Akhir pekan memang waktu yang tepat untuk membersihkan rumah. Semenjak sudah menikah tidak sepenuhnya Fae menyerahkan tugas bersih-bersih pada Bi Inem. Ia membagi tugas. Kadang jika dia sedang tidak kelelahan sehabis kerja atau tidak malas. Pasti ia akan membantu meringankan pekerjaan Bi Inem. Begitu juga dengan Hillo. Tidak ada kata sungkan baginya untuk terjun dalam urusan rumah tangga. Apa yang bisa dikerjakan pasti dilakukannya tanpa diminta.
Seperti halnya pagi ini setelah menyiapkan sarapan untuk mereka bertiga yaitu membuatkan sandwich roti gandum dan susu. Untuk kemampuan masak Fae dari waktu ke waktu mengalami peningkatan yang cukup lumayan. Jika ketika gadis ia ogah-ogahan belajar memasak. Setelah menikah tidak, ia sangat menekuninya bersama Bi Inem.
Fae sangat memuja suaminya. Hillo benar-benar lelaki idaman. Tidak rugi ketika ia remaja menjadi gadis yang tidak tahu malu. Ganjennya kelewatan, hasilnya ia mendapatkan berlian. Tolong, jangan dicontoh. Biar Fae saja yang melakukannya.
Ia mengamati tangan Hillo yang begitu telaten membersihkan kaca jendela dengan lengan panjang yang ditarik sampai ke siku. Makin membuat Fae jatuh cinta. Ia tersenyum mesem-mesem melihatnya. Melihat bahu lebar Hillo dari belakang membuatnya jadi tidak fokus dalam mencuci piring.
Dengan cepat ia menyelesaikan pekerjaannya dan berniat mendekati suaminya.
"Maaas... " Teriaknya dramatis. "Istrimu akan menghampirimu... Tangkap ak---"
Bruk!
"Aw!"
"Astaghfirullah, kamu kenapa?"
Dilihatnya si istri terjerembab dengan posisi tidak ada cantik-cantiknya. Ia tersungkur mencium lantai yang basah.
"Aku jatoh, Mas, Jatoh! Matamu kemana?" Sebalnya. Istri jatuh bukannya langsung ditolongi malah mengajukan pertanyaan yang tidak ada manfaatnya.
"Wah, Fae. Mas nggak minta kamu untuk testimoni hasil pel-an, Mas loh."
"Serah!"
"Gimana baunya? Wangi, kan? Kalo nggak, mau Mas pel ulang dan ditambahkan pengharum lagi."
"Mas, c'mon!"
"Lagian kamu kenapa lari-larian. Di rumah ini tidak ada lomba maraton."
"Maaas!" Geramnya. Tidak sedikit pun mencoba untuk berdiri sendiri.
"Tadi Mas lagi bercanda, Fae. Namanya jokes bapak-bapak. Gimana, lucu nggak?" tanya Hillo baru membantu istrinya menggunakan satu tangan. Karena tangan satunya lagi ia merasa kotor dan tidak ingin menyentuh istrinya yang sebenarnya sekarang dalam keadaan kotor juga nggak sih.
"Mas, jangan memancing ku untuk berkata kasar. Aku jadi kotor nih."
"Berani kotor itu sehat, Fae."
Tuhan, ada apa dengan suaminya hari ini? Sangat menjengkelkan.
"Palalu sehat!" Umpatnya tidak sengaja lalu membekap mulut. Buru-buru Fae memberikan penjelasan. "Maaf, Mas. Maafkan istrimu ini yaa. Sudah bicara nggak sopan barusan. Kelepasan tadi abisnya kamu ngeselin."
"Haha, apa sih Fae? Mas nggak papa. Mas biasa aja tuh dengernya. Kamu ngomong kayak sama Pak Presiden, takut salah banget. Santai dong santai." Hillo tersenyum.
"Kamu kesakitan? Mau Mas hibur biar sakitnya ilang? Mas kasih jokes lagi. Iya, mau?"
"Buah, buah apa yang paling nikmat?"
Fae mengernyit. Hillo meneruskan.
"Buahagia bersamamu, hehehehehe."
Fae ternganga bukan karena takjub, lucu ataupun baper melainkan tidak habis pikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Destiny
RomanceSequel dari cerita "Bad Girl in Pesantren" *** Tujuh tahun telah berlalu. Sepasang manusia yang dahulunya pernah tinggal bersama di satu ruang lingkup bertemakan Pesantren kini dipertemukan kembali atas seizin Allah. Keduanya bertemu di sebuah seko...