14. Challenge

1.6K 247 37
                                    

Hari berganti minggu.

Minggu berganti bulan.

Tidak terasa Fae sudah menghabiskan kurang lebih dua bulan waktunya untuk mengajar di sekolah ini. Yang membuatnya  bertanya. Kenapa selama itu pula Hillo jarang memunculkan dirinya. Meski Fae tahu kalau Hillo itu pemilik yayasan bukan kepala sekolah yang mengharuskan untuk datang setiap hari.

Seingatnya Hillo cuma datang dua kali. Itupun tak sempat mengobrol dengannya hanya saling menyapa saja. Anehnya, mengapa Fae merasa jika Adriana malah semakin dekat dengan Hillo. Buktinya kemarin lalu Fae melihat keduanya makan di kafe dekat sekolah bersama Bu Sukma. Kalau bukan ajakan Bu Sukma ya pasti Hillo kan orangnya.

"Bu Fae."

Si pemilik nama menoleh malas ke sumber suara yang memanggilnya.

"Mau kemana?" tanya Adriana.

"Hari ini saya ada teori. Mengajar di kelas XII IPA 2."

"Barengan aja ya. Saya juga mau mengajar. Kebetulan kelas kita bersebelahan."

"Ho'oh."

Fae melipat kedua tangan depan dada memberikan kesan angkuh dan tegas.

"Bu Fae. Ternyata pemilik yayasan ini orangnya masih muda ya. Saya kira sudah tua loh."

"Ho'oh."

"Wajahnya tampan, terlihat wibawa dan sholeh. Walau baru kenal tapi saya yakin bahwa dia memang sosok lelaki yang seperti itu. Sayang, orangnya nggak banyak omong ya. Membuat saya agak segan gitu untuk mengajaknya berbicara."

"Ho'oh."

"Saya berasumsi begitu karena masih awal pendekatan ternyata lama-kelamaan Pak Hillo orangnya asik."

Padahal maunya Fae tadi hendak menjawab "Ho'oh" lagi sebagai responnya. Tetapi ketika mendengar kata asyik malah membuatnya langsung mengeluarkan kalimat lain.

"Sekarang kalian sudah sedekat apa?" tanyanya sedikit melirik.

"Nggak tau juga. Tapi kita kadang Bertukar cerita. Pergi ke tempat-tempat lain. Semoga ke depannya interaksi kita mengalami progres."

Tempat lain? Fae menggeram. Selama si Susu kenal dengannya. Tidak pernah tuh berniat apalagi mengajaknya pergi ke suatu tempat. Kok sama Adriana, beda ya? Sudah sejauh itu mainnya.

"Sepertinya saya menyukai Pak Hillo. Sosok sepertinya memang impian saya dahulu. Memiliki kekasih atau suami yang tampan dan sholeh."

Fae memutar bola matanya. Halu aja terooos!

"Hm, Bu Fae. Kira-kira siapa yang Pak Hillo sukai di sekolah ini? Mungkin saja ada walau kemungkinan itu kecil. Saya penasaran. Saya nggak nanya siapa aja yang suka Pak Hillo karena saya yakin dan sudah tahu pasti jawabannya adalah banyak, kan? Makanya saya bertanya sebaliknya."

"Saya," jawab Fae tak tahu malu dengan cueknya.

"Haha," tawa renyahnya keluar. "Bu Fae ternyata suka menghalu juga ya? Nggak mungkinlah.

"Nggak percaya yaudah gue udah jawab yang sejujurnya," jawabnya sok menyombongkan diri dengan fakta yang menurutnya valid.

"Iyain aja deh. Bu Fae kalau suka sama Pak Hillo mending mundur  deh. Soalnya saingannya berat-berat. Pada glowing semua. Termasuk saya, hehe." Adriana menyengir tanpa dosa membuat Fae mengumpat dalam hati. Seraya berbelok masuki kelas. Untung sudah berpisah dan sampai di tujuan masing-masing. Kalau tidak. Sudah dijambaknya rambut Adriana.

***

Tidak usah bertanya bagaimana caranya. Chica bisa mengumpulkan empat orang ini dalam satu meja. Yang jelas itu semua karena kekuatan shippernya yang maha dahsyat. Mengalahkan kekuatan mandra guna dukun. Hingga membuat dirinya mendadak menjadi sersan Chica versi Upin&Ipin. Mengulik kehidupan Fae dan empat orang lelaki ini. Tanpa memikirkan kisah asmaranya sendiri. Semua ini tidak akan berjalan mulus tanpa bantuan Fimblo dan Rezky ya.

You Are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang