Thirty-Five [END]

41 3 5
                                    

Setelah Ali tak ada di Indonesia, suasana sedikit lebih sepi di bandingkan ketika pria itu masih ada di kelas, di sekolah dengan onar yang selalu membuat ramai.

Tetapi setiap langkah harus di tuju, Aca tak bisa diam dan terus menerus merindukan canda tawa bersama Ali. Ia masih memiliki Ben yang terus bersama nya dan menghabiskan waktu bersama.

Komunikasi dengan Ali baik-baik saja sampai hari ini, Aca dan Ali berbincang lewat chat, telepon atau video call. Kadang kala Ben juga ikut berbincang dengan Ali, suatu kebanggaan bukan? Melihat dua orang yang selalu bertengkar dan berbaikan pada saat ini.

Aca melempar tas nya kearah kursi belajar tersebut, lalu menjatuhkan badannya di atas ranjang yang begitu nyaman. Sekolah tadi sangat melelahkan menjadi alasan Aca untuk pulang sekolah lebih cepat.

Aca mengambil handphone nya, lalu mencari kontak yang akan ia tuju, Ali. Ya, dirinya sering mengabarkan hal-hal konyol sepanjang sekolah dengan Ali, namun kali ini kabar yang akan ia berika sungguh berbeda dan ia tak sabar ingin mengabari kepada Ali.

"Hai Ca! disini udah malam, baru pulang sekolah kah?" tanya Ali dari sebrang sana.

"Iya hahaha, sekolah cape banget!" balas Aca diikuti tawa dari keduanya.

Di layar handphone itu menampilkan Ali yang berlagak sombong karena ia selalu berkata sekolah di Jerman lebih seru dan asik, padahal di Indonesia pun sama saja asiknya.

"Ternyata sekolah di Jerman, juga cape Ca" dengus Ali yang seraya mengambil posisi ternyaman di atas ranjang nya.

"Kenapa? Bukannya kata lo sekolah di Jerman lebih asik" ucap Aca seraya mengerutkan keningnya.

"Cape, nyari jalan buat kabur hahaha" Ya seperti yang kalian tahu, pembuat onar terus akan menjadi pembuat onar.

"Karena lo ga ada temen kaya Dimas,Kevin dan Ei, Kan?" ejek Aca seraya tertawa sedikit kencang.

"Enak aja! gua ketemu temen namanya Arvhie, sedikit barbar juga sih, ya lumayan membantu buat kabur pelajaran matematika haha" ucap Ali seraya menunjukkan fotonya dengan Arvhie.

"Btw, gua mau ngasih kabar, kalau Ben malam ini ajak gua dinner, gua belum pernah sih dinner berdua banget sama dia, menurut lo kaya gimana nanti? Akan saling canggung ga ya?" Aca merubah raut wajahnya, tak sama seperti ia sedang menertawai Ali tadi.

Di sebrang sana Ali menghelas napas, "Jangan canggung Ca, malah itu yang buat dinner lo sama dia ga berkesan. Semua baik-baik aja kok," ucap Ali menenangkan Aca.

"Gua berharap juga gitu, bersenang-senang sama dia" ucap Aca yang langsung di sambut senyum dari Ali.

"Yaudah, gua mau ngerjain tugas dulu ya. Udah di teror nih sama gurunya, haha," Ali melambaikan tangannya, sampai ia mendapatkan anggukan dari Aca baru video call itu dimatikan.

"Bye Ca!" pamitnya dan layar handphone Aca berubah tak menampilkan wajah Ali lagi.

Aca hanya tersenyum, ya seperti ini lah hari-hari nya. Kecuali hari ini, lebih tepatnya malam ini mungkin sedikit berbeda dari biasanya.

🥀

Nada dering dari handphone nya membuat Aca langsung bergegas keluar dari rumah. Karena suara itu pertanda bahwa Ben sudah berada di depan rumahnya.

Tetapi ternyata apa yang ia fikirkan berbeda, di depan rumahnya tak ada Ben melainkan hanya mobilnya saja dan tunggu kenapa yang menyetir adalah Kevin? Ditambah dengan dua orang kutu kumpret itu, Ei dan Dimas.

Succes Dream [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang