Sixteen

42 12 3
                                    

Ali memakirkan motor di depan rumah nya, melihat sebentar lampu teras rumahnya yang menyala, tanda ada sudah ada orang di dalam nya. Ali memasuki rumahnya seraya melihat sekekeliling rumah nya tak ada orang. Biasanya setiap pulang sekolah pasti Ari selalu menyambut nya di bangku komputer sudut rumah. Namun kali ini tidak.

"Halo Ri gua pulang" Ali sedikit berteriak membuat gema di ruangan itu.

"Ari where are you!?" Perasaannya sudah tidak baik,pasalnya Ari tak pernah pergi tanpa izin atau mengirim pesan kepadanya. Ali melihat sisi-sisi rumah namun tetap saja kakak satu-satu nya itu tetap tidak ada.

Ali menaiki anak tangga untuk mencari Ari di lantai dua,namun yang di cari sudah lebih dulu memunculkan batang hidung nya seraya membawa dua koper membuat Ali langsung terkejut.

"Ari lo mau kemana woi?!" Ali berteriak seraya menahan kakaknya untuk berjalan.

"Urgent Li, urgent" Ari menyingkirkann Ali agar Ia bisa berjalan turun ke bawah. Tangannya terus memasukkan barang-barang dengan terburu-buru membuat Ali semaki bingung ada apa dengan kakak nya ini.
Ari masih bergegas mendorong koper kopernya

"Urgent kenapa? kasih tau dulu" Ali menahan Ari, menyuruhnya untuk tenang sejenak.

Ari menoleh kearah adik nya seraya menghela nafas,raut wajahnya sudah cemas di tambha degan rasa takutnya. "Mereka pulang dari Jerman" Ucap Ari.

Ali membulatkan mata nya,Ia seperti mimpi saat ini. Hal yang Ia takut-takuti sejak kejadian tahun lalu itu kini terjadi sekarang. Ali kaku tubuh nya dingin,jantung nya berdetak begitu cepat.

"Lo gausah banyak pikir kita pergi dan jangan tinggal disini lagi pokoknya harus menghilang" Ari mensadarkan Ali dari lamunannya masih dengan nada cemas dan takut.

"Ri tunggu,gua ambil barang dulu"
Tanpa berfikir lagi Ali langsung menaiki anak tangga menuju kamarnya mengambil semua barang penting miliknya. Ia sudah tak tahu harus bagaimana,dunia seketika hancur.

"Cepetan Ali,mereka dateng malam ini!" Ari berteriak seraya melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Lo pake mobil,gua motor!" Tak perlu berlama-lama,Ali turun dari tangga dengan membawa koper nya,lalu dengan cepat memasukkan kopernya kedalam mobil Ari.

"Ikutin gua!"

Ali mengancungkan ibu jari nya lalu mengendarai motornya mengikuti mobil hitam milik Ari. Sore ini tubuhnya berkeringat,Ia tak tahu bagaimana kedepannya. Semoga kali ini semesta masih memihak kepadanya,bukan kepada dua manusia itu.
-
Aca memutarkan bola nya ketika melihat Dimas tidak menyapu dengan bersih melainkan memainkan debu di depan kelas itu. Hari ini Aca piket kelas bersama dua alien yang menyebalkan Dimas dan Kevin yang sedari tadi bukan membantu mereka hanya semakin membuat kelas berantakan.

"Dim! nyapu yang bersih" Aca menepuk punggung Dimas seraya menatap kesal kearah orang itu yang tak merasa bersalah.

"Emang kalau ga bersih dapet cewe yang brewokan? Engga lah" Elak Dimas seraya tertawa ketika Ia berhasil menempel kan debu di baju Kevin.

"Ga selesai selesai nantinya Dimas!! "
Aca mengambil sapu yang di pegang dimas lalu memukul kaki dimas menggunakan sapu itu.

"Sakit woy buset" Dimas meringis Ia berdiri seraya mengambil sapu dari tangan Aca dengan kasar. "Asu" Imbuh nya.

"Rasain, jangan main main makanya" Ketus Aca seraya memukul tangan Kevin yang menontonnya secara tertawa,mungkin dikira pria itu dirinya adalah pemeran teater komedi.

Succes Dream [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang