21. Khalwah

1.8K 282 80
                                        

Assalamu'alaikum:)
Ada yang rindu Hillokah?
Yuhuuu, kita datang menghibur kalian. Lama tak update karna mau fokus dulu ke cerita "Cewek Mercon" yang mau tamat. Btw, selamat hari kemerdekaan untuk negara tercinta, Indonesia. Dirgahayu RI yang ke-75.

***

Untuk sementara waktu mereka berdua akan tinggal di rumah Muna dulu. Minggu depan barulah pulang ke Jakarta. Tidak mungkin mereka menetap di sini karena pekerjaan menunggu di sana.

"Hil, kamu nggak ganti pakaian?" tanya Muna melihat Hillo yang malah duduk di ruang tamu sendirian.

"Iya, nanti Bunda."

"Faenya mana?"

"Nggak tau Bunda."

"Masa nggak tau? Istri sendiri itu loh."

"Fae mah udah rebahan di kamar Bun," adu Fanny datang dari dapur membawakan segelas teh hangat untuk Hillo. "Ini Hil, diminum."

"Makasih."

"Nggak usah sungkan gitu kali sama gue." Lain di mulut lain pula di hati. "Bukan laki gue napa mesti gue yang nyiapin. Dasar Fae istri durhaka."

"Astaghfirullah anak itu. Udah punya suami juga bukannya diurusin malah sibuk sendiri."

"Ngerasa masih jomblo kali Bun makanya gitu. Belum terbiasa." Fanny mendudukan dirinya di sofa yang bersebarangan dengan adik ipar.

"Nanti Bunda samperin ya kamu tunggu di sini, Hil."

"Bunbun apa-apaan sih. Hillo kan udah jadi suaminya Fae langsung aja ke kamar. Kasih kajian tuh istrinya."

"Lah, iya juga ya. Lupa Bunda kalo kalian sudah menikah."

"Tuh, ibu dan anak sama aja."

"Maaf ya, Hil." Muna tersenyum.

"Iya, nggak papa Bunda."

"Mantu Bunda sopan banget sih. Jadi gemas deh."

"Kamar Fae ada slogan permen karet," kata Fanny memberitahu.

"Iya, nanti saja saya ke sana. Saya  mau istirahat di sini dulu."

"Istirahat? Ya di kamarlah Hil."

"Hn---iya."

Fanny hampir saja menyemburkan tawanya melihat gelagat Hillo yang seperti cacing kepanasan. Fanny ngerti kok. Lelaki sholeh ini pasti ngerasa canggung sekali mau masuk ke kamar Fae untuk pertama kalinya.

"Wah, mantu kesayangan Ayah di sini rupanya." Syaiful mendekati Hillo, duduk di sofa yang sama dengannya.

"Bunda, Jeje minta minum dong." harusnya Jefri itu memangil Muna, Kakak jika menurut silsilah keluarga. Tapi, rasanya agak gimana gitu mengingat umur mereka yang jomplang sekali bagai ibu dan anak. Maka Muna menyarankan memanggilnya sama seperti Fanny saja. Dia sendiri juga merasa kurang mantap saja jika dipanggil kakak oleh orang yang seumuran dengan anaknya.

"Ambil sendiri kenapa sih Je kayak tamu aja kamu di sini," oceh Bunda cuek.

"Tau nih, Je."

"Fanny, panggil Jeje Om." tegur Syaifullah.

Fanny memutar bola matanya, "Om satu ini biasanya juga langsung ngerusuh tumben kalem?" nyinyirnya.

"Ada keluarga baru ya kalem dong. Ini namanya pencitraan dulu." Jefri menunjuk Hillo dengan lidahnya.

"Tintin, lo ngapain bawa si Princess kemari?" delik Fanny tak suka. Pasalnya dia lagi musuhan sama makhluk itu karena pernah melukainya.

"Gue disuruh Ayah buat ngasih makan Princess minta sama Bunda Muna."

You Are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang