik. Ia suka Aster yang polos tapi bukan yang seperti ini.

"Sana Juve samperin cewek lo, kasian berdiri aja. Pegal kakinya nanti baru sembuh," ucap Gemma. Membuat Gerhana melirik gadis itu dengan tatapan ingin membunuh.

"Sana samperin, sebelum gue yang nyamperin duluan. Gue pastiin kali ini kaki dia patah satu," ucap Gerhana tajam. Membuat Juve akhirnya bergerak.

"Istighfar Ger, nggak punya akhlak lo," tegur Gemma. Gerhana tidak perduli, ia merogoh sakunya mengambil handphone. Lalu menghapus video yang ia terima waktu itu. Seulas senyum tercipta di bibir Gerhana.

Putra yang di dekat Gerhana penasaran, lalu melirik tangan Gerhana melihat layar ponsel. Sebelum itu terjadi Gerhana sudah lebih dulu menatap tajam pada Putra.

"MATA!"

"Yaelah Ger, ngintip dikit doang nggak dikasih. Cewek baru ya? Emang udah move on?" cengir Putra disambut antusias Gemma.

UNFRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang