4. Terungkapnya Adik Hillo!

2.7K 369 117
                                    

"Anda merajuk?" lirik pemuda itu pada seorang gadis yang sedari tadi membelakanginya sambil bermain ponsel.

"Nggak, gue lagi bahagia."

"Maafkan saya."

"Nggak gue maafin!"

"Ya sudah."

"Dih, gitu amat perjuangan kaum laki kalo perempuan lagi ngambek," cibirnya.

"Terus saya harus apa?"

"Tanya aja sama diri sendiri."

Beberapa menit saling diam membuat Fae jengkel setengah mati. Tolong yak, Su! Peka dikit napa?!

Hillo mengulum senyum. Tangannya menarik laci meja. Mengeluarkan sebungkus permen karet ukuran jumbo lalu diletakan di meja kerjanya. Membuat Fae yang mendengar suara menderit itu mencuri melihat---penasaran akan apa  dilakukan lelaki itu.

Sialan! Permen karet dong.

Fae meneguk ludahnya. Melihat makanan kesukaannya ada di hadapannya. Ck, si Susu ceritanya mau nyuap dirinya gitu? Tidak, mempan yaw!

"Kalau mau, ambil saja. Saya membelinya khusus untuk anda sebagai oleh-oleh."

"Eh?"

"Saya membelikannya dengan sengaja berharap kita bertemu di Jakarta. Memberikannya pada anda. Dan alhamdulillah terwujud."

"Nggak doyan!" balasnya ketus setelah mendengar alasan dari Hillo. Tetapi matanya masih menatap lekat makanan manis itu.

"Oh, ya? Bukankah anda sangat menyukainya?"

"Udah nggak."

"Tapi saya nggak percaya."

"Nggak suka permen karet lagi. Kesukaan gue udah berubah."

"Sudahlah, jangan membohongi diri sendiri. Saya tahu itu."

Kok ketahuan seh?

"Tetep nggak pokoknya! Jangan maksa dong! Gue tuh nggak suka yak dipaksa." Fae masih berusaha bersikap sok jual mahal.

"Ya sudah." Saat Hillo hendak menyimpan kembali permen karet itu ke laci tiba-tiba tangan seseorang sudah lebih dulu merampasnya dengan cepat. Membuat garis lekungan bibirnya tertarik ke atas.

"L-lonya maksa ya gue ambil aja. Mubazir kan. Bukannya Allah tidak menyukai perlakuan manusia satu itu, ho'oh?"

"Bukannya mubazir tapi gengsi dan itu adalah sifat anda."

"Peduli setan!" ketusnya seraya memasukkan satu butir permen karet ke dalam mulutnya.

"Astaghfirullah. Jaga ucapan anda. Saya kira anda sudah tidak akan menjadi pribadi yang mengumpat lagi. Tapi ini apa? Sama saja."

"Umpatan dan Fae nggak bisa dipisahkan. Udah bagaikan pinang dibelah dua," katanya asal.

"Lihat ini." Hillo menyodorkan sebuah album kepada Fae. "Ternyata anda dulunya senakal itu."

Yusuf si bocah tampak bermain asyik sendiri dengan mobilan kecilnya dalam gendongan Hillo.

Gadis itu membuka benda tersebut. Terlihatlah fotonya saat masa Mos. Pakaiannya layaknya gembel yang menjerumus ke orang gila. Mengenakan seragam sekolah SMP terdahulunya. rambut dikucir empat pakai pita warna-warni. Sepasang sepatu hitam-putih dengan tali rafiah. Kalung berisi pete, permen, jengkol menjuntai cantik di lehernya. Tas terbuat dari kotak kardus dilapisi kertas manggis sesuai warna gugus masing-masing. Dan Fae kebagian gugus enam, kelas sepuluh paling akhir dan bobrok. Sesuai dengan dirinya. Di hari pertama sekolahnya. Ia datang telat dan mengharuskan berdiri di tengah lapangan seorang diri setelah diberi hukuman lari tujuh putaran. Bagaimana tidak diberi hukuman. Wong ia datang jam 08.38 Wib. Dikiranya ntuh sekolah punya buapaknya apa?! Seenak jidat saja. Saat ditanya senior kenapa bisa datang telat. Jawabannya adalah karena bangun kesiangan akibat dugem di kelab malam. Ck, ck! Jangan dicontoh ya. Pengaruh buruk ini.

You Are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang