Doyoung gak bisa menampik fakta kalau sekarang dia menjelma jadi sad boi. Dia pendam semuanya. Bahkan yang sedihnya lagi, kontak antara kamu dan Doyoung udah kamu putuskan.
Benar kata Sera, harusnya Doyoung malu punya tutur kata yang buruk. Okelah orang tuanya udah maklum, tapi orang orang yang Doyoung sayangi belum paham gimana dirinya.
Bayangkan, hampir 2 minggu dia ngendap di rumah. Gak cerita ke keluarga untuk tukar pikiran karena menurutnya ini terlalu privasi, dan lagi... Doyoung malu. Dia juga gak punya channel lagi untuk memantau keadaan mu.
Dan lagi, kamu kelihatan makin bahagia.
Sekarang Doyoung merasakan setengah beban mu dulu. Iya, dia belum sampai di titik dimana kepalanya selalu sakit, dan rasa ingin menyerah yang selalu menghantui.
Gais, kalau kalian pikir patah hati itu hal yang terlalu sepele untuk membuat seseorang down, jangan pernah berpikir begitu ya. Rasanya berat, bahkan kita bisa merasa selalu bersalah walaupun kita jadi pihak yang tersakiti. Atau kita bisa jadi pihak yang dihantui perasaan menyesal, sampai sulit memaafkan diri sendiri.
Dan yang terakhir itu adalah perasaan Doyoung sekarang.
Mungkin kata Sera 100% akurat. Doyoung gak bisa optimis kalau kamu bakal kembali ke dia. Nyatanya ada yang bisa buat kamu selalu ketawa. Ada yang bisa bikin kamu spontan tersenyum tanpa harus berpikir dulu.
Atau mungkin, ada yang langsung menjadikan kamu sebuah kepunyaan tanpa harus menunggu selama 3 tahun.
Semuanya fatal.
Sekarang Doyoung udah kehilangan 'buku penting'nya karena identitasnya yang gak tertulis di sana. Bahkan dia merusak bukunya. Ternyata Doyoung itu bodoh walaupun pintar.
Dan sialnya dia terlambat sadar.
"Woy, Doy!"
Doyoung tersentak. Orang tuanya lagi gak di rumah, dan dia suruh Kun dan Hoshi ke rumah. Doyoung pikir orang yang pikirannya lagi kalut gak boleh ditinggal sendirian.
"Aelah, udah lupain aja dulu masalahnya. Gila, lo gak punya masalah aja sering diam. Lah ditambah lagi kalau punya masalah gini" kata Hoshi.
Kun ngelirik Hoshi tajam. Memang ringan banget hidupnya Hoshi tuh. "Doy, lo udah lakuin, jadi lo harus bisa tanggung akibatnya" kata Kun.
"Gini deh, Doy. Mungkin lo dikasih kesempatan buat fokus ke salah satu dulu. Kan lo lagi dihadapi sama 2 pilihan. Mungkin Tuhan tau lo gak bisa handle keduanya bersamaan, jadi dia bikin lo pisah sebentar sama dia" sambung Hoshi.
Doyoung bingung, "pilihan apa?".
Hoshi berdecak, "antara adek lo itu atau perusahaan papa lo".
Sial. Rasanya Doyoung gak seharusnya dengar itu. Padahal dia udah susun semua rencananya di acara ulang tahun itu.
"Kalian tau, gue juga gak berharap dia balik ke gue. Tapi cuma untuk kasih penjelasan aja dia udah gak peduli. Setidaknya gue harus lurusin dulu, baru gue bisa fokus ke pilihan terakhir"
Fix, Doyoung kedengaran cupu banget. Gak kayak Doyoung yang galak. "Ya udahlah, gue terima kenyataan aja. Toh semua juga salah gue" finalnya.
Mantap bos ku!
Senang akhirnya bisa lihat Doyoung sedih karena perempuan. Biar lain kali dia paham perempuan itu ibarat stiker pentol.
Putih, lucu, gemesin, dan disukai semua orang. Jadi sekali dia nyakitin, bakal tetap ada orang yang sayang.
"Mantap, gitu dong gentle!" seru Hoshi.
Kun ketawa, "life must go on, love must move on. Doy, kita manggung yok di acara Dis Natalis kampus. Siapa tau ada adek tingkat yang gemesin".
Doyoung ikut ketawa walau masih kaku. "Skuy lah. Lagu apa?".
Kun ngelirik Hoshi, Hoshi ngelirik Kun, Kun dan Hoshi ngelirik Doyoung. "Congratulations, lagunya Day6" kata Kun.
"ANJIIIIR, MANTUUUUUUUL!"
"SIALAN, DAKJAL!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Berakhir ¦ [kdy]
Fanfic[Completed] "Maaf, tapi saya bukan pacar yang baik" Start: June 3, 2020 Finish: July 6, 2020