Integritas

1.2K 98 0
                                    

Pijar...

Perjalanan menuju rumah Ashalina ditempuh selama 1 jam, Pijar sedikit merasa detak jantungnya lebih cepat dari biasanya.

"Kamu sama Wina ketemu dimana dek?."

"Dulu satu sekolah SMA bang sama Wina."

"Dimana sekolahannya?."

"Bentar lagi kita lewat depan sekolahannya bang."

beberapa saat kemudian...

"Ini bang sekolahannya."

Pijar memandang ke arah sebuah gedung sekolah yang ditunjuk oleh Ashalina.

Sesampainya didepan rumah Ashalina mereka langsung turun dari mobil dan masuk ke rumah Ashalina.

"Assalammualaikum." salam mereka berdua bersamaan.

"Waalaikumsalam." jawab ibu Ashalina.

Pijar seketika mencium tangan ibu Ashalina, tak lama disusul oleh ayahnya.

"Loh ini temannya Wina ya? seragamnya kok sama kayak Wina." Tanya Ayah Ashalina.

"Siap betul om, saya rekan taruna Wina di AAU."

"Jadi seangakatan sama Wina ya?."

"Siap betul om."

Ashalina sedang membuatkan minuman untuk Pijar, sedangkan Pijar di ruang tamu bersama ayah dan ibu Ashalina.

"Pijar asli orang mana?."

"Jogja, tante."

"Oh Jogja, kok bisa kenal Ashalina dari Wina nih pasti."

Pijar mengangguk dengan senyum canggung.

"Terimakasih ya sudah mengantar anak saya jauh-jauh kesini."

"Sama-sama om, sebelumnya saya izin menyampaikan sesuatu om, tante."

"Silahkan nak."

"Mohon maaf sebelumnya, tujuan saya kesini sebenarnya ingin bersilahturahmi dengan keluarga Ashalina. Kebetulan saya dengan Ashalina sudah kenalan dekat selama 3 tahun dan kami berdua memiliki komitmen saya memang belum mempunyai hubungan yang khusus dengan Ashalina tetapi saya berniat nanti jika saya sudah lulus, saya ingin melamar Ashalina. Tetapi sebelum itu saya meminta restu dari om dan tante apakah boleh saya meminta Ashalina untuk dijadikan pendamping hidup saya, saya juga calon seorang tentara yang nantinya akan mendapatkan tugas negara dimana dan kapanpun, apakah om dan tante bersedia dengan itu."

Ayah dan Ibu Pijar saling bertukar pandang seperti terkejut dengan ucapan Pijar yang spontan itu.

"Kalau saya terserah Ashalina le, soalnya dia yang akan menjalani hidup bersamamu jadi jika dia siap berarti dia juga siap menanggung resiko sebagai istri tentara." Ucap Ayah 

"Saya juga gitu nak Pijar, semua keputusan ada di Ashalina sendiri. Saya sama Ayah Ashalina setuju kalau Ashalina juga setuju."

"Alhamdulilah, terimakasih om, tante."

Tak lama Ashalina datang dengan membawa nampan yang berisi tiga gelas teh hangat untuk Pijar, ayah, dan ibu Ashalina.

.

Di bulan-bulan terakhir pendidikan, Wina mulai merasa sedikit pusing karena dia sudah mulai menyusun tugas akhirnya skripsi. bahkan dia juga sibuk dengan kegiatan di organisasinya. 

Kini Wina sedang istirahat disebuah rumah warga yang dijadikan tempat singgah sementara dalam melaksanakan latsitardanus, tahun ini dilaksanakan di Aceh. Wina tidak bisa tidur malam itu jadi dia memanfaatkan untuk mengerjakan skirpsinya.

LOVE IN STRUGGLE (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang