30. An Invitation

1.9K 136 24
                                    

(Supporting song of this part : Will Last Forever - AKMU)

Fokus kuliah untuk menamatkan pendidikannya. Lalu setelah itu mempersiapkan diri untuk pergi ke Swiss untuk mengelola perusahaan keluarganya.

Doyoung udah pertimbangkan itu semua. Dalam hati dia membenarkan omongan Hoshi setahun yang lalu, kalau dia memang sedang diberi kesempatan untuk fokus ke salah satu pilihan. Tapi sekarang hidupnya udah penuh, gak ada lagi bagian yang hilang.

Life must go on, love must move on. Doyoung sepakat kalau cinta memang gak bisa dipertahankan kalau salah satu pihaknya sudah gak nyaman. The highest step of loving is acquiesce, and he did. Dia benar benar merasa cintanya jauh lebih tulus ketika dia merelakan mu.

"Yo, bro, datang ya ke pernikahan gue" Doyoung menyodorkan undangan pernikahannya ke teman temannya, Hoshi dan Kun. Kedua temannya senyum, "ciaelah si Doy, padahal baru kemarin dia uring uringan karena cewek" kata Hoshi.

Doyoung ketawa, "gue galau salah, gue mau nikah salah. Repot ya hidup lo" katanya sambil tinju pelan lengan Hoshi.

"Ya udah. Selamat ya, Doy. Ingat lho, semuanya itu pelajaran, punya mulut jangan tajam banget. Nanti bini lo lari, gak bisa dah lu nganu"

"Nganu apaan, Kun?"

"Itu lho, lembur"

Oke, kita hampir lupakan fakta kalau mereka udah laki laki dewasa sekarang. "Sialan lo. Ya udah, gue mau lanjut nebar undangan nih. Pokoknya kalian datang, ya. Mayan kan makan rendang gratis, kalian mah rakjel mana biasa" kata Doyoung sambil tos bareng mereka

"Tiati lo Doy, anak lo mirip gue nanti" kata Hoshi.

"NAJONG!"

Doyoung keluar, ninggalin teman temannya di cafe tempat dia janjian. Sekarang dia harus menuju ke cafe lainnya untuk menyebarkan undangannya. Repot ya, mau ngasih undangan aja ketemuannya harus di cafe.

Hatinya berdebar debar selama memikirkan gimana pertemuannya setelah ini.

Doyoung masuk dengan sebuah undangan di tangannya. Dia memilih duduk di salah satu bangku. Dia harap harap cemas dengan kedatangan mu. Dia takut malah-

"Kak Doy, sorry lama" sapa mu.

Doyoung senyum. "Vernonnya mana?" tanyanya. "Ada, lagi parkir mobil. Padahal aku bilang kesininya pakai motor aja biar cepat" kata mu.

"Kamu gak duduk di sini?" Doyoung nepuk tempat duduknya yang masih lega. Kamu menggeleng, "enggak lah, nanti Vernon ngambek" kekeh mu.

Lonceng cafenya bunyi, kamu langsung menoleh dengan penuh senyuman. Vernon masuk dengan modisnya pakai jaket kulit hitam. Astaga, ganteng banget. "Bang, sorry lama. Tadi kita di rumah debat dulu" kekehnya.

Doyoung mengangguk.

"Saya di sini gak cuma mau ngasih undangan aja, Vernon. Saya juga mau meluruskan sesuatu tentang yang dulu dulu" kata Doyoung. Vernon tersenyum tipis, "ya udah, ga apa apa" katanya.

Kamu terperanjat begitu mata Doyoung beralih ke kamu. Tatapannya kelewat serius, dan kamu mengangguk setuju. "Pastinya saya mau minta maaf. Saya udah bikin semua orang marah sama saya" kata Doyoung mengangguk.

"Saya mulai untuk Vernon dulu ya" Doyoung menatap kalian bergantian. "Saya sangat senang Tuhan mempertemukan kamu dengan dia saat saya bikin dia sakit hati lagi. Saya cemburu sebenarnya, kenapa saya gak bisa cepat cepat melakukan hal yang bisa bikin dia bahagia. Tapi ternyata Tuhan mau yang membahagiakan dia adalah kamu, Vernon.

Terima kasih udah perlakukan anak manja ini dengan baik. Bahkan selama 3 tahun itu saya jarang banget ngajak dia keluar. Tapi ga apa apa, saya selalu ikhlaskan kalian. Apa yang bikin dia bahagia pasti saya dukung kok, mengingat saya cuma bisa bikin dia sedih"

Vernon cuma bisa ngangguk dengar akhir kalimat Doyoung. Udah biasa, bahkan kamu masih dia anggap seperti tanggung jawabnya.

"Sekarang giliran kamu, bocil"

Jantung mu dag dig dug. Tangan mu meremas satu sama lain, dan diakhiri dengan tangan Vernon yang menghangatkannya, menggenggam mu. Kamu selalu gak siap dengar pengakuan ini, walaupun Doyoung udah jelaskan berkali kali.

"Kamu orang yang pantas dibahagiakan" kata Doyoung. Kamu masih menunduk, gak berani natap dia. Bahkan kamu pengen menutup telinga juga. Wajah mu udah memerah.

"Di malam dimana saya bikin kamu kecewa lagi, ada maksud yang gak tersampaikan karena omongan jahanam saya. Di malam itu... saya belikan kamu dress putih, dan saya pakai kemeja putih. Saya pengen kita jadi cute couple kayak yang kamu bilang" kamu mengangguk.

"Saya gak bisa langsung jelaskan ke kamu, karena saya terlambat sadar. Jadinya kamu marah, dan... kamu berakhir sama Vernon. Saya mau cari cara untuk memperbaiki, tapi kontak kita berakhir.

Sampai akhirnya saya pusing sendiri, dan berniat jelaskan ke kamu tentang perasaan saya melalui lagu. Saya suruh Haechan bawa kamu ke kampus. Tapi kamu malah ngajak Vernon.

Saya sekarang udah punya pengalaman sakit hati berkat kamu" kamu terkekeh dengarnya.

Bangga gak sih bikin seorang batu berjalan sakit hati?

"Lagu saya malam itu benar benar kurang ajar, itu pilihan teman saya. Dan semua part yang saya nyanyikan jelas jelas menyakitkan. Ditambah lagi saya lihat kamu senyum, tapi tangan mu gandengan sama Vernon. Wah, hancur banget hati saya"

Doyoung berhenti. Bibirnya masih setengah senyum mengingat alaynya dia dulu. Kamu lepaskan tangan Vernon dari tangan mu, dan bergerak nyaman.

"Trus tengah malamnya Haechan ngechat saya. Dia sampaikan pesan mu waktu itu.

Dan... yah, we do. Kita sama sama bahagia sekarang"

Kamu ketawa, tapi air mata mu keluar. Kamu ngejek diri sendiri jadinya, padahal kan kamu udah sering dengar pengakuan iniiiii!

"Alasan saya selalu ngulur waktu buat pacarin kamu, itu karena saya selalu merasa bersalah. Dulu saya menyalah gunakan status dan bikin kamu sedih. Saya jadikan hubungan 'pacaran' saya dan Sera untuk menjauhkan kamu dari hidup saya.

Dan kamu berakhir hancur. Itu bukan tindakan laki laki yang baik. Waktu kamu ketemu sama Sera di halaman gereja, kamu bahkan masih merasa bersalah. Kamu selalu merasa bersalah karena menganggap karena ulah kamu saya jadi gak lulus kuliah.

Saya gak nyangka segitu parahnya perlakuan saya ke kamu dulu, sampai kamu gak bisa respect ke diri sendiri.

Sekarang kita udah ketemu di masa depan, kan? Kita bakal sama sama bahagia"

Doyoung mengakhiri kata katanya. Dia letakkan undangan pernikahannya di hadapan kalian. "Kamu harus datang ya, Vernon. Jangan sampai gak datang karena kesal dulu kamu pernah saya labrak waktu nganter dia pulang".

Vernon ketawa, "enggak lah bang. Pasti datang lah".

Doyoung mengangguk. "Oh iya. Setelah saya menikah, rencananya saya dan istri bakal langsung pindah ke Swiss untuk handle perusahaan papa" kata Doyoung sambil menatap kamu.

Kamu cuma bisa senyum, kemudian kamu lirik Vernon yang ikut tersenyum tipis.

Berakhir ¦ [kdy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang