Thirty

22 5 6
                                    

"Sumpah Ra, gua duduk semeja sama dia rasa nya gua ingin bejek-bejek cuman ga bisa" ucap Aca ketika Ara teman sebangku nya itu menanyakan bagaimana rasanya bertemu Ari kemarin.

Ara memang sudah kepo setengah mati, dari malam kemarin setelah Aca mengabari nya bahwa Aca sudah bertemu dengan Ari, Ara langsung meneror Aca dengan menelpon nya hampir lima kali, namun Aca menolak malam itu sampai akhirnya ia harus bercerita saat di Sekolah.

"Tapi overall lo udah maafin dia kan?" Ara menaikkan satu alis nya, ia ingin memastikan bahwa Aca sama sekali tak ada lagi kata benci untuk Ari.

"Gua udah maafin, semoga aja bisa berteman baik dan gua bangga sih bisa di kelilingi sama orang-orang kaya lo dan Ben yang dukung gua untuk menerima semua luka di masa lalu" Aca tersenyum seraya menghela nafas pelan,masalah yang dulu selalu ia tutupi dan enggan untuk membahas, kini telah selesai dan hati nya sudah lega. Semoga setelah ini dunia nya membaik.

"Berarti lo tau Ali kemana kan Ca?" tanya Ara lagi seperti tak ada habis nya teman Aca satu itu selalu penasaran dengan masalah yang di lalui oleh Aca.

Aca menggeleng kuat membuat Ara dengan cepat mengerutkan kening nya, "Dia ga ngasih tau Ali dimana?" tanya Ara.

"Gua udah nanya sih,cuman dia ga ngasih tau. Katanya biar Ali aja yang langsung kasih tau" Aca menundukkan wajah nya, ia sudah lelah dan pasrah untuk mencari dimana Ali dan apa kabar nya. Ia fikir dengan bertemu dengan Ari kakak satu-satu nya Ali, Aca akan tahu keberadaan Ali namun ternyata sama sekali tidak.

"Gua rasa ada satu hal dimana emang harus Ali yang cerita ke lo" ucap Ara sedikit menenangkan Aca yang raut wajah nya berubah menjadi sedih.

"Semoga cerita itu menyenangkan" ucap Aca,pelan.

"Tapi gua salut sama Ben, dia masih percaya ke Ari buat ketemu sama lo. Fikirannya ga negatif" Ara tersenyum ia membayangkan sifat Ben yang Aca ceritakan lima belas menit yang lalu.

"Gua juga kaget, gua kira dia bakal marah" ucap Aca di sela-sela kekehannya.

"Jadi udah ketemu calon mertua,sifat nya baik banget,perhatian lagi. Masa belum yakin juga?" Ara menggoda Aca yang langsung mendapat pukulan kecil dari tangan Aca.

"Gua mau hati gua yang bilang iya Ra, bukan mulut gua" balas Aca dengan nada kesal karena Aca terus tertawa menggoda nya.

"Gua tunggu undangan resmi nya ya" goda Ara lagi di lanjut dengan tertawa lepas.

"Undang apaan, lo kira gua bakal nikah?"

"Emang ga mau nikah sama Ben?"

"Jadian aja belum, gimana si"

"Makanya cepet jadian"

Setelah puas tertawa dan menggoda Aca, Ara berlari menuju keluar kelas untuk menjauh dari Aca yang sudah siap akan menerka nya, tak ingin Ara kabur dengan cepat pula Aca mengejar Ara yang sudah di ambang pintu kelas.

Namun langkah kaki cepat Aca terhenti akibat Kevin,salah satu makhluk aneh di kelas nya menghalangi Aca secara mendadak, "Kevin awas! Gua hampir jatuh tau!" teriak Aca seraya menghalangi badan kekat milik Kevin meski usia pria itu masih muda.

"Bye Ca!" belum sempat Aca mengejar Ara kembali, Ara langsung melambaikan tangan nya dan pergi begitu saja keluar kelas. Tak perlu di tanya kemana Ara pergi, perempuan itu selalu pergi ke perpustakaan untuk membaca segudang novel.

"Gara-gara lo sih Kev,ah!" Aca memukul sedikit kencang kepada lengan Kevin. Ia sudah tak mengerti bagaimana menghadapi alien satu ini berserta kedua temannya yang sama saja menyebalkan.

"Apa sih ko gua, gua nahan lo ada maksud baik tau" balas Kevin diikuti dengan tawa dari kedua temannya yang jelas saja menertawai wajah sebal milik Aca.

Succes Dream [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang