Demi apa judul kali ini panjang bener kek apaan aja dah.
***
Fae memberikan tatapan datarnya pada satu gadis nakal yang tengah berhadapan dengannya ini. Siapa lagi kalau bukan Chica.
"Si Chicak anaknya biawak. Kenakalan apalagi yang kamu perbuat?" tanyanya malas.
"Joget di kelas Bu. Play lagu goyang dumang saat lagi jamkos tiba-tiba Bu Suk masuk langsung disita deh ponselku yang harganya selangit," jelasnya.
"Senang sekali mendengarnya. Selamat ya ponselnya telah disita." Fae menggoyangkan sedikit benda di genggamannya.
"Nggak papa deh. Asal jangan hati saya aja yang disita."
"Eh, emangnya kamu punya hati?" tanya Fae meremehkan.
"Ada lah Bu."
"Kirain manusia tanpa hati."
"Berhati dong Bu. Buktinya aja hati saya untuknya tapi tidak untuk hatinya ke saya," katanya memulai sesi curhat.
"Enak kalo suka sama orang lain lah ini malah sama sahabat sendiri yang nggak bisa bales perasaan saya. Tapi dia malah bersikap kek angkuh dan ngehindar gitu. Harusnya biasa aja dong. Persahabatan yang terjalin beberapa tahun itu kini terasa hambar dan canggung. Emang salah ya Bu kalo kita jujur tentang perasaan sendiri? Toh, saya kan nggak maksa buat dia balas perasaan bahkan nembak balik ke saya juga. Itu terserah hatinya. Kalau nggak mau, ya nggak masalah. Tapi dia malah kayak gitu ke saya. Sedih sayatuh, Bu."
"Kasih solusi dong Bu. Gimana caranya agar bisa keluar dari zona yang melelahkan ini."
Hem, mulai deh. Tidak di Palembang, Jakarta maupun sekolah. Selalu saja ia jadi bahan tumpuhan hati seseorang. Entah itu Fanny yang menceritakan Jonathan, Alfa dkk yang mengeluh karena istri mereka dan sekarang si Chica anaknya buaya ikutan juga. Nasib, jomblo ya gini.
"Saya ini guru BP yang artinya Bimbingan Pendidikan bukan Bimbingan Percintaan loh kalau kamu nggak tau pengertiannya."
"Hehe Bu Fae mah nyindirnya bisaan banget."
"Kamu minta solusi sama saya? Saya aja belum pernah pacaran sampai sekarang. Malah sok mau ngasih solusi. Ya mana bisalah. Nanti jatuhnya nggak valid karena saya sendiri nggak ada pengalaman tentang dunia percintaan."
Chica hanya menyengir saja mendengar jawaban dari gurunya.
"Beda sama kamu yang udah ahli di bidang percintaan. Sudah dewasa, punya mantan, pernah pacaran. Saya mah apa atuh masih dedek bayiiik."
"Bayik raksasa iya," sahut Chica.
"Enak aja, bayiiik princess sayatuh."
"Bukan Ibu tuh Bayiknya Pak Hillo, hehe."
"Hehehe." Fae balas menyengir sambil menepuk pelan lengan anak muridnya. "Bisaan kamu mah."
"Eh, Fa. Ada ya model guru kayak kamu? Datangnya si Chica ke ruang BP untuk mendapatkan hukuman bukan malah diajakin bercanda ria," sindir Rezky jengah. Di depan anak murid ngomongnya kudu sopan. Lo-gue-nya dibuang dulu untuk sesama teman. Walau aslinya sebelas dua belas buruknya.
"Lah, iya juga yak." Fae berdeham untuk mengembalikan sikapnya sebagai sosok guru yang killer macam Bu suk. "Eh, Chicak anaknya Komodo! Ponsel kamu saya sita sampai tiga hari ke depan. Setelahnya jika kamu masih ingin berpelukan dengan benda keramat ini silahkan panggil wali kamu untuk menghadap saya."
"Beres, Bu. Hanya itu? Nggak ada yang lainkah?" tanyanya ringan. Satu tangannya memainkan rambut warna-warninya.
"Ebuset!" celetuk Rezky kelepasan. Dia menatap tak percaya Chicak. Ada ya bentukan murid yang begini?
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Destiny
RomanceSequel dari cerita "Bad Girl in Pesantren" *** Tujuh tahun telah berlalu. Sepasang manusia yang dahulunya pernah tinggal bersama di satu ruang lingkup bertemakan Pesantren kini dipertemukan kembali atas seizin Allah. Keduanya bertemu di sebuah seko...