Thirty-Four

25 3 8
                                    

"Sorry ya Ca, waktu itu kita bohong gatau Ali dimana. Maksud kita biar lo denger sendiri penjelasan dari Ali, bukan maksud aneh-aneh" ucap Dimas setelah Ali selesai menceritakan semuanya.

"Ga apa-apa Dim, kalau waktu itu lo ngasih tau Ali dimana. Gua ga akan bisa belajar untuk sabar dan percaya" balas Aca seraya tersenyum, menunjukkan bahwa ia baik-baik saja.

"Yaudah yu Dim, Kev. Jangan ganggu rumah tangga" ajak Ei yang sudah siap menarik tangan Dimas dan Kevin.

Mendengar hal itu Ali melempari Ei dengan kacang polo ditangannya, "Rese emang lo Ei" ucapnya yang hanya di balas senyuman tak berdosa dari Ei.

Setelah Ei,Dimas dan Kevin pergi, Ali langsung menoleh kearah Aca yang sudah menatapnya dengan seribu pertanyaan lagi, "Kenapa?" tanya Ali.

"Lo beneran pindah ke Jerman?"

Ali mengunyah kacang polo nya sejenak lalu fokus kembali kepada Aca, "Ini yang harus gu lakukan Ca, gua harus berangkat besok. Selain bantu bisnis Om Allen, gua mau sekolah disana juga".

Aca merubah raut wajahnya, ia menatap sedu wajah Ali, tangannya yang sedari tadi digenggam oleh Ali sudah mulai bergetar. "Gua butuh kehadiran lo Li, dalam hidup gua" ucap Aca, lirih.

"Bukan gua yang lo butuhin Ca, tapi Ben" balas Ali seraya membenarkan rambut Aca.

"Gua tau lo sayang sama dia Ca, gua tau dari awal lo hanya sayang sama dia. Tetapi kehadiran gua, membuat lo jadi bingung kemana sebenarnya lo berlabuh, gua akan pergi. Dan cintai Ben sepenuh hati ya" imbuh Ali yang langsung di sambut isak tangis dari Aca.

"Gua gamau kehilangan lo Li" balas Aca.

Ali mengangkat dagu Aca membuat matanya dengan mata Aca bertatapan dengan tepat, "Gua ga pergi, gua selalu disamping lo. Buka hati lo Ca, ada Ben yang menunggu jawaban dari lo".

"Gua udah mencoba, tapi gua selalu ga yakin" balas Aca di sela-sela isak tangisnya.

"Karena gua masih ada Ca, gua yang menghambat lo ga membuka hati untuk Ben. Maka dari itu gua akan pergi dari pandangan lo Ca" jawab Ali, ia juga ikut sedih sekaligus sakit untuk mengatakan hal itu.

"Lo yang membuat gua tau indahnya masa lalu Li, gua mau lo ada sama gua" Aca melirik Ali yang sudah menatapnya cemas dari tadi.

"Semesta memberikan gua agar merubah masa lalu lo dengan kenangan ketika besrsama-sama. Itu tugas gua, menjadikan lo manusia yang tak membenci masa lalu" Ali memeluk Aca cepat, ia sudah tak tahan melihat Aca terus menerus menangis.

"Gua sayang sama lo Aca" imbuh Ali tepat berbisik di telinga Aca.

"Tetap disini, Ali"

"Jika gua terus bersama lo, lo ga akan menerima Ben jatuh pada hati lo Ca. Denger gua, Ben tulus sama lo Ca, gua mau lo juga tulus sama dia" ucap Ali seraya melepaskan pelukannya.

"Gua butuh lo"

"Lo butuh Ben, Ca. Jangan bohongi diri lo sendiri, sejak awal lo udah sayang sama dia" elak Ali dengan cepat.

"Bagaimana dengan lo?" tanya Aca seraya menghapus air matanya.

"Gua baik-baik aja, asal lo menerima kepergian gua" Ali mengusap rambut Aca yang selalu harum dan lembut.

"Gua sayang juga sama lo Ali"

"Gua lebih dari itu"

Ali merapihkan rambut Aca dan juga mengusap mata Aca yang sedari tadi terus menerus mengeluarkan air mata. Ia baru pertama kali melihat Aca sesedih seperti ini, namun ia juga tak bisa berbuat apapun, kepeutusannya sudah bulat. Ia harus ke Jerman dengan segera.

Succes Dream [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang